Mubalig Daerah Papua Barat Lepas Peserta Ijtima MKAI Papua Barat di Pelabuhan Kota Sorong

Mubalig Daerah Papua Barat Lepas Peserta Ijtima MKAI Papua Barat di Pelabuhan Kota Sorong
Suasana Pelabuhan Kota Sorong. Peserta Ijtima MKAI Daerah Papua Barat menunggu KM Gunug Dempo yang akan berlayar ke Jawa.

Semoga peserta Ijtima Nasional MKAI 2022 asal Daerah Papua Barat tiba di tujuan dengan selamat. Ini akan tercatat dalam sejarah, dan seolah menggenapi suatu wahyu yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, “Giyarah ke ba’d” (Setelah 11).”

Masroor Library – Kota Sorong, Papua Barat [11/9]. Kapal Dobonsolo itu mulai bergerak meninggalkan Pelabuhan Kota Sorong ke Jayapura lewat Serui, Minggu (11/9) malam itu. Tidak berapa lama kemudian, KM Gunung Dempo pun merapat sandar ke pelabuhan. Kapal terbesar milik PELNI itu, akan menurunkan dan menaikan penumpang. Tujuan terakhirnya adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Tiga orang khudam asal Papua Barat pun sudah menunggu di Pelabuhan Kota Sorong, selain seorang lagi yang sudah berada di dalam kapal. Mereka adalah Mln. Ahmad Hayat Heriyanto (Mubalig Lokal Kota Sorong), Mln. Hamidin (Mubalig Lokal Teluk Arguni, Kaimana), Mln. Basyiruddin Aziz (Mubalig Lokal Manokwari Selatan) dan khudam asli Papua (OAP) Pomadi Watora. Pomadi Watora merupakan MB asli orang Papua yang baiat pada Februari 2022 lalu.

Munalig Daerah Papua Barat memilihkan Cenderamata seserhana khas Papua aebagai hadiah untuk Sadr MKAI.

Dengan menggunakan jasa taksi online, rombongan itu berangkat dari Rumah Missi JAI Kota Sorong di Kilo 12, Klasaman. Seorang LI yang juga ibu dari khudam OAP itu ikut mengantar ke pelabuhan. “Ini adalah perjalanan perdana Adi ke Jawa. Kalau kakaknya (Mohamad Nasir Watora) dulu sudah pernah ke Jawa, di Semarang,” ujar Ibu Erna In Fandi alias Nenek Moi sesaat sebelum meninggalkan rumah missi.

Mobil yang dikemudikan oleh Mathias Paul Abeikob asal Biak Barat, Pulau Biak (Papua) itu meluncur menembus kepadatan transportasi Kota Sorong sepanjang 10 kilometer. Sementara, Mubalig Daerah dan Amir Daerah Papua Barat pun ikut mengantar dengan berboncengan sepeda motor. Ketika tiba di pintu masuk pelabuhan, suasana terlihat tampak lengang. Peluit kapal baru saja berbunyi panjang pertana kapal akan meninggalkan pelabuhan.

Ternyata, itu adalah peluit dari KM Dobonsolo, sedangkan KM Gunung Dempo masih belum sandar di pelabuhan. Padahal menurut jadwal, diperkirakan pukul 20:00 WIT, kapal itu telah sandar dan akan bertolak ke arah barat tepat pukul 22:00 WIT. Sambil menunggu, rombongan pun menurunkan barang-barang bawaan dari mobil. Meskipun hanya bertiga, barang yang dibawa lumayan banyak. “Selain pakaian, makanan dan minuman untuk di atas kapal juga dipersiapkan. Maklum, harga barang relatif mahal di atas kapal,” kata Mln. Hamidin.

Karena tidak bisa masuk ke dalam, Mubalig Daerah Papua Barat dan Nenek Moi hanya mengantarkan hingga pintu masuk ruang tunggu pelabuhan. Mereka yang tidak memiliki tiket, tidak diperkenankan masuk ke dalam. Untungnya, Amir Daerah Papua Barat membawakan salah satu barang rombongan sehingga bisa masuk ke dalam dan mengantarkan hingga ke atas kapal. “Rombongan tidak dapat ranjang, mereka menempati bawah tangga dek 6,” info Amir Daerah sekaligus Ketua DPW Papua Barat tersebut.

Selain untuk melepas rombongan peserta Ijtima Nasional MKAI dari Papua Barat, kunjungan Mubalig Daerah Papua Barat ke Kota Sorong lagi adalah dalam rangka bertolak ke Kabupaten Sorong Selatan untuk mengenal suku-suku yang ada disana. Sejak setahun lalu, Mubalig Daerah Papua Barat telah mempelajari etnografi dan antropologi suku-suku yang dikenal sebagai IMEKKO itu, yang ada di Inanwatan, Matemani, Kais dan Kokoda.

Semoga peserta Ijtima Nasional MKAI 2022 asal Daerah Papua Barat tiba di tujuan dengan selamat. Ini akan tercatat dalam sejarah, dan seolah menggenapi suatu wahyu yang diterima oleh Hadhrat Masih Mau’ud as, “Giyarah ke ba’d” (Setelah 11). Perjalanan mereka dilakukan efektifnya setelah pukul sebelas malam meninggalkan kawasan Kota Sorong. Dan, setelah tanggal 11, rombongan juga efektif meninggalkan Daerah Papua Barat bertolak ke Jawa. Perjalanan yang akan memakan waktu 25 hari lamanya pergi-pulang. Dan, tentu saja ini adalah perjalanan terlama hadir ke Ijtima! []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags: ,

No Responses

Tinggalkan Balasan