Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [19/7]. Layar gawai milik Mubalig Daerah Papua Barat yang tergeletak di atas meja ruang tamu Rumah Dinas Mubalig (RDM) itu berkedip, Selasa (19/7) siang. Sebuah nama muncul pada layarnya. Abu Muslim, baru saja menelpon (missed call). Setelah ditelpon balik, ternyata peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Makassar itu menyampaikan akan berkunjung ke rumah.
Bakda shalat Dhuhur, sebuah sepeda motor Honda Beat berwarna biru sudah memasuki gerbang dan parkir di depan pintu. Pengendaranya masuk ke ruang tamu Rumah Dinas Mubalig Daerah Papua Barat. Dia tidak lain adalah Dr. © Abu Muslim, S.H., M.H., peneliti Balai Litbang Agama Makassar (BLAM) yang kini dilebur ke dalam BRIN. Selama lima hari, dia akan berada di Manokwari untuk merampungkan penulisan risetnya terkait kerukunan umat beragama.
Akhirnya diketahui, bahwa ternyata Abu Muslim adalah peneliti BRIN di Bidang Khazanah Keagamaan dan Peradaban yang diketuai oleh Wuri Handoko, S.Si., M.Si., mantan Kepala Balai Arkeologi Gorontalo, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Wuri sebelumnya menjadi peneliti di Balai Arkeologi (Balar) Maluku di Latuhalat, Ambon. Mubalig Daerah Papua Barat beberapa kali bertemu dengan Wuri saat masih ditugaskan sebagai Mubalig Daerah Maluku di Ambon.
“Pak Wuri sempat kaget setelah saya kirimkan foto pertemuan kita di Bakaro Coffee beberapa hari lalu. Beliau bertanya, apakah Pak Rakeeman yang ada di dalam foro itu. Bila benar, maka penelitian saya di Manokwari dipastikan akan berjalan lancar, kata beliau. Dan, itu terbukti benar. Saya dengan mudah dapat berjumpa Ketua Dewan Adat Papua (DAP). sesuatu yang tak pernah dibayangkan sebelumnya,” kata peneliti Manuskrip Keagamaan yang menguasai aksara dan bahasa Bugis tersebut.
Setelah melihat-lihat foto yang ada di ruang tamu, akhirnya perbincangan pun beralih ke masalah Ahmadiyah. “Ahmadiyah di Makassar pernah diserang kelompok radikal. Selama masih ada kelompok itu, keberadaan Ahmadiyah tidak akan pernah normal. Kami, para peneliti, kami sudah selesai dengan Ahmadiyah. Tidak ada lagi sekat yang menghalangi. Berbeda dengan kelompok itu yang sulit berdialog sama sekali,” paparnya sebelum keduanya santap siang di Warung Cotto Makassar dekat rumah.
Sambil santap siang, perbincangan kembali berlanjut mengenai Ahmadiyah di Papua Barat. Sesuai pertanyaan, Mubalig Daerah pun menerangkan bahwa anggota Jemaat di Papua Barat sudah mencapai ratusan orang. Ada yang berasal dari pendatang, ada juga yang orang asli Papua (OAP). Mengenai tempat ibadah, lokasinya juga diterangkan ada di beberapa lokasi, termasuk yang masih di rumah-rumah alias shalat centre.
Usai santap siang, perjalanan dilanjutkan ke kota untuk pemesanan tiket terkait Program Muhibah Bahari. Setelah itu, keduanya meluncur ke Pantai Pasir Putih di Kwawi. Karena bukan hari libur, kondisi pantai tampak relatif sepi. Hanya sekitar 30-an pengunjung yang sibuk dengan aktifitas masing-masing. Ada yang berenang, bercengkrama dan juga sekedar menikmati pemandangan laut dan Pulau Mansinam sambil ditemani makanan dan minuman air kelapa muda.
Mubalig Daerah Papua Barat kemudian diantar kembali ke arah Wosi. Dengan menggunakan jasa ojek, tujuan berikutnya pun dikunjungi. Sesuai pesan teman asal Padang, Sumatra Barat, agar Mubalig Daerah Papua Barat singgah di warungnya. Warung Makan Padang dan Sate Padang “Mandeh” itu hanya terpaut dua rumah saja dari Masjid Babussalam di Sowi 4.
Ternyata, hanya istri dan dua pelayannya yang ada di warung makan itu. Sedangkan teman asal Padang, yaitu Safei Ricardo Desima, masih berada di rumahnya di Maripi, Anday. “Mohon maaf, Pak. Saya masih memperbaiki profile (torn air). Nanti saya main ke rumah Bapak saja bila ada waktu luang,” kata peraih penghargaan sebagai Guru Teladan Bidang Literasi dari Menteri Pendidikan itu.
Tidak disangka, seorang ibu mendadak masuk ke dalam warung itu. Mubalig Daerah Papua Barat pun langsung menyambutnya. Meski tidak ada janjian sebelumnya, Maria Roselinda Lewuk ternyata datang juga ke warung itu.
“Saya akan mengajar menari di rumah Ibu Ivon,” kata penyandang disabilitas yang dikenal sebagai atlet paralimpik, staf di Reskrimsus Polda Papua Barat dan sastrawan puisi Manokwari itu.
“Tanggal 30 Juli nanti, Pak Jumaan akan diundang ke acara Pentas Sastra dalam rangka memperingati 100 tahun Chairil Anwar di Kota Manokwari. Nanti Pak Jumaan akan diminta menjadi salah satu narasumber,” kata penulis dan penyunting beberapa buku kompilasi puisi itu. Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (salah satu judul puisinya) itu memang dilahirkan pada 26 Juli 1922. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses