Tentang Ismuhu Ahmad | Untuk Siapa ??

Tentang Ismuhu Ahmad | Untuk Siapa ??

Berikut ini adalah surat Mufti Jemaat Ahmadiyah, Tn Mubasysyir Ahmad Kahluu, yang ditujukan kepada Wakilut Tabsyir Tahriq Jadid Rabwah tentang penjelasan mengenai ayat Ismuhu Ahmad. Diterjemahkan oleh Mln Amar Ma’ruf dan Mln Komaruddin Shd.

Yth. Wakilut Tabsir Tahrik Jadid, Rabwah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surat Tuan no. 338 tanggal 11 September 2005 perihal nubuatan “Ismu Ahmad” telah diterima.

Pada awalnya Hadhrat Khalifatul Masih II RA berpendapat bahwa, nubuatan Ismuhu Ahmad ditujukan kepada Hadhrat Masih Mau’ud AS, bukan kepada Hadhrat Muhammad SAW, tetapi kemudian pendapat beliau mengalami perubahan. Dan dalam kaitan dengan kerusuhan Punjab tahun 1953 di hadapan sidang penyelidikan kerusuhan Punjab beliau memberikan keterangan bahwa: “Menurut pendapat kami Ismuhu Ahmad secara fundamental ditujukan kepada Hadhrat Rasulullah SAW, tetapi secara zhil/bayangan ditujukan juga kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS.” (Keterangan Imam Jemaat Ahmadiyah pada komite penyidikan pengadilan halaman 21)

Demikian juga dalam Tafsir Saghir mengenai ayat ini Hudzur RA menulis:

“Di dalam ayat ini ada nubuatan tentang Rasulullah SAW….. Di dalam ayat ini terdapat nubuatan langsung tertuju pada Rasulullah SAW dan tertuju seorang sosok mashar, buruz atau bayangan beliau SAW. Yang mengenainya diberikan secara tidak langsung pada Surah berikutnya.” (Tafsir Saghir Surah As-Aaff catatan kaki di bawah ayat Ismuhu Ahmad)

Hadhrat Masih Mau’ud AS juga menyatakan di beberapa tempat dalam karya beliau bahwa nubuatan itu beliau tujukan atau kenakan kepada Hadhrat Rasulullah SAW dan di sebagian tempat beliau kenakan pada diri beliau dan dalam hal ini tidak ada kontradiksi bahwa dalam satu ayat ditujukan kepada Rasulullah SAW dan juga kepada Hadhrat Masih Mau’ud AS. Untuk memahami poin tersebut di bawah ini disajikan 1 kutipan Hadhrat Masih Mau’ud AS sebagai pedoman.

Beliau bersabda;

“Ayat 

(binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa), yang berada pada juz terakhir Alquran dan surah pertama dari empat surah-surah terakhir sebagaimana hal itu mengacu atau mengena pada musuh-musuh Rasulullah SAW yang menyakiti beliau demikian pula sebagai isyarah pada nash yang mengacu pula pada musuh-musuh Islam yang menyakiti Hadrat Masih Mau’ud AS dan perumpamaannya sebagai contoh adalah:

(Dialah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkannya di atas segala agama-agama)

Ini mengacu atau tertuju kepada Hadhrat Rasulullah SAW dan kemudian ayat ini pula ditujukan kepada Hadhrat Masih Mau’ud AS. Sebagaimana semua ahli tafsir mengisyarahkan pada itu. Jadi ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Bahwa penyempurnaan suatu ayat adalah Rasulullah SAW dan kemudian Hadhrat Masih Mau’ud AS juga menjadi penyempurna ayat yang sama. Bahkan Alquran yang memiliki benerapa wajah/tampilan pribahasanya dalam corak seperti itu pernah terjadi bahwa di dalam ayat ini telah dituju serta sempurna pada wujud Rasulullah SAW dan penggenapan ayat itu juga kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. Sebagaimana jelas dari ayat:

Dan maksud Rasul di tempat ini adalah Rasulullah SAW dan Masih Mauud AS juga.” (Tuhfah Gulurwiyah, halaman 7-76. Cetakan pertama)

Begitu pulalah di dalam nubuatan Ismuhu Ahmad maksudnya adalah Hadhrat Rasulullah SAW dan juga Hadhrat Masih Mauud AS. Ayat Ismuhu Ahmad adalah surah As saf ayat 7.

Wallahu a’lamu bish-shawaab
Tertanda
Mubasysyir Ahmad Kahluu
Mufti Jemaat Ahmadiyah

Sumber:
Darsus Vol. II No. 4-5 Shahadat/Hijrah – April/Mei 2007

Catatan:

Penulisan nomor ayat al-Quran Syarif dalam buku ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW riwayat sahabat Ibnu Abbas ra  yang  menunjukkan bahwa setiap basmalah pada tiap awal surat adalah ayat pertama surat itu:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَعْرِفُ فَصْلَ السُّوْرَةِ حَتَّى يَنْزِلَ عَلَيْهِ بِسْمِ اللهِ الرَّحمْـاـنِ الرَّحِيْمِ

Nabi SAW tidak mengetahui pemisahan antara surat itu sehingga bismillaahir-rahmaanir-rahiim turun kepadanya. (HR Abu Daud, “Kitab Shalat”; dan Al-Hakim dalam “Al-Mustadrak”)

No Responses

Tinggalkan Balasan