
Masroor Library – Misi pertabligan pertama di Jerman didirikan oleh Maulana Mubarak Ali dan Maulana Malik Ghulam Farid, M.A., pada Desember 1923. Pada Mei 1924 kemudian ditutup lagi. Pada 20 Januari 1949, Choudry Abdul Latif, B.A., mewakafkan diri menjadi mubalig.
Permulaan Tablig
Beliau mendirikan pusat pertabligan di Hamburg. Pada tahap awal, beliau sedikit demi sedikit belajar bahasa Jerman, sedangkan untuk melaksanakan tugas sehari-hari beliau berbicara menggunakan bahasa Inggris. Pada 24 Mei 1949, beliau pertama kali mengadakan pertemuan tablig di tengah kota, yaitu di sebuah gedung yang sangat luas bernama gedung “Debnicke”. Perkumpulan-perkumpulan dunia yang ada di Hamburg dan Hamburg Study Club diundang hadir. Buku karangan Khalifah II, “The Life and Teachings of Prophet Mohammad” diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Ini merupakan buku pertama yang diterbitkan oleh misi pertabligan Islam Ahmadiyah di negeri Jerman.
Asal Mula Gerakan Ahmadiyah di Jerman
Melalui upaya pertabligan yang gigih dari misi Ahmadiyah di Switzerland, beberapa orang Jerman akhirnya memeluk Islam. Di antara mereka adalah Abdul Karim Dungker yang begitu tulus. Pada 18 Oktober dan 25 Nopember 1949, Hans Dunger dan E. Nowak juga masuk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Hamid dan Abdurrahim.
Kesulitan-kesulitan Mubalig Islam
Pada awalnya, ada seorang Jerman yang baru memeluk Islam (Ahmadiyah) bernama Kuhne. Dia mengupayakan agar mubalig Ahmadiyah bisa menetap di Jerman. Namun karena adanya Perang Dunia (PD) Kedua, kondisinya tidak memungkinkan. Tetapi dengan karunia Allah Ta’ala, akhirnya pemerintah Jerman sendiri bisa menerima kehadiran mubalig Islam Ahmadiyah dan menetap di Hamburg.
Pendirian Jemaat Nurenberg
Pada saat itu, misi pertabligan Islam Ahmadiyah hanya terdapat di kota Hamburg. Tetapi pada bulan September 1952, dibuka misi pertabligan di Nurenberg, setelah ada tiga orang Jerman di kota tersebut yang masuk Islam. Yaitu setelah Umar Hoffer, seorang asli Jerman masuk Islam dan bertablig kepada teman-temannya.
Konferensi Kecil Misi Ahmadiyah di Hamburg
Gairat pertabligan Islam di Jerman mulai meningkat. Di Hamburg, misi pertabligan Ahmadiyah di Eropa mengadakan Jalsah (konferensi) kecil, yang berlangsung dari 18-20 Nopember 1954. Pada acara tersebut turut hadir anggota-anggota Jemaat Ahmadiyah dari berbagai negara: Inggris, Switzerland, Belanda, Spanyol.
Pemberitaan pers mengenai Jalsah (konferensi) tersebut sangat gempita. Surat-surat kabar menampilkan foto dan menulis jalan acaranya. Satu surat kabar Kristen menulis dengan tajuk headline sebagai berikut:
Masalah Penting Untuk Misi Kristen dan Gereja
Masalah ini hendaknya diperhatikan oleh dunia Kristen, yaitu bahwa Islam yang pada penyebarannya yang pertama kali mengusung kebangunan ruhani, kini melalui misi-misi pertabligannya sedang mengupayakan agar Eropa menjadi Islam. Pada hari-hari ini sedang dilangsungkan pertemuan misi Islam di Hamburg yang menunjukkan bahwa Islam sedang tersebar menuju ke arah kemajuannya.
Jerman, Inggris, Belanda, Switzerland dan Spanyol sedang mengalami pertabligan Islam, utamanya lewat literatur. Di Jerman, medan keberhasilan dakwah Islam begitu luasnya. Hanya dalam beberapa tahun, sudah didirikan mesjid di Hamburg. Melalui peristiwa ini, mata kita hendaknya tidak boleh tidur. Atau, kita akan mengalami kerugian setelah Islam menjadi kekuatan yang kokoh di dunia. Dalam keadaan yang demikian, sangat sulit bagi dunia Kristen untuk menahannya.
Kegiatan Khalifah Ahmadiyah II di Jerman
Sejarah misi pertabligan Islam Ahmadiyah pada pertengahan tahun 1955 harus dicatat dengan tinta emas, karena pada waktu itu Khalifah Ahmadiyah II, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad mengadakan lawatan ke Jerman mulai 25–29 Juni 1955. Pada 26 Juni 1955, Dr. Taltak, seorang orientalis Jerman bai’at masuk Islam di tangan beberkat Hadhrat Khalifatul Masih II setelah dilakukan dialog. Hudhur kemudian memberinya nama Islam, Zubair.
Lawatan Hudhur II di Jerman diliput secara luas oleh surat kabar-surat kabar Jerman. Pidato-pidato beliau yang sangat cemerlang, sangat menarik perhatian orang-orang Jerman. Salah satu surat kabar, Hamburger Anzeiger dalam terbitan 28 Juni 1955 menuliskan kecemerlangan pidato Khalifah Ahmadiyah II itu dilengkapi dengan foto-foto, sebagai berikut:
Amirul Mukminin di Balaikota Hamburg
Imam Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad kemarin disambut oleh Menteri Von Flesenne di Balaikota Hamburg. Dijelaskan, bahwa Khalifah Ahmadiyah yang berusia 66 tahun tersebut telah berhasil membangun Rabwah, yang tadinya daerah tak berharga menjadi sebuah kota yang terkenal (di Pakistan). Lembaga-lembaga pendidikan dan sekolah misi sudah terdapat disana.
Islam adalah agama yang damai dan toleran, dan ketaatan merupakan salah satu pokok yang diajarkan Islam di seluruh dunia. Oleh sebab itu, Jemaat Ahmadiyah di Jerman, berupaya mempersembahkan wajah Islam yang demikian. Ruh Islam sedang menghidupkan Jerman. Jemaat Ahmadiyah Jerman telah memiliki markaz (pusat pertabligan Islam) di Hamburg. Misi pertabligannya kini sudah terdapat di berbagai negara.
Selain surat kabar yang ada di Hamburg, sekitar 20 surat kabar di kota lain juga menuliskan kedatangan Khalifah Ahmadiyah II tersebut dilengkapi foto-foto.
Pembangunan dan Peresmian Mesjid Hamburg
Selama berada di Hamburg, Khalifah Ahmadiyah II segera memberikan petunjuk-petunjuk berkenaan dengan pembangunan mesjid-mesjid lainnya. Tak sampai dua tahun sejak itu, tepatnya pada 22 Februari 1957 di Hamburg telah dilaksanakan peletakan batu pertama untuk pembangunan mesjid dan peresmiannya dilakukan oleh Sir Muhammad Zafrullah Khan pada 22 Juni 1957.
Peresmian didahului oleh tilawat Al-Qur’an yang dibacakan oleh Hafidz Qudratullah, mubalig Ahmadiyah di Belanda. Kemudian Choudry Abdul Latif sebagai kepala misi pertabligan di Jerman menyampaikan sekelumit maksud dan tujuan didirikannya mesjid. Selanjutnya, Mirza Mubarak Ahmad dalam kapasitasnya sebagai wakil dari Hadhrat Khalifatul Masih II, membacakan amanat Khalifah dalam bahasa Inggris, yang terjemahannya sebagai berikut:
Saudara-saudara anggota Jemaat Ahmadiyah Jerman!
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,
Untuk berpartisipasi dalam pembukaan mesjid di Hamburg, saya telah mengutus putra saya, Mirza Mubarak Ahmad. Untuk peresmiaannya, insya Allah, akan dilakukan oleh saudara kita, Sir Muhammad Zafrullah Khan. Sedangkan Mirza Mubarak Ahmad hanyalah sebagai tanda ikatan atas ketidakhadiran saya.
Keinginan saya adalah, semoga Allah Ta’ala menolong saudara-saudara sehingga pembukaan mesjid lainnya pun dapat dilakukan di kota-kota Jerman lainnya. Harapan saya, setelah dipertemukan dengan Maulana Abdul Latif, Mirza Mubarak Ahmad dapat membuat skema untuk pembangunan mesjid-mesjid tersebut sehingga sesegera mungkin pembangunannya dapat dimulai.
Tuhan berkehendak agar orang-orang Jerman segera menerima Islam dan melalui kekuatan sendiri mereka dapat menjadi pemimpin jasmani dan rohani bagi Eropa. Pada akhirnya, akan ada seorang Jerman yang setelah memeluk Islam kemudian ia mewakafkan diri untuk pertabligan Islam di Amerika.
Namun, kita tidak cukup hanya dengan seorang saja, ribuan bahkan jutaan mubalig Islam akan dilahirkan dari orang-orang Jerman. Sehingga, jutaan orang-orang Jerman lainnya akan menerima Islam dan melaksanakan syiar Islam serta di tangan bangsa Jerman-lah kepemimpinan Eropa akan terletak. Allahumma amin!
Yang amat lemah,
Mirza Mahmud Ahmad
Khalifatul Masih II
Mesjid Hamburg dan Pers Kristen
Sejak didirikannya mesjid pertama oleh Jemaat Ahmadiyah di Hamburg, misi pertabligan Islam mulai terprogram dengan rapi. Sehingga pers Kristen Jerman menyiratkan ketakutan terhadap perkembangan ini. Beberapa surat kabar menuliskan pandangannya tersebut:
- Surat kabar Lan des Zeitung dalam edisi terbitannya tanggal 11 Juni 1958 menuliskan suatu headline berjudul “Alarm Berbahaya dari Mesjid Hamburg”. Isinya, bahwa sekarang Islam sedang mengalami kehidupan baru dan salah satu sektenya telah membangun sebuah mesjid pertama di kota Hamburg;
- Surat kabar Wurzburg menulis: “Pembangunan mesjid di Hamburg menandakan bahwa dunia Kristen telah mengalami kemalasan bertablig dan terhadap agamanya sendiri sudah tidak peduli dan acuh, apalagi memiliki tanggung jawab akan penyebarannya.”
- Surat kabar keagamaan The Church mengungkapkan pemikirannya: “Perang Suci antara Islam dan Kristen terjadi di Hamburg. Yaitu, betapa sekarang kita menyadari bahwa seiring dengan pendirian mesjid di Hamburg, pertempuran berbahaya sedang terjadi. Abdul Latif, Mubalig Jemaat Ahmadiyah telah datang ke Jerman pada 1949 dan hanya delapan tahun kemudian, tepatnya pada 1957, telah berhasil mendirikan mesjid yang menunjukkan keberhasilan misi pertabligannya.”
- Surat kabar Bilefeld menuliskan headline berjudul: “Mesjid-mesjid di Negara Kita” sebagai berikut: “Rasa heran saya tidak berkesudahan manakala di kota saya sendiri, yaitu Hamburg, dikabarkan telah didirikan sebuah mesjid. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan, bahwa ternyata Jemaat Ahmadiyah bukan saja telah mendirikan mesjid di kota Hamburg melainkan juga akan mendirikan mesjid di kota-kota lainnya di Jerman.”
Penerbitan Terjemah Al-Qur’an ke Dalam Bahasa Jerman
Mulai tahun 1954 selain berupaya menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Swiss, misi Ahmadiyah Switzerland juga menterjemahkannya ke dalam bahasa Jerman. Terjemahan tersebut telah memberikan dampak yang mendalam dalam dunia akademis di negeri Jerman. Pers Jerman juga telah mengulasnya secara panjang lebar dalam surat-surat kabar dan majalah mereka. Kedua terjemahan tersebut telah diterbitkan dan disebarluaskan (secara gratis).”
Para Mubalig Ahmadiyah yang Pernah Berdakwah di Jerman
Berikut ini adalah daftar nama para mubalig Ahmadiyah yang pernah berdakwah di pusat misi pertabligan di Jerman:
- Mukarram Choudry Abdul Latif (20 Januari 1949 – 24 Agustus 1951, 12 Oktober 1951 – 14 Desember 1952; 25 Januari 1963 – akhir 1969);
- Haji Mirza Lutfurrahman (4 April 1959 – 2 Desember 1960, setelah itu beliau ditugaskan ke Togo, Afrika Barat);
- Mukarram Mas’ud Ahmad Jehlumy (2 Maret 1961 – 23 Mei 1964; 27 Januari 1968 – 1972);
- Mukarram Haji Maulana Mahmud Ahmad Cheema, H.A., Syahid (21 Juli 1962 – 1966, tambahan penterjemah: setelah itu dikirim ke Afrika, lalu ke Indonesia 1969 – 2001);
- Mukarram Fazal Ilahi Anwary, B.Sc. (7 Juni 1964 – 28 Desember 1967; 19 Oktober 1972);
- Mukarram Maulana Basyir Ahmad Syams (12 September 1966 – 4 Desember 1969);
- Mukarram Qadhi Mu’inuddin Ahmad (19 Juli 1969 – sampai buku ini ditulis).
Pembangunan dan Peresmian Mesjid Frankfurt
Belum genap dua tahun sejak peresmian mesjid Hamburg, dengan karunia Allah Ta’ala misi pertabligan Islam melelaui Ahmadiyah di Jerman telah mendirikan mesjid lain yang peresmiannya dilakukan oleh Sir Muhammad Zafrullah Khan, yaitu seorang anggota Ahmadiyah yang saat itu menjadi Hakim pada Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Selain itu korps mubalig Ahmadiyah di Eropa juga hadir, di antaranya Mukarram Hafidz Qudratullah, Mukarram Syeikh Nasir Ahmad, Mukarram Abdul Hakim Akmal, Haji Mirza Lutfurrahman, Mukarram Abdusy Syukur Kanre, Mukarram Khan Basyir Ahmad Rafiq dan Mukarram Kamal Yusuf.
Peresmian mesjid Frankfurt dilaksanakan pada pukul 03:00 dipimpin langsung oleh Sir Choudry Muhammad Zafrullah Khan. Pembacaan Al-Qur’an dilakukan oleh Hafidz Qudratullah. Melalui pidatonya, mubalig Jerman menyampaikan ucapan terima kasih kepada para hadirin yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang beberkat tersebut. Kepala Wilayah Frankfurt, Mayor Albrecht berharap agar mesjid itu bisa menjadi tempat sumber perdamaian dan toleransi. Terakhir, dengan menggunakan bahasa Inggris, Sir Muhammad Zafrullah Khan menyampaikan pidato mengenai pesan universal Islam dengan sangat menarik. Pidato tersebut diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Jerman oleh Abdusy Syukur Kanze, orang Jerman asli yang telah masuk Islam dan kemudian menjadi mubalig Ahmadiyah.
Setelah itu Muhammad Zafrullah Khan memimpin doa dan membuka tulisan di pintu mesjid sebagai tanda peresmian. Acara dilanjutkan dengan shalat Dhuhur jamak Ashar. Pada saat peresmian itu, mubalig Jerman diwawancara oleh media selama dua jam lamanya. Sebelum diwawancara, Hafidz Qudratullah juga direkam suaranya ketika mengumandangkan adzan. Itulah adzan pertama yang dikumandangkan di kota Frankfurt. Dalam wawancara tersebut mubalig Jerman menerangkan tentang pentingnya mesjid dan menghilangkan kesalahfahaman mengenai Islam. Begitu juga mengenai tujuan dari tablig yang dilakukan oleh Ahmadiyah. Televisi Swiss kemudian menayangkan peresmian mesjid ini.
Sekitar 40 surat kabar juga kemudian menampilkan peresmian mesjid Frankfurt dengan foto pemandangan mesjid yang berbeda-beda. Kemudian dijelaskan juga upaya pertabligan yang dilakukan oleh Jemaat Ahmadiyah dalam penjelasan yang sangat indah. Contohnya, surat kabar Mannheim Morgen menulis pada 15 September 1959 dengan tajuk “Islam Sedang Berkembang di Eropa” sebagai berikut:
“Dahulu penyebaran agama Muhammad dilakukan melalui pedang dan tombak hingga ke Perancis Utara. Namun kini, penyebarannya dilakukan melalui kekuatan senjata rohani. Banyak sekali orang Islam yang datang ke Eropa sambil berupaya menyebarkan agamanya. Di antara berbagai kelompok Islam yang melakukan tablig paling aktif adalah kelompok yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad Qadiani pada 1890 di Punjab. Di berbagai tempat di Eropa, mereka telah berhasil mendirikan mesjid-mesjid.”
Kontributor; Rakeeman R.A.M. Jumaan
Sumber: Buku TAARIKH AHMADIYYAH Jilid Panjam, Sayyidina Hadhrat Khalifatul Masih Al-Tsani Al-Mushlih Al-Mau’ud atba ke Sawanih Hayaat Qabal az Khilaafat aor Khilafat-e-Tsaaniyyah ke ‘Azhim al-Syaan Tablighy, Tarbiyyati aor ‘Ilmy Kaarhaa-e-Numaayaa aor Zarrei Islamy Khidmaat (1914-1927 M)
Diterjemahkan dari Jilid 13, Pasal 4, hlm. 137 – 152 oleh: Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Ilmu Perbandingan Agama, Bahasa Ibrani & Sejarah
Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI)
Bogor, Jawa Barat
No Responses