Dakwah Bi Al Haal Mubalig Kaimana Berujung Baiat

Dakwah Bi Al Haal Mubalig Kaimana Berujung Baiat
"Dulu saya antar beliau ke arah Babo waktu beliau mencari anaknya. Saat itu saya sedang panen buah pala. Setelah sampai disana, barulah saya kembali lagi dengan jalan kaki. Beliau ingat peristiwa itu hingga kini."

Masroor Library – Kaimana, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI DAERAH PAPUA BARAT [12/12]

Suasana pasar di Kaimana itu terasa terik panas. Seorang lelaki cukup umur dengan kulit berwarna gelap terlihat sedang menjajakan dagangannya. Tampak udang dan ikan laut terhampar di depannya. Lalu lalang orang di pasar itu mencari keberuntungan. Penjual dan pembeli saling mengadu doa untuk kecocokan rejeki.

Seorang lelaki tampak menghampiri lelaki pertama tadi. Saat transaksi, keduanya menjadi kaget.

“Bukankah Pak yang dulu pernah mengantar saya ke arah Babo?” ucap penjual ikan tersebut sambil mengingat-ingat. “Benar, itu dulu saya yang mengantar kesana waktu sedang panen buah pala,” jawab lelaki yang menjadi pembeli.

Lelaki pertama tadi ternyata adalah Bapak LU . Beliau berasal dari Kecamatan Teluk Arguni Atas, tepatnya di Kampung Gusi. Sudah tiga hari beliau berada di Kaimana untuk menjual barang dagangannya berupa hasil tangkapan laut. Perlu waktu tujuh jam untuk bisa tiba di Kaimana dari kampung asalnya dengan menggunakan perahu.

Sedangkan lelaki kedua tidak lain adalah Maulana Hamid Sirfefa, Mubalig Kaimana yang adalah orang asli Papua (OAP). Pagi menjelang siang itu, suami dari Ibu Rostinah Ya’qub tersebut hendak membeli sekedar lauk ke pasar. Ternyata, Tuhan mempertemukan mereka berdua setelah peristiwa setahun yang lalu.

Mln. Hamid Sirfefa kemudian mengajak Bapak LU  ke rumah missi Kaimana. Setelah berbincang aneka tema dan mengenai Jemaat, akhirnya Bapak LU pun menyatakan bai’at, Sabtu (12/12) siang itu.

“InsyaAllah, saya akan mengajak keluarga di kampung untuk bai’at juga,” kata lelaki asal Suku Kuri itu kepada Mubalig Daerah Papua Barat via telpon.

Seperti diketahui, di Papua Barat, masyhur cerita bahwa perahu Nabi Nuh AS dan ketiga putranya mendarat di Gunung Nabi. Ketiga anaknya kemudian mengambil jalan masing-masing. Kuri, Mairasi dan Irarutu lalu berkembang menjadi suku-suku besar di Kaimana. Mereka tersebar di kawasan Teluk Arguni hingga ke Teluk Bintuni dan Teluk Wondama.

Jemaat Daerah Papua Barat memiliki mubayin baru yang berasal dari Suku Irarutu dan Suku Kuri. Ada sebanyak 22 marga yang berasal dari Suku Irarutu dan satu marga yang berasal dari Suku Kuri. Marga Ufnia sebelumnya yang telah bai’at adalah Ibu Nunsa Ufnia dengan lima anaknya: Maryam Ufnia, Saria Ufnia, Arsad Ufnia, Maisa Ufnia dan Baharia Ufnia. Sedangkan Bapak LU adalah orang ketujuh dari Suku Kuri yang menyatakan bai’at.

“Saya bai’at karena melihat kebaikan Bapak Hamid. Tahun lalu beliau menolong saya, mengantarkan saya ke Babo dan beliau pulangnya jalan kaki. Sampai sekarang saya masih teringat peristiwa itu. Pastilah beliau orang yang baik,” kata Bapak LU itu beranalogi.

“Apalagi tadi beliau sampaikan mengenai Perahu Nabi Nuh AS. Saya juga ingin ikut naik ke dalam perahu itu agar selamat.”

Ternyata, dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Ada dakwah bi al-kalam, ada dakwah bi al-qalam dan dakwah bi al-haal. Dakwah bisa disampaikan melalui ucapan lisan (ceramah, pidato), melalui tulisan (buku, brosur, selebaran, poster) dan juga melalui kepribadian (karakter yang baik). Dan, Bapak. LU  adalah salah satu yang mendapatkan karunia tersebut! []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan