Kegiatan Hari Kedua | Dari Internal Hingga Kunjungi Suku Kokoda

Kegiatan Hari Kedua |   Dari Internal Hingga Kunjungi  Suku Kokoda
"Pepatah menyatakan, tujuanmu ke Mekkah tetapi engkau tiba di Pass Khaibar. Tujuan mengunjungi suku Kokoda Muslim ke Klalin 6 di Kurwato, malah terlewat jauh hingga ke Klaigit."

Masroor Library – Kabupaten Sorong, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Daerah Papua Barat [3/4]. Kendaraan roda dua yang dikemudikan oleh Ketua JAI Kota Sorong Bapak Rudiyanto itu bergerak meninggalkan Klasaman di Kota Sorong menuju keluar kota ke Kabupaten Sorong, Sabtu (3/4) malam. Melewati Tugu Pawbili, kendaraan itu turun dan belok ke kanan lalu putar balik dan menuju jalan kontener. Disebut demikian karena kendaran besar diwajibkan lewat jalur itu.

Mubalig Daerah Papua Barat Mln. Rakeeman R.A.M. Juman tampak membonceng di belakang. Sepanjang perjalanan, hanya kegelapan yang mendominasi. Belum ada penerangan jalan umum (PJU) di jalur yang dilalui. Di kejauhan terlihat lampu-lampu dari rumah yang jauh dari jalan tersebut. Maklum, ini adalah jalan luar kota sebagai jalur alternatif.

Karena menyatakan sudah pernah kesana sebelumnya, Ketua JAI Kota Sorong yang menjadi pengemudi pun mengarahkan kendaraannya ke tujuan. Bila memperhatikan jumlah jarak yang terpampang sepanjang jalan, di KM 28 alias pada jarak sekitar 16 kilometer, akhirnya belok kanan dan masuk melewati jalan yang rusak parah. Beberapa kali Mubalig Daerah turun dan jalan kaki.

“Ustad sudah terlewat jauh. Kami di Klalin 6, bundaran Zipur belok kiri,” kata suara dari gawai. Itu adalah suara Ustad Agus Leteh, yang akan ditemui.

Sesampai di Masjid Al-Ikhlas, ternyata itu bukanlah tujuan. Atas panduan Ustad Agus Leteh, kemudian putar balik sejauh sekitar lima kilometer. Bila mengacu pada rute google Maps, memang jarak Klalin 6 atau Kurwato hanya sekitar 10 atau 11 kilometer saja. Artinya bila dihitung dari Kilo O di Kota, maka akan ditemukan angka 23 alias di KM 23. Itu artinya sekitar bundaran dari Pasar Lama Aimas atau komplek Batalyon Zeni Tempur (Yon Zipur). Memang benar demikian kenyataannya!

Klalin 6 berada di Kampung/Desa Kurwato, Distrik Aimas, Kab. Sorong. Kampung ini dihuni sekitar 86 jiwa. Rumah-rumah mereka merupakan bantuan dari GP Ansor Pusat dan juga Kementerian Sosial. Sebelumnya mereka tinggal di sekitar Bandara DEO Kota Sorong. Bahkan sebelumnya lagi, puluhan tahun yang lalu, mereka masih tinggal di Kampung Korewatara atau Kampung Migore di Kab. Sorong Selatan.

Ustad Agus Leteh adalah alumnus Pesantren asuhan KH Mustofa Bisri alias Gus Mus. Sudah beberapa tahun dia mengajar mengaji untuk anak-anak suku Kokoda Muslim di Kurwato. Bahkan, kini sudah didirikan Madrasah Diniyah yang diberi nama “Al-Ibriz” Iru Nigeiyah. Nama “Al-Ibriz” untuk mengingatkan tafsir “Al-Ibriz” dengan terjemahan bahasa Jawa karangan KH Bishri Mustofa, ayahanda Gus Mus.

Pertemuan dengan tokoh suku Kokoda Muslim akhirnya terlaksana. Mubalig Daerah Papua Barat disambut oleh Ustad Agus Leteh, Bapak Supriyadi Biowa, Bapak Edi Erare dan puluhan santri yang baru saja usai ujian (imtihan). Gedung Madrasah Diniyah menjadi tempat perbincangan yang akrab selama satu jam lamanya. Acara pun ditutup dengan penyerahan selempang dan foto bersama.

“Dari ibukota Sorong Selatan yaitu Teminabuan sekitar tujuh jam perjalanan lagi menggunakan longboat berdaya 40 PK. Apabila menggunakan yang 15 PK, bisa seharian baru sampai kesana,” ujar Bpk. Supriyadi Biowa, S.Pd.I., yang menjadi sesepuh sekaligus Kepala Madrasah “Al-Ibriz” Iru Nigeiyeh tersebut. “Saya lahir di Korewatara sehingga masih bisa bahasa suku Kokoda,” papar alumnus Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Sorong, 2009 itu.

Perbincangan hampir satu jam lamanya tersebut banyak membahas profil suku Kokoda dan marga-marganya. Bagaimana Islam melalui Kesultanan Tidore, ratusan tahun lalu telah mengubah hidup orang asli Papua (OAP) tersebut menjadi Muslim yang bertahan hingga sekarang. Para sesepuh tersebut nampak senang menemukan lawan bicara yang seimbang. Aneka foto di kampung mereka sebelumnya di Korewatara dan Migori pun diperlihatkan oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Mereka semakin tampak keheranan.

“Sangat baik sekali sekiranya ada upaya menterjemahkan Juz ‘Amma ke dalam bahasa suku Kokoda sehingga anak-anak kecil bisa mengingat bahasanya saat menghafal Surah-surah pendek,” usul Mubalig Daerah Papua Barat yang membuat sesepuh suku Kokoda itu tampak menemukan sesuatu. Ternyata memang di Madrasah itu diajarkan juga Sejarah Kebudayaan Kokoda (SKK). namun mereka belum pernah terfikir ke arah usulan penerjemahan Surah-surah pendek itu ke dalam bahasa suku Kokoda.

Acara malam itu adalah agenda terakhir pada hari kedua kunjungan di Kota dan Kabupaten Sorong. Pagi tadi, Mubalig Daerah bersama Ketua JAI Kota Sorong juga mengunjungi anggota Anshar di Satuan Pemukiman (SP) 1. Setelah itu bergerak ke Distrik Aimas tepatnya di kompleks DIY, Kampung Malasom. Disana adalah lokasi usaha khudam Sorong asal Tegal Sdr. Mahmud Ahmad. Menu Lontong Kari dan Bubur Ayam “Darpen” (Dahar itu Penting) adalah andalan utamanya.

Agenda berikutnya adalah pertemuan dengan para jurnalis yang pro-keragaman dan pernah menerima story grant jurnalisme dari Serikat Jurnalisme untuk Keragaman (SEJUK). Dari Sorong ada dua orang, yaitu Olha Iriani Mulalinda, SE dan Tantowi Jauhari. Olha adalah wartawan SorongNews dan juga dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) di IAIN Sorong. Sedangkan Tantowi selain jurnalis TeropongNews Sorong juga merupakan Lazis NU Kabupaten Sorong. []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags: ,

No Responses

Tinggalkan Balasan