Agenda Kunjungan Hari Keempat | Perluas Jejaring Simpatisan Jemaat

Agenda Kunjungan Hari Keempat | Perluas Jejaring Simpatisan Jemaat
"Kedepannya kami akan minta Pak Doktor sebagai salah satu Dewan Pembina Pusat Kajian Papualogy (School of Oriental Studies and Papualogy) di IAIN Sorong."

Masroor Library – Sorong, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI DAERAH PAPUA BARAT [7/12]

Ruang rapat rektor itu terletak di lantai dua Rektorat IAIN Sorong. Ukurannya seluas sekitar 48 meter persegi. Sebuah meja elips disusun di dalamnya. Tampak juga papan display disimpan permanen di ujung yang berlawanan dengan kursi pimpinan sidang. Meja itu dapat memuat kursi untuk sekitar 17 peserta rapat.

Dari 17 kursi itu, sebanyak 10 kursi telah ditempati peserta Forum Group Discussion (FGD). Sesuai agenda, Senin (7/12) siang itu IAIN Sorong melaksanakan FGD untuk pembentukan School of Oriental Studies and Papualogy. Manfaat ekonomis-religius menjadi tujuan pembentukannya, sambut Rektor IAIN Sorong.

“Bila kita bangun sebuah masjid terapung dilengkapi dengan fasilitas museum Manuskrip Kuno Islam Papua Barat, tentu ini akan menjadi daya tarik dan pemikat orang berdatangan kemari,” kata Dr. Hamzah Khaeriyah, M.Ag. dalam salah satu poin sambutannya. “Ini juga akan menjadi satu-satunya pusat kajian mengenai Papualogy di Indonesia, bahkan dunia.”

Setelah menyebutkan satu per satu peserta yang hadir, Kabag AUAK IAIN Sorong sebagai moderator kemudian mempersilakan Mubalig Daerah Papua Barat untuk menyampaikan paparan mengenai Manuskrip Islam di Papua Barat. Dibantu oleh PPT, paparan yang sedianya hanya 15 menit ternyata menjadi satu jam setengah. Peserta terlihat sangat antusias dan menikmati paparan tersebut.

Ada dua materi yang disampaikan dalam kesempatan itu. Pertama, Manuskrip Kuno Islam di Maluku. Sedangkan kedua, Manuskrip Islam di Papua Barat. Kesimpulannya, masalah Manuskrip dimanapun akan sama. Akses ke pemilik untuk menelitinya, akan menjadi upaya utama untuk inventarisir manuskrip itu sebelum pemanfaatannya untuk tujuan ekonomis atau edukatif.

“Dengan adanya Pusat Kajian Papualogy ini diharapkan, bahwa pemecahan masalah di Papua bukan hanya melalui pendekatan militer, melainkan melalui pendekatan etnografi, sosiologi dan filologi serta kodikologi,” harap Rakeeman R.A.M. Jumaan sebagai narasumber tunggal dalam FGD tersebut.

“Sebaiknya dipersiapkan SDM Muslim dari suku yang ada di Papua Barat ini sebagai pakar Sejarah Islam dan pakar Manuskrip Islam Papua Barat sehingga ini akan bermanfaat bagi perkembangan suku asli Papua yang Muslim tersebut. Termasuk, kajian mengenai bahasa dan tradisinya. Bisa dari suku Kokoda atau suku Irarutu,” ucapan penutup alias closing speech dari narasumber tunggal tersebut.

pertanyaan diajukan terkait kata “Nuu Waar”, sosok Imam Abdurrahim Rafana, perseteruan antar Negeri di Maluku dan solusi penanganannya serta inventarisir naskah Manuskrip Kuno di Papua Barat. Semua pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh narasumber dengan alternatif pendekatannya. Acara kemudian ditutup dengan closing speech oleh Rektor.

Hadir dalam acara selama hampir tiga jam tersebut, seluruh pejabat teras IAIN Sorong. Selain Rektor Dr. Hamzah Khaeriyah, juga Direktur Pasca Sarjana KH Dr. Surahman Amin, M.A., Direktur Pusat Linguistik Dr. Hasbi, Dr. Syamsuddin, Dr. Rosdiana, Dr. Wati Hikmawaty dan para doktor lainnya dengan spesialis kajian masing-masing. Sedangkan dari pihak narasumber didampingi oleh Mubalig JAI Kota Sorong Mln. Basyiruddin Aziz.

Usai acara Mubalig Daerah Papua Barat didampingi Mubalig JAI Kota Sorong kemudian meluncur ke Satuan Pemukiman (SP)-3 untuk bersilaturahmi dengan keluarga Haji Sa’id dan juga keluarga putri beliau, Nikmah asal Blitar, Jawa Timur. Ternyata rumah Haji Sa’id berada di sebelah Masjid Jami’ yang masih dalam proses renovasi. “Kami menerima bantuan dari Pemerintah sebesar Rp 200 juta,” kata Nikmah menerangkan.

Silaturahmi kemudian dilanjutkan di rumah Ibu Nikmah di RT 03 RW 03 Lorong Maksubun. Rumah itu tampak sudah berubah. Fondasinya tampak telah ditinggikan. “Untuk menghindari banjir yang biasanya meluap dari sungai di belakang rumah,” kata suami Ibu Nikmah asal Blitar yang berprofesi sebagai petani dan pekebun tersebut.

Baik Haji Sa’id maupun putri beliau, Ibu Nikmah, merupakan kenalan ghair dari Mln. Umar Falahuddin Syahruddin yang –dulu pernah ditugaskan di Sorong dan– sebelumnya telah menghubungi Mubalig Daerah Papua Barat dan juga Ibu Nikmah agar keduanya dapat bertemu. Awalnya, pertemuan itu belum masuk agenda dalam kunjungan perdana. Namun karena khawatir terjadi kekecewaan, maka diputuskan usai acara di IAIN Sorong akan langsung ke sana.

“Waduh, sayang sekali saya sudah telpon beliau tadi. Dan sangat senang dengar Bapak mau berkunjung. Saya perkenalkan Bapak (sebagai) guru saya waktu dulu mondok. Kalau bisa sempatkan supaya membuka peluang buat tablig di Sorong. Soalnya Pak Haji dan Bu Nikmah jamaahnya banyak,” harap Mln. Umar Falahuddin yang kini ditugaskan di Kurik, Merauke.

“Alhamdulillah, mudah-mudahan ini menjadi awal yang baik untuk perkembangan Jemaat,” harap Mln. Umar Falahuddin kembali ketika Mubalig Daerah Papua Barat mengirimkan foto-foto pertemuan dengan Haji Sa’id dan Ibu Nikmah sekeluarga. []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan