Pada saat Bani Umayyah berkuasa di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sofyan (661-680) dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus, Suriah ia memperluas wilayah yang terhenti pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali. Ia berhasil menaklukan Persia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasam sampai sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Yang disebut Khurasan saat itu mencakup kawasan Asia Tengah dan Afganistan. Bahkan beberapa sumber menyebutkan sebagai Persia Timur, ekspansi ini mulai dilakukan setelah 9 tahun masa kekhalifahan Muawiyah, taitu tahun 670.
Samarkand yang terletak di Asia Tengah jatuh ke tangan Bani Umayyah. Walaupun penguasaan Samarkand oleh Bani Umayyah lebih bernuansa politis namun tak lepas juga dari upaya pengenalan ajaran agama baru yaitu Islam, oleh kaum Muslim.
Mereka yang sedang mengalami semangat yang tinggi untuk mengenalkan ajaran Islam, menjadikan masyarakat kota Samarkand sebagai ‘ladang’ pertabligan. Masa awal pertabligan ajaran Islam di Samarkand ini terjadi antara rentang waktu 670 hingga 677.
Tiga tahun setelah tentara Bani Umayyah berhasil menaklukkan Samarkand, Muawiyah wafat di usia 77 tahun atau 78 tahun (680), dan penggantinya adalah Yazid bin Muawiyah.
Yazid yang hanya berkuasa selama 3 tahun (680-683) itu tidak memiliki peran positif perkembangan Islam. Sebaliknya ia menjadi penyebab utama dari semakin runcingnya perpecahan dalam umat Islam. Yazid menjadi tertuduh utama atas terbunuhnya cucu Nabi SAW, Husein bin Ali oleh pasukan Karbala, Irak. Tetapi peristiwa pembunuhan di Karbala itu menjaidi faktor lain dari hijrahnya kerabat dan keturunan Husein bin Ali ke Samarkand . Saat itu, puluhan anggota keluarga Husein bin Ali yang terdiri dari kaum wanita dan anak-anak dibiarkan hidup oleh Yazid. Mereka mencari perlindungan dengan melakukan perjalanan ke sebelah timur Persia, menuju Asia Tengah dan akhirnya menetap di Samarkand.
Jejak keberadaan keturunan Nabi SAW di Samarkand tercatat dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait. Bahkan berdasarkan catatan yang ada dalam buku itu, Sang Penyebar Islam pertama di Pulau Jawa yaitu Sayyid Maulana Malik Ibrahim, yang bergelar Sunan Gresik berasal dari Samarkand.
Maulana Malik Ibrahim ditulis dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait, berasal dari Samarkand. Dalam Babad Tanah JAwaversi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As Samarqandy.
Maulana Malik Ibrahim disebut sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW hal ini berdasarkan pada catatan dari As Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al Huseini yang kumpulam catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume. Berikut uraiannya;
As Sayyid Maulana Malk Ibrahim bin As Sayyid Barakat Zainal Alam bin As Sayyid Husain Jamaluddin bin As Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As Sayyid Abdullah bin As Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As Sayid Muhammad Shahib Mirbath bin As Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As Sayyid Alwi bin As Sayyid Muhammad bin As Sayyid Alwi binAs Sayyid Ubaidillah bin Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Al Imam Isa bin Al Imam Muhammad bin Al Imam Ali Al Uraidhi bin Al Imam Ja’far Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin binAl Imam Husain bin Sayyidah Fatimah Az Zahra / Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad RasulullahSAW.
Nasab Sayyid Maulana Malik Ibrahim yang sampai kepada Nabi Muhammad SAW ini membuktikan bahwa di Samarkand sejak tahun 680 an sudah ada ketyrynan Nabi Muhammad SAW. Mereka mendapat kehormatan dari penduduk Samarkand, baik dalam kedudukan agama maupun di pemerintahan.
Alur Nasab inipun semakin menguatkan klaim Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS bahwa dirinya juga merupakan keturunan Rasulullah Muhamad SAW dari pihak ibunya, bergelar Sayyidah yang berasal dari Samarkand.
(bersambung)
(artikel sebelumnya)
No Responses