“Pak Ustad ini yang kemarin memberikan foto ayah (Mayor [Tituler] Lodewijk Mandatjan) itu. Foto itu dari tahun 1969 lalu. Fotonya bagus dan tidak pecah gambarnya.”
Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [4/1]. Banyak cara sebagai entry point rabtah. Tetapi masalah hubungan psikologis adalah yang utama. Bila hal ini telah dilakukan, maka ke depannya dijamin akan menjadi akrab atau dikenang terus orang yang bersangkutan. Ini memenuhi tahap ketiga dari unsur rabtah: Solusi merupakan Eksistensi. Dipastikan, hubungan pun melebihi sekedar hubungan formalitas, yaitu menjadi hubungan kekeluargaan.
Mubalig Daerah Papua Barat, sebagai pencetus tahap rabtah yang disebut Tri Ratana (Tiga Mutiara) telah melaksanakan tahap-tahap tersebut dan menjadikannya sebagai teori rabtah: Kenal itu Awal, Undangan adalah Pengakuan dan Solusi merupakan Eksistensi. Ketiga tahap ini bila dilalui dengan baik dan terukur akan melahirkan hubungan kekeluargaan. Bahkan, terkadang kita diminta buat makanan sendiri di dapur orang tersebut.
Ketika berkunjung ke rumah dinas Camat Kemang Wahyu Hadi Setiono beberapa tahun lalu, Mubalig Daerah Papua Barat yang saat itu menjadi Koordinator Tim Rabtah diminta membuat makanan sendiri di dapur.
“Silakan Pak Rakeeman langsung buat nasi goreng saja di dapur. Ada nasi dan telor serta bumbunya di dapur. Anggap saja rumah sendiri,” ujar Camat yang akhirnya bersahabat baik dengan Jemaat.
Meskipun hanya sekedar makanan, itu menjadi barometer hubungan rabtah. Bahkan, dari segelas kopi yang dihidangkan di ruang tamu, apalagi diminta membuat sendiri di dapur, itu sudah cukup menunjukkan hubungan yang baik. Untuk di Papua Barat sendiri, Mubalig Daerah menggunakan beberapa pendekatan psikologis: kekerabatan, keilmuan, solusi. Dari selembar foto, bisa terjalin rabtah tahap ketiga.
“Pak Ustad ini yang kemarin memberikan foto ayah (Mayor [Tituler] Lodewijk Mandatjan) itu. Foto itu dari tahun 1969 lalu. Fotonya bagus dan tidak pecah gambarnya.” ujar Drs. Dominggus Mandacan, M.Si., Gubernur Papua Barat periode 2017-2022 kepada istrinya saat Mubalig Daerah hadir dalam Open House Natal di rumah pribadinya di Kampung Mandopi. (Buka Link)
Sejak Mubalig Daerah Papua Barat memberikan hadiah foto ayahanda dari Drs. Dominggus Mandacan, M.Si. itu, dalam perjumpaan beberapa kali, keturunan Lodewijk Mandatjan itu langsung mengenali Mubalig Daerah Papua Barat. Rupanya, memori itu telah tertanam di bawah sadarnya. Bila melihat Mubalig Daerah Papua Barat dari jauh saja, langsung segera memanggil, “Pak Ustad”!.
Hal ini juga terjadi saat bertemu dalam peletakan batu pertama Barapen International School (VIS) dan Eben Haezer Sasea Convention Centre (EHSCC) oleh GBI Penuai Manggoapi, 15 Desember 2022 lalu. Bahkan, saat itu Kepala Suku Besar Arfak itu langsung terlihat akrab dan lama berbincang banyak hal dengan Mubalig Daerah Papua Barat setelah mengetahui bahwa foto ayahnya itu berasal dari Mubalig Daerah Papua Barat. []
Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses