Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [6/9]. Tiga tautan (link) Zoom itu dapat berjalan dengan lancar, Selasa (6/9) malam itu. Tautan I dan II secara fokus membahas mengenai teknis keberangkatan Ijtima dan kendalanya. Sedangkan Tautan III membahas mengenai kesimpulan dan pelaksanaan umum KPA berlandaskan pelaksanaan Ijtima yang akan dilaksanakan. Mengapa demikian?
Ada ungkapan yang terkenal di Papua, bahwa bea untuk perjalanan domestik di Papua sendiri lebih mahal dibandingkan perjalanan keluar Papua. Selain mahal, tentu saja waktunya pun akan berlangsung cukup lama. Hal ini, tentu ada benarnya. Moda transportasi darat yang belum semuanya tersambung, menjadi penyebabnya. Sarana transportasi udara memang ada, laut pun bisa. Tetapi, harganya lumayan mahal untuk pesawat dan perlu waktu lama untuk kapal laut.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan, hingga sekarang kegiatan berkumpul di satu lokasi bagi Daerah Papua Barat menjadi salah satu hal yang mustahil. Selain terkendala ongkos perjalanan yang mahal, waktu yang lama, juga faktor lainnya. Sebab, untuk suatu kegiatan yang durasi tiga hari saja, bisa menghabiskan waktu perjalanan selama dua minggu atau lebih. Menggunakan pesawat memang lebih cepat, tetapi harganya tidak setiap orang mampu.
Begitu juga untuk pelaksanaan Ijtima Nasional MKAI di Jawa. Bagi anggota di Papua Barat, ini seolah menjadi tantangan tersendiri. Selain masalah anggaran, waktu dan akomodasi juga mempengaruhi. Meskipun ongkos perjalanan mendapat subsidi atau dibayari utuh sekalipun, tetap saja itu bukanlah solusi masalah. Waktu yang lama dan belum vaksin, menjadi salah satu kendala.
Sadr MKAI sebelumnya pernah menjanjikan, bahwa bila ada khudam yang berangkat ke Ijtima Nasional MKAI, maka ongkos perjalanannya akan ditanggung oleh PPMKAI meskipun hanya subsidi. “Oleh sebab itu, upayakan ada khudam terutama orang asli Papua (OAP) yang bisa hadir ke acara Ijtima,” harapnya saat kunjungan dinas perdana ke Tanah Papua, Maret 2022 lalu.
Setelah menyampaikan hal itu kepada Plt. Sadr MKAI yang baru, akhirnya pihak PPMKAI pun bersedia membantu ongkos transportasi Ijtima dari Papua Barat. Meskipun bantuan itu sifatnya subsidi saja, tetapi Papua Barat tetap menerimanya. “Kami hanya subsidi setengahnya untuk yang menjadi pendamping. Sedangkan untuk yang MB Khudam OAP, bisa dari anggaran Sekr. PMB PB JAI,” saran Plt. Sadr tersebut.
Mubalig Daerah Papua Barat pun segera berkirim surat dan koordinasi dengan Sekr. PMB PB JAI. Awalnya ada tiga nama MB khudam OAP yang diusulkan mendapat bantuan transportasi. Setelah diverifikasi ulang, hanya satu saja yang memungkinkan bila dilihat dari berbagai segi. Vaksinasi III alias booster adalah syarat utama, selain tidak ada tanggungan lainnya. Sebab, perjalanan yang akan dilakukan menghabiskan waktu 25 hari lamanya.
Karena dirasa masih ada kekurangan dana, Selasa (6/9) malam itu pun rapat membahas mengenai ketersediaan anggaran transportasi. Secara ideal, anggaran itu masih dianggap kurang sekitar Rp 900 ribu lagi. Oleh sebab itu, kekurangan ini coba ditanggulangi dengan cara urunan. Selain dari Kas MKAI Manokwari, beberapa peserta rapat pun ikut berpartisipasi. Akhirnya, untuk sementara masalah anggaran transportasi pun sudah terselesaikan.
Berikutnya adalah terkait waktu keberangkatan. Karena menggunakan moda transportasi laut, maka sesuai jadwal kapal PELNI dari Kota Sorong ke Tanjung Priok, ada yang 11 September 2022, yaitu KM Gunung Dempo. Menurut jadwal, kapal itu akan sandar di Jakarta pada 16 September 2022. Artinya, masih ada waktu seminggu menunggu pelaksanaan acara.
Selama seminggu sebelum acara Ijtima itu, peserta Ijtima akan berada di Jemaat Gondrong (Tangerang) dan juga di Jemaat Markaz (Kemang). Tujuannya agar MB Khudam OAP itu dapat mengenal “saudara-saudara rohaninya” selama berada di Jawa. Ini akan meningkatkan wawasan dan kekuatan imannya terhadap Jemaat, bahwa Jemaat ini ada dimana-mana.
Sedangkan untuk kepulangan sendiri diperkirakan pada 30 September 2022 dan baru tiba kembali di Kota Sorong pada 5 Oktober 2022. Bila dijumlahkan seluruhnya, maka ada sebanyak 25 hari perjalanan pergi-pulang (PP). Untuk keperluan konsumsi di atas kapal, sudah termasuk dalam tiket perjalanan. Sedangkan di lokasi lainnya, akan dipenuhi oleh tuan rumah, baik sewaktu di Gondrong atau di Markaz.
Intinya, ini akan menjadi sejarah baru bagi Papua Barat, khususnya organisasi/badan khudam (MKAI). Meskipun harus melewati aneka kesulitan, mereka memiliki semangat untuk hadir dalam Ijtima. Ini karena khudam Papua Barat juga merasa sebagai bagian dari khudam di Indonesia. “Wah, ini akan menjadi sejarah baru. MasyaAllah, semoga lancar perjalanannya!” kata Redaktur Warta Ahmadiyah yang melihat postingan status rapat malam itu. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses