Masroor Library – Dua puluh tahun lalu, di suatu masjid yang berada di Kawasan Jl. Balikpapan I/10 Petojo Utara, Kec. Gambir, Jakarta Pusat, dua orang seperti hendak memaksa masuk. Meskipun petugas security berusaha menahan keinginan mereka berdua, namun setelah disebutkan dari Papua, keduanya pun diloloskan masuk ke dalam, Juli 2000 itu.
Mereka kemudian bisa mulaqat dengan seseorang yang tidak lain adalah Hadhrat Khalifatul Masih IV rha, Imam Jemaat Ahmadiyah Sedunia yang sedang melakukan lawatan satu bulan ke Indonesia. Salah seorang di antaranya meminta doa untuk kelancaran proses persalinan istrinya. Sedangkan yang seorang lagi minta didoakan agar orang-orang Papua banyak yang berbondong-bondong masuk ke dalam Islam Ahmadiyah.
“Saya waktu itu menangis ketika Imam kita tercinta menepuk-nepuk pundak kanan saya sebanyak tiga kali,” kata orang yang kedua itu.
“Terbayang, tanggung jawab berat untuk perkembangan Islam dan Jemaat di Papua.” katanya lagi.
Kedua orang itu tidak lain adalah Mln. Athaul Wahid Pepradi, Mubalig yang pernah ditugaskan di Kantor Departemen Mu’allimin di Kampus Mubarak, Kemang-Bogor dan yang satunya lagi adalah Mln. Hamid Sirfefa yang kala itu masih belum belajar di Jamiah dan masih bekerja serabutan.
Mln. Hamid Sirfefa terkenang akan kata-kata (kapata) nenek moyangnya dalam bahasa Kuri dan Irarutu yang mengabarkan kedatangan suatu sosok penting pada tahun 2000 itu. “Saya akan pergi, tetapi tahun 2000 saya akan datang kembali,” bunyi semacam nubuatan itu.
Nubuatan (pesan nenek moyang) orang Papua yang keluar dari Teluk Arguni, Kaimana. Beliau keluar dengan bahtera, menyanyi dengan bahasa Negeri ini diiringi oleh hujan dan kabut. Beliau berangkat ke suatu tempat yang tidak diketahui. Pesan ini untuk anak cucu di Tanah ini.
Kapata itu juga mengatakan bahwa sosok itu akan berkeliling dari kepala burung (Sorong), lalu ke bagian bawah (Fakfak, Kaimana, Merauke, Jayapura) hingga ke Papua New Guinea.
“Oleh sebab itu, kita menunggu penggenapannya, kapan Hudhur bisa ke Papua?” kata Mln. Hamid Sirfefa saat menceritakan peristiwa 20 tahun lalu yang ternyata memiliki kaitan dengan nama masjid yang saat ini sedang dilanjutkan pembangunannya di Kaimana.
“Fondasi masjid ini dibangun tahun 2018 lalu. Awalnya ini adalah rumah kebon. Namun karena sudah ada rumah lagi, makanya yang ini kemudian dijadikan masjid. Fondasi awalnya berukuran 5×5 meter, dananya dari donatur di Jawa. Setelah itu PB memberikan dana sehingga fondasinya bisa dilebarkan lagi menjadi 8×8 meter,” kata ayah dari Mubarak Ahmad dan Nusrat Jahan Begum tersebut via sambungan telpon.
Saat ini, dengan bantuan dari donatur yang sama, Masjid “Tahir Ahmad” Kaimana itu mulai dilanjutkan kembali pembangunannya. Persis 1 Desember 2020, ternyata donatur itu kontak Mubalig Daerah Papua Barat untuk sesuatu keperluan. Akhirnya, dalam kesempatan itu juga disampaikan terkait rencana melanjutkan pembangunan masjid di Kaimana.
“Masih diperlukan Pak, Insya Allah kalau gajian akan ditransfer,” kata donatur tersebut setelah disampaikan bahwa masih diperlukan dana untuk menyelesaikan pembangunan Masjid “Tahir Ahmad” yang baru fondasinya tersebut. Tidak disangka, sesuai janjinya, donatur tersebut kemudian mengirimkan dana lima hari kemudian.
Mengingat di Kabupaten Kaimana dan beberapa kabupaten lainnya di Papua Barat –seperti juga kabupaten/kota lainnya di Indonesia– dilaksanakan pilkada Bupati-Wakil Bupati serempak, maka kelanjutan pembangunan masjid itu dilaksanakan usai gegap-gempita pesta demokrasi itu. Tepatnya pada Kamis (18/12) pagi, bahan-bahan untuk itu telah dibeli. Sehingga besoknya bisa dilaksanakan pengerjaannya.
Tahap awal adalah membuat landasan untuk tiang dan dinding masjid. Besi untuk coran pun setelah dipotong sesuai pola lalu dirangkai oleh khudam. Ada dua orang khudam yang menggarap pembangunan masjid tersebut.
“Untuk motivasi, saya juga terkadang ikut membantu mereka,” kata Mln. Hamid Sirfefa.
Untuk di Papua Barat, memang telah dibentuk suatu panitia yang diberi nama Panitia Percepatan Pengadaan Sarana-Prasarana Daerah Papua Barat (P3SPDPB). Panitia ini terdiri dari Amir Daerah, Mubalig Daerah, para Ketua dan para Mubalig yang ada di Papua Barat. Tujuannya, membahas dan merumuskan upaya percepatan pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana. Selain masjid, rumah missi, tanah, juga sarana transportasi seperti perahu untuk di Kaimana.
Untuk dimaklumi, saat ini ada beberapa sarana yang terhenti pembangunannya. Selain masjid di Kaimana, juga masjid di Wedoni Kabupaten Manokwari Selatan yang masih tahap fondasi, rumah missi di Kabupaten Manokwari dan rumah missi di Kabupaten Fakfak. Selain melalui upaya formal dengan memasukkan rencana pembangunan dalam RAPB Jemaat Lokal, juga melalui partisipasi/urunan anggota serta donatur/dermawan lainnya.
“Besok (Rabu, 23/12) Insya Allah, cor,” kata Mln. Hamid Sirfefa memberitahukan progres pembangunan Masjid “Tahir Ahmad” Kaimana via group WhatsApp (WA) Pengurus Daerah Papua Barat.
Ketua Panitia P3SPDPB itu memang selalu mengirimkan info dalam bentuk foto mengenai progres pembangunan di Kaimana, baik japri ke Penanggung jawab (Mubalig Daerah) maupun via group tadi.
Secara nyata, apa yang pernah didoakan oleh Hadhrat Khalifatul Masih IV rha 20 tahun lalu menjadi tergenapi. Meskipun Hudhur IV waktu itu tidak bisa datang ke Papua, tetapi melalui wakil Khalifah, perkembangan Islam Ahmadiyah di Tanah Papua dari waktu ke waktu meningkat, baik di Papua, Papua Barat maupun di Papua New Guinea (PNG). Allahu Akbar! []
Selesai ditulis, Selasa (22/12) petang menjelang Maghrib di Rumah Missi Mubalig Daerah Papua Barat di Arfai, Manokwari, Papua Barat.
Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses