Tugas Negara dan Tugas Jemaat di Kabupaten Sorong Selatan

Tugas Negara dan Tugas Jemaat di Kabupaten Sorong Selatan
"Kunjungan perdana ke Kabupaten Sorong Selatan ini juga bukan hanya kunjungan Kejemaatan, melainkan kunjungan Kenegaraan. Sebab, Pangdam Kasuari kembali memberikan atensi agar selama di Teminabuan juga melacak jejak para pejuang dari PGT/PASKHAU TNI yang diterjunkan disini."

Masroor Library – Teminabuan, Papua Barat [13/9/22]. Setelah lima jam menempuh perjalanan darat dari Kota Sorong, akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Ramlan Maros itu memasuki Kota Teminabuan, ibukota Kab. Sorong Selatan, Selasa (13/9) sore. Setelah melewati Bandara, mobil pun meluncur ke arah Kampung Sesna. Disanalah terdapat komplek Kantor Bupati Sorong Selatan dan Dinas Pemerintahan. Tujuannya tidak lain adalah Dinas Kesehatan yang berada persis setelah lorong Kantor Bupati dan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah mengantarkan paket titipan, mobil itu bergerak kembali ke arah berikutnya yaitu Kantor DPRD Kab. Sorong Selatan. Sebuah paket pun kembali berhasil diantarkan. Mubalig Daerah Papua Barat kemudian minta turun di RM L.A. Jaso Mandeh, di Simpang Tiga Teminabuan. Sambil mengganjar perut yang terlewat santap siang, juga mengatur rencana terkait tempat menginap dan agenda malam.

“Pak ke Kodim saja, beta sudah siapkan tempat, ada tempat tidur,” mendadak sebuah pesan singkat lewat WA muncul di layar gawai Mubalig Daerah Papua Barat. Ternyata, pesan itu dari Lettu Lanuhu, S.H., Pasi Ops KODIM 1807/Sorong Selatan yang merangkap juga sebagai Pasi Intel. Mubalig Daerah Papua Barat sebelumnya memang telah mengabarkan akan kunjungan ke Teminabuan kepada beberapa pihak.

Karena pertimbangan jarak yang jauh untuk akses selama berkegiatan di Kab. Sorong Selatan, akhirnya tawaran itu terpaksa ditolak secara halus. Sebab, jarak antara kota Teminabuan dengan Markas KODIM itu lumayan jauh. Bukan hanya itu, kondisi jalanan yang belum begitu bagus –banyak yang berlubang dan bahkan terkelupas menjadi tanah batu– menjadi pertimbangan tersendiri. Namun, sore itu diagendakan mampir ke KODIM Sorong Selatan.

Setelah memesan kamar penginapan di dekat Pelabuhan Teminabuan, Mubalig Daerah Papua Barat pun berkeliling Kota Teminabuan. Mulai dari Taman Kota, Bandara, Kantor Bupati, Kantor DPRD hingga ke KODIM 1807/Sorong Selatan. Perlu waktu dua jam lamanya untuk mengunjungi itu semua. Namun dengan sabar, La Ardin mengantarkan ke semua tujuan. Ojek asal Bau-Bau bernama fam La Kaute itu telah delapan tahun berada di Teminabuan.

“Selepas SMA, saya ikut teman merantau ke Teminabuan ini. Dari Bau-Bau saya langsung kesini. Kini, saya tinggal berempat menyewa kamar kos berukuran empat kali empat,” tuturnya ketika diminta menceritakan muasal ada di Teminabuan. “Kami berempat semuanya adalah ojek. Tiap bulan kami patungan membayar bea sewa plus air dan listrik. Tiap orang hanya keluar Rp 125.000,- tiap bulan.”

Setelah agenda sore itu rampung, malamnya Mubalig Daerah Papua Barat menerima kunjungan seorang warga Suku Kokoda Muslim yang berprofesi sebagai guru MTs di ibukota Distrik Kokoda. Ustad Jayarudin Wugaje sengaja menemui di tempat menginap dan selama hampir dua jam membahas sejarah Suku Kokoda dan kondisi geografi, topografi, demografi serta etnografi masyarakat disana.

“InsyaAllah, bila perahu ada, kita akan tembus ke Kokoda. Namun, bila tidak ada, terpaksa Ustad kembali lagi saja ke Manokwari,” ujar Ustad Jay –nama panggilan akrabnya. “Sebab, saat ini sudah mulai masuk musim barat, sehingga ombak juga sangat tinggi dan pasokan BBM di kampung kemungkinan tidak ada sehingga jarang yang naik ke kota.”

Usai pertemuan itu, mendadak layar gawai Mubalig Daerah Papua Barat menampilkan pesan dari Wakabintaljarah KODAM XVIII/Kasuari Letkol. Mustagfirin, S.Ag., M.Sc. Isinya, agar selama di Teminabuan, juga menelusuri jejak 53 pejuang PGT/PASKHAU TNI yang gugur saat melakukan pendaratan di Kampung Wersar dalam rangka pembebasan Irian Barat.

Dikunjungi Ustadz Jayarudin Wugaje (Ustadz Jay) yang juga guru MTs di Distrik Kokoda

Karena semua data yang diminta sudah dipegang oleh Mubalig Daerah Papua Barat, maka besok pagi hanya memastikan dan foto di depan Tugu Pendaratan Pasukan TNI yang kini dikenal sebagai Tugu Merah Putih. Sebab, untuk pertama kali, bendera Merah Putih dikibarkan disana pada 19 Mei 1962 itu. Dari 81 personel, sebanyak 53 orang gugur, sisanya tertangkap pasukan Belanda dan ada yang selamat kemudian bergerilya dari hutan hingga perundingan damai dilakukan. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan