“Sebenarnya saya ingin berkeliling teritorial saya sebagai Dandim. Namun, banyak kegiatan di Kodam yang harus saya ikuti. Akibatnya, saya belum ada kesempatan untuk berkeliling wilayah tugas saya. Bila Bapak ke Bintuni atau Babo, kabari saya. Kita bisa jalan bersama.”
Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [21/1]. Hujan lebat masih mengguyur kawasan Arfai 2, Anday, Manokwari, sejak sore tadi. Hingga pukul delapan malam, hujan itu tak kunjung berhenti, Sabtu (21/1) malam. Jalanan di depan rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat sudah mulai tergenang air. Begitu juga selokan yang tidak mengalir, airnya terus naik. Sebentar lagi aor selokan itu juga akan bergabung dengan air yang di jalan.
Sebuah mobil HiLux khas militer dengan plat nomor kendaraan milik KODAM XVIII/Kasuari tiba-tiba datang dan berhenti di depan rumah. Salah seorang penumpangnya turun dan langsung bergegas masuk ke teras. Sosok itu tidak lain adalah Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1806/Teluk Bintuni Letkol. Patrick Arya Bima, S.I.P. Mantan Danyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) 3/YBY KODAM III/Siliwangi Jawa Barat itu baru beberapa bulan ditugaskan di Teluk Bintuni.
“Tadi saya menunggu hujan reda dulu. Akibatnya, saya terlambat satu jam kemari. Selama di Manokwari, saya menginap di salah satu penginapan baru di Anday ini. Besok saya akan kembali ke Teluk Bintuni lagi,” ujar pria kelahiran tahun 1986 itu setelah duduk di ruang tamu. “Kemarin, usai pengarahan dari Pangdam, ternyata saya ada telekonferensi lagi dengan Menkopolhukam terkait Karhutla. Makanya baru sekarang bisa berkunjung kemari.”
Perbincangan selama dua jam tersebut banyak membicarakan mengenai kekuatan personel KODIM 1806/Teluk Bintuni, penguasaan etnografi dan teritorial serta masalah-masalah sosial politik yang terjadi di Teluk Bintuni dan umumnya Papua Barat. Mubalig Daerah Papua Barat pun mengeluarkan peta langka Babo yang dibuat oleh Belanda pada 1958 dan diarsipkan oleh Australia National University.
Beberapa situs peninggalan Belanda di Teluk Bintuni juga dipaparkan oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Khusus untuk di Distrik Babo, rencananya akan dibuat semacam museum sejarah Perang Dunia II dengan menggunakan salah satu ruang di Koramil Babo. “Sebab, Babo merupakan salah satu lokus terjadinya Perang Dunia II antara Jepang dengan Sekutu. Bila tidak dibuat catatan sejarahnya, maka generasi berikutnya tidak akan mengetahui sejarah penting yang terjadi di tempatnya itu.”
Dandim 1806/Teluk Bintuni pun berharap, bila Mubalig Daerah Papua Barat berkunjung ke Teluk Bintuni lagi agar dapat mengajarinya. “Kita bisa jalan bareng ke Babo atau ke Merdey. Di Babo saat ini sedang dilakukan pembuatan sumur bor di puluhan titik. Begitu juga di Sumuri dan Aroba. Saya ingin meninjau langsung proses pembuatannya,” ujar suami dari Ny. Stella tersebut.
Pertemuan malam itu merupakan pertemuan langsung kedua kalinya. Pertemuan pertama, dilakukan seminggu sebelumnya bertempat di Lee Cafe & Resto, Jl. Merdeka, Manokwari. Saat itu, Dandim didampingi beberapa perwira BKO yang telah habis masa penugasannya di Papua Barat. Untuk pertemuan kedua ini, Dandim sengaja ingin berkunjung ke rumah dinas Mubalig Daerah Papua Barat. Sebelumnya lagi, komunikasi keduanya hanya melalui pesan instan WhatsApp (WA). []
Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses