Jadi, ini tidak berarti Surah ini pengganti Alquran lainnya. Gagasan Surah ini adalah pengganti Alquran sepenuhnya keliru dan salah. Itu artinya, dalam sepertiga Al-Qur’an, ada topik-topik yang berkaitan dengan Keesaan Tuhan yang memiliki hubungan sangat erat dengan Surah ini. Seolah-olah Surah ini seperti benih atau seperti ibu bagi yang lainnya. Dan Anda akan menemukan atribut-Nya di sepertiga Al-Qur’an. Jika Anda mau memahaminya, pokok bahasan Surah ini akan diwujudkan kepada Anda. Jadi, hadits semacam itu yang dikaitkan dengan Nabi SAW yang berbicara tentang bagaimana pahala seseorang untuk perbuatan bajik dapat meningkat secara eksponensial secara tiba-tiba; ingatlah prinsip bahwa ini adalah alasan mengapa orang-orang salah menafsirkan hal-hal ini dan selalu ingatlah arti yang ingin dituntun oleh firman Tuhan dan utusan-Nya yang benar dan bijaksana. Jika kita senantiasa mencamkan hal ini, dengan Rahmat Allah SWT, kita akan dapat memperoleh manfaat dari khasanah ruhani tersebut dengan cara yang luar biasa.
Gagasan atau keyakinan lain adalah orang yang membaca Surah al-Ikhlas ini satu kali, dosa-dosanya selama 50 tahun terakhir akan diampuni[5]. Jadi, seseorang hanya perlu membaca Surah Ikhlas dua kali seumur hidupnya. Tampaknya tidak ada yang perlu melafalkannya lebih dari itu. Jika seseorang mencapai usia 150 tahun, maka dia mungkin perlu melafalkan Surah ini tiga kali. Jadi, lihatlah bagaimana orang telah merusak makna yang begitu dalam dan mengubahnya menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Dan orang-orang berkata bahwa tidak perlu ada Al-Masih yang dijanjikan (Imam Mahdi). Saya pikir kita harus melangkah lebih jauh sekarang. Anda tidak mengingatkan saya tentang waktu [untuk penyampaian dars ini]. Selalu terasa seolah-olah sekarang makna ini telah dijelaskan di sini, apa yang tersisa untuk dijelaskan di tahun berikutnya. Namun, masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan pada tahun itu apalagi setahun setelahnya. Ada banyak hal yang saya pikir akan saya jelaskan secara singkat tetapi karena hal-hal itu harus dijelaskan dengan sangat rinci, kita kehabisan waktu untuk menjelaskan hal-hal lain. Jadi lain kali, Insya Allah, akan saya jelaskan hal-hal lain yang belum dibahas.
اعوذ بااللہ من الشیطان الرجیم۔ بسم اللہ الرحمٰن الرحیم۔ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ۔ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ۔ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ۔ وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ۔ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ
Katakanlah, قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ Aku mencari perlindungan kepada Tuhan fajar, مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ dari kejahatan yang telah Dia ciptakan, dan terutama وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ dan terutama dari kejahatan malam ketika menyebar. وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ Dan dari kejahatan orang-orang yang meniup simpul untuk membatalkannya. وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ Dan dari kejahatan pencemburu ketika dia iri.
Dalam hal ini, saya percaya perlu untuk menjelaskan secara singkat apa urutan Surah- Surah sebelum Surah ini dan untuk bahasan apa yang luput dari perhatian ini. Satu Surah adalah Surah Al-Kafiroon yang dimulai dengan قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ. Surah ini juga dimulai dengan kata Qul. Hal ini menunjukkan bahwa pokok bahasan Surah tersebut memiliki hubungan dengan (tiga) Surah terakhir ini. Ada Surah lain yang ada di antaranya dan kemudian ada Surah dari قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ; yang merupakan satu dari tiga Qul di akhir.
Jadi, apa alasannya? Jika Anda memahami ini, maka akan lebih mudah untuk memahami semua mata pelajaran lain yang akan muncul di sini. Dalam Surah sebelumnya (al-Kafirun) disebutkan, “Dalam keadaan apa pun saya tidak mungkin mengikuti agama yang sama seperti Anda. Anda juga tidak siap untuk menerima agama saya, Anda bersikeras untuk menolak dan tidak percaya pada saya.”
Mereka begitu gigih sehingga hasil akhirnya adalah لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ. Artinya, “Untukmu agamamu, dan bagiku agamaku.” Hal ini menimbulkan keraguan atau mungkin menimbulkan keraguan bagi setiap pembaca bahwa mulai sekarang, jalan kemajuan Islam sekarang ditutup dan seolah-olah diterima mulai sekarang tidak akan pernah ada musuh atau orang yang menolak Islam yang akan menerima Islam. Dan لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ adalah putusan akhir pemisahan. Akan tetapi, dalam agama Nabi Muhammad SAW, ada ciri khas di dalam agama itu yang semakin unggul (atas agama lain). Dan agama mereka terdiri dari karakteristik kegagalan pertemuan.
Untuk menjelaskan lebih lanjut tentang hal ini dan untuk meluruskan kesalahpahaman yang mungkin berkembang di kemudian hari, Surat an-Nashr telah datang tepat setelah ini. Tolong keluarkan itu, itu Surah an-Nashr kan? Dalam hal ini, kabar gembira yang telah disebutkan adalah Islam akan menang.
Seseorang: Ini adalah Surah Nasr
Hudhur: Ini adalah Surah Nasr. إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ۔ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا
Jika topik yang diragukan oleh sebagian orang adalah benar, maka tidak pantas untuk Surah an-Nashr berada di sini. Ini adalah bahasan yang sama yang berarti, “Agama yang menjadi Agama saya adalah agama yang Anda tolak dan Anda tetap bersikeras untuk berpegang pada agama Anda sendiri, tetapi saya katakan kepada Anda bahwa agama saya memiliki kekuatan untuk menang dan agama Anda terdiri dari kekurangan dari dalam. Oleh karena itu, hasilnya akan tergantung pada upaya kemampuan internal seseorang dan bukan apa yang dipegangnya. (45:01) Jika Anda tidak percaya maka akan ada orang di masa depan yang pasti akan terpengaruh secara positif oleh agama saya dan akan percaya dan mereka akan meninggalkan agama Anda.”
Inilah arti dari إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ۔ وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا . Bagaimana ini akan terjadi? Itu akan terjadi melalui Nusrat (pertolongan) Allah. Anda akan mencapai kemenangan dan itu akan menjadi kemenangan surgawi. Permusuhan ini akan dipatahkan dan kualitas sejati agama Nabi Muhammad SAW akan menang dengan bantuan pertolongan Tuhan dan orang-orang akan berbondong-bondong masuk Islam.
Kemudian Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ “Telah hancur kedua tangan Abu Lahab.” Ada dua kekuatan terpenting untuk dimusnahkan, sebaliknya, bahkan setelah pertolongan Tuhan, bahaya yang sama akan mengintai. Setelah satu kemenangan, ada bahaya yang ada di dalam kemenangan itu yang perlu diperbaiki. Dan karena kemenangan Islam terjadi dua kali, itulah sebabnya kedua tangan Abu Lahab di masa Nabi SAW binasa dan akibatnya ia menjadi kiasan hidup dari kegagalan dan kekalahan orang-orang penghuni neraka. Tetapi dua tangan luput dari fakta bahwa bahkan di masa depan, akan ada bahaya dari dua tangan dan hal-hal lain yang akan menyebabkan bahaya itu disebutkan dalam Surah-Surah berikutnya dan kemudian Anda akan mengerti apa yang ingin saya jelaskan kepada Anda.
Sekarang, secara singkat perhatikan ini bahwa kedua tangan Abu Lahab atau tangan orang yang terikat neraka binasa atau akan binasa. Ini adalah dua hal; ini terkait dengan materi pokok Surah an-Nasr bahwa tangan-tangan yang menjadi penghambat penyebaran agama Tuhan dan rintangan yang mereka ciptakan melalui usahanya akan dimusnahkan. Dan kejadian ini sebenarnya akan terwujud dua kali. Peristiwa ini pertama akan terjadi pada permulaan era Nabi Muhammad (saw) dan kemudian akan terjadi kedua kalinya selama kebangkitan kedua Islam ketika kemenangan Islam yang kedua akan terjadi. Kemenangan kedua itu akan terjadi selama era al-Masih yang dijanjikan.
Saya telah membaca beberapa referensi dalam hal ini, tetapi saya juga menemukan referensi dari Kitab tafsir al-Kasyaaf di mana mereka menggunakan kata “Isa al-Masih” yang dijanjikan kedatangannya bukannya kata “al-Mahdi”. Allamah az-Zamakhsyari menyatakan sehubungan dengan ayat yang berkaitan dengan kemenangan agama ini akan terjadi pada masa Isa al-Masih yang dijanjikan; ketika kedatangan Isa al-Masih itu akan terjadi yang mana ia telah dijanjikan seperti itu, kemenangan ini akan terwujud dengan sendirinya[6]. Jadi, ada dua kemenangan yang ditakdirkan untuk terjadi dan pasti akan berhasil, ini adalah kabar gembira yang sudah diberikan. Tetapi, Tuhan telah memperingatkan bahwa Anda harus selalu tetap waspada terhadap sosok Abu Lahab yang pasti akan berusaha untuk menghentikan usaha yang benar dan akan mencoba untuk menghentikan kemenangan ini terjadi, api akan mencoba untuk memadamkan cahaya. Ini adalah bahasan yang disebutkan dalam Surah ini.
Hadhrat Masih Mau’ud AS telah menghubungkan ayat ini (تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ “Telah hancur kedua tangan Abu Lahab”) dengan tiga Surah berikutnya dan juga telah membuktikan hubungannya dengan Surah al-Fatihah dengan cara yang luar biasa sehingga terlihat jelas di depan mata. Beliau menyatakan bahwa nubuatan yang telah disebutkan di akhir Surah al-Fatihah adalah tentang sekelompok orang yang dikenal sebagai Mun’am ‘Alaihim (yang akan memperoleh nikmat-nikmat Allah) dan untuk dua kelompok tiran orang yang akan menentang kelompok Mun’am ‘Alaihim tetapi akan selalu menemui kegagalan. Dan takdir Allah akan selalu membuat mereka tidak berhasil. Siapakah kedua kelompok orang itu?
Mereka adalah dua tangan yang disebutkan dalam Surah al-Lahab; kedua tangan Abu Lahab. Dan Hadhrat Masih Mau’ud AS menyatakan karena ada dua era atau fase kelompok Mun’am ‘Alaihim, satu Awwal (pertama) dan yang lainnya adalah Aakhir (yang kemudian). Dan ini terbukti dari ayat-ayat lain Alquran. Dalam komentar tentang Mun’am ‘Alaihim, bahasan Akhareen (mereka yang akan datang) dipecahkan. Ada Awwaleen dan Akhareen Nabi nan Suci SAW. Jika Awwaleen adalah Mun’am Alaihim, maka begitu pula Akhareen pun Mun’am Alaihim karena mereka berdua menjadi penerima karunia Tuhan dengan mengembangkan kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana mungkin Alquran hanya menyebut kelompok Mun’am ‘Alaihim yang muncul di hari-hari akhir dengan kemuliaan seperti itu dan mengatakan mereka adalah Akhreen yang memiliki hubungan dekat dengan Nabi Muhammad SAW?
Hadhrat Masih Mau’ud AS menyatakan bahwa terbukti ada dua kelompok Mun’am ‘Alaihim dan dengan cara yang sama akan ada dua kelompok manusia lain yang akan berlawanan dengan mereka, yaitu Maghdhub dan Dhallin. Dan kekuatan-kekuatan api neraka yang disebutkan akan digunakan ada dalam Surah Lahab, ini adalah nubuatan bahwa ini akan terjadi di masa depan. (50: 07-pg355)
Dan dari قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (Surah Ikhlas) sampai akhir; Qul Huwallah memproklamasikan keesaan Tuhan dan menjelaskan bahwa Islam telah datang agar keesaan-Nya dapat ditegakkan dan agar dapat menang. Sampai dan kecuali hal ini tidak terjadi, Islam tidak akan berhenti menyebar, pasti akan terus berkembang. Tapi siapa musuh yang perlu Anda kenali, tangan mana yang perlu Anda kenali? Salah satunya telah disebutkan dalam قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ dan salah satunya disebutkan dalam قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ. Dengan mengucapkan Qul, Tuhan Yang Maha Esa telah menarik perhatian kita untuk mencari perlindungan dengan Tuhan dari kedua tangan Abu Lahab yang akan memanifestasikan diri mereka di era yang akan datang.
Ini adalah komentar umum atas karya Hadhrat Masih Mau’ud AS yang telah saya sebutkan dengan sangat singkat, sebaliknya, berdasarkan penjelasan Alquran, Sunnah dan sejarah Islam, Hadhrat Masih Mau’ud AS telah menulis tentang hal ini panjang lebar dalam karya-karyanya dan beliau telah membuktikan ini adalah era Akhareen di mana pertempuran terakhir ini akan dilakukan. Dan nubuatan إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ juga pasti akan terpenuhi dalam hal ini. Tapi bahayanya sangat luas, berbahaya, dalam dan gelap. Kita hanya akan tetap terlindungi dari mereka jika mengenalinya, jika tidak, ada risiko mereka menguasai Anda. Sehubungan dengan hal ini, kita telah membahas komentar atas قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ Sekarang, yang mendasar, luas dan menyeluruh ini… apa yang harus saya katakan?
Penjelasan yang luar biasa, luas dan komprehensif dari Hadhrat Masih Mau’ud AS tentang pokok bahasan ini yang mencakup kedua dunia akan terwujud kepada Anda melalui komentar pada Surah ini. Menurut saya ada banyak hal halus atau rumit berkenaan dengan hal ini, banyak Mufassir (ahli tafsir) telah menyajikan komentar dari Surah-Surah ini dengan cara berbeda dan menghubungkannya dengan zaman akhir. Cara saya membayangkan ini; telah saya jelaskan hal ini dalam sudut pandang saya sendiri beberapa kali sebelumnya dan sekarang saya akan menjelaskannya secara singkat lagi. الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ ‘al-maghdub ‘alaihim’ (yang terkena murka) disebutkan pertama kali dalam Surah al-Fatihah dan الضَّالِّينَ ‘adh-dhaalliin’ (yang tersesat) disebutkan setelah itu.
Oleh karena itu, Surah at-Tauhid (al-Ikhlas) memiliki keterkaitan dengan kedua kelompok tersebut dan telah saya sebutkan sebelumnya juga ini tidak hanya berupa sanggahan terhadap agama Kristen; faktanya, para orientalis sendiri percaya fakta bahwa Surah ini juga berisi sanggahan atas politeisme di antara orang-orang Mekah dan orang-orang yang percaya politeisme ini, dengan membaca Surah ini, terpaksa untuk percaya akan hal ini. Alasannya adalah bahwa; dan sebenarnya karena kenakalan mereka itu sendirilah sehingga mereka terpaksa menerima kebenaran.
Saya juga akan menjelaskannya secara singkat. Ada dua kelompok orang, satu kelompok mengatakan bahwa Surah ini adalah Surah Medinite atau Madaniyyah (itu diturunkan ketika Nabi SAW berada di Madinah) dan bahkan di antara Surah Madaniyyah, mereka menganggap ini akan diturunkan menjelang akhir karena mereka menerima hadis yang menyatakan bahwa Surah ini diturunkan ketika utusan dari Najran datang kepada Nabi SAW dan memintanya untuk memberi tahu mereka apakah Tuhan itu ada atau tidak dan jika ada, untuk menjelaskan keberadaan-Nya. Dikatakan bahwa kemudian Surah ini diturunkan kepada Nabi SAW untuk menjelaskan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Ini membawa seseorang sampai pada akhir Islam. Dan di sisi lain, ada kesaksian kategoris dari Awwaleen dari era pertama (Islam) yang telah memaksa para orientalis untuk mengaitkan ini dengan fase awal kenabian. Dengan demikian, William Muir menerima fakta bahwa Surah ini termasuk di antara bab-bab yang diturunkan di awal kenabiannya. Dan Nöldeke yang merupakan seorang orientalis (ahli ketimuran) berkebangsaan Jerman mengatakan ini adalah Surah yang diturunkan menjelang akhir era pertama (Islam). Dia telah membaginya menjadi berbagai era. Era pertama berakhir di tahun ke-4 Nabawi (kenabian). Jadi, dia mengatakan pewahyuan Surah ini tidak melampaui tahun ke-4 Nabawi. Namun hingga tahun ke-4 Nabawi belum ada komunikasi yang terjalin antara umat Islam dengan umat Kristen, seperti yang terjadi di Madinah. Mereka berurusan dengan kaum musyrik (Politeis).
Bagi agama Kristen untuk disebutkan dengan begitu kategoris dan karena ada penyebutan fakta bahwa keduanya akan berada di hadapan satu sama lain dalam kontestasi, ini adalah sesuatu yang mengganggu mereka. Itulah mengapa mereka mengatakan bahwa pasal ini terdiri dari sanggahan doktrin kaum musyrik Mekah. Jadi, mereka telah menerima kenyataan bahwa pasal ini tidak hanya berisi sanggahan terhadap agama Kristen melainkan juga berisi sanggahan kaum musyrik Mekah. Dan kemudian ada beberapa orang yang mengatakan bahwa pasal ini juga terdiri dari sanggahan orang-orang Yahudi karena mereka ingin menyelamatkan diri mereka sendiri atas argumen kuat yang diberikan dalam ayat ini.
Jadi, mereka hanya menyebut orang Yahudi dalam hal ini; mereka mengatakan Surah ini sebenarnya terdiri dari sanggahan terhadap politeisme Yahudi dan Wherry (seorang Orientalis) berkata, pada awalnya, Surah al-Ikhlas ini untuk kaum musyrik; jadi, dia menerima fakta bahwa Surah ini diturunkan sebelumnya dan kemudian dia berkata, “Surah ini sebenarnya untuk kaum musyrik (Politeis) tetapi kemudian, umat Muslim mendapatkan kesimpulan mereka sendiri dari Surah ini dan menerapkannya pada orang-orang Yahudi dan kemudian kepada orang-orang seperti kita (umat Kristen).”
Kemudian setelah mengatakan ini, setelah merasa terganggu dengan hal ini, dia mengatakan Surah ini dan ayat-ayat sebelumnya, semuanya diambil dari Alkitab.
Lihatlah bagaimana kebohongan Wherry (seorang Orientalis) sama sekali tidak berdasar. Dia sangat terganggu sehingga dia mengatakan bahwa kata-kata luar biasa dalam Alkitab tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa dan keesaan Tuhan Yang Maha Kuasa, ini semua telah disalin (ditiru) oleh Al-Qur’an. Jadi, ini jelas menunjukkan satu hal; ada satu kesaksian kategoris tentangnya dan kata-kata ini luar biasa menyangkal politeisme sedemikian rupa sehingga tidak ada orang musyrik yang dapat membantahnya. Namun, meskipun dia memuji firman Tuhan tetapi kemudian dia terus berbohong tentang itu dan ingin memberikan semua pujian kepada Alkitab dengan mengatakan ini telah diambil dari Alkitab.
Jadi, apa artinya ini? Apakah ini berarti Alquran bukan perkataan dari Tuhan yang sama yang menurunkan Alkitab? Merupakan fakta bahwa ini adalah firman dari Tuhan yang sama yang menurunkan Alkitab karena jika terdiri dari gaya, kemuliaan dan kemegahan yang sama; inilah cara para peneliti mengenali siapa penulis sebenarnya dari sebuah karya tertentu hari ini. Ketika orang memberikan komentar dan mengatakan ini tidak mungkin tulisan St. Yohanes karena tidak mengikuti gaya Yohanes, melainkan mengikuti gaya Markus; atau orang-orang mungkin berkomentar dan berkata ini terlihat seperti gaya Lukas dan oleh karena itu, ini bukan tulisan Markus dan seterusnya dan seterusnya.
Jadi, pertama-tama orang memahami dan mengenali gaya bicaranya lalu berdasarkan itu mereka melakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah tulisan itu milik orang itu atau bukan. Jadi, mereka terpaksa mengaitkan Alquran dengan Tuhan Yang Maha Esa. Jika Alkitab adalah firman Tuhan, maka mereka telah bersaksi tentang fakta bahwa Alquran juga adalah firman Tuhan.
Mereka juga memberikan kesaksian lain dan jika mereka menyebut ini [Alquran] sebagai perkataan Nabi Muhammad SAW, maka ketahuilah, Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki pikiran yang lebih murni daripada Tuhan dalam Alkitab mereka karena dia telah menyangkal semua doktrin palsu yang disebutkan dalam Alkitab dan dia hanya mempersembahkan sebuah kitab suci murni yang bahkan mereka akan menundukkan kepala di depannya.
Jadi, pada kenyataannya, sarana kekalahan mereka terletak pada pernyataan kontradiktif mereka sendiri. Anda dapat melihat di dalamnya hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran dan kenyataan. Tidak perlu khawatir, argumen mereka sendiri dapat digunakan untuk melawan mereka.
Sekarang, saya akan berbicara tentang قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. Itu artinya, “Katakanlah, saya mencari perlindungan pada Tuhan Falaq.” Apa arti Falaq? Berbagai arti yang berbeda telah disebutkan untuk kata Falaq. Saya tidak dapat menjelaskan secara rinci tentang kata Falaq karena kita memiliki sedikit waktu tersisa yang kita miliki. Salah satu makna Falaq adalah yang menyebabkan sesuatu bertunas. Arti yang muncul dari ayat فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ, yaitu dia yang menyebabkan sesuatu bertunas sedemikian rupa sehingga sesuatu yang baru muncul.[7] Jadi, “Saya mencari perlindungan dari Yang Maha Esa Yang menyebabkan sesuatu bertunas, Yang menciptakan sesuatu dan Yang mampu mengubah substansi sesuatu dan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru.”
Semua bahasan penciptaan tercakup dalam ini dan kita dapat memahami lebih lanjut bahasan ini dari penggunaan kata Falaq di berbagai tempat dalam Al-Qur’an.
Kemudian Tuhan Yang Maha Kuasa menyatakan, مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ. Artinya, “Dari kejahatan yang Dia ciptakan.” Sekarang, pertanyaan yang muncul adalah apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Semua yang disebutkan di sini adalah, “Wahai Sang Pencipta, yaitu, Yang menyebabkan sesuatu tumbuh dari suatu substansi dan menciptakan hal-hal baru, setiap kali proses penciptaan terjadi, kami mencari perlindungan dari kejahatan yang terkait dengannya”
Jadi, apakah ini berarti bahwa proses penciptaan Tuhan itu jahat? Na’udzu billah. Bukan ini artinya. Artinya, jika Anda melihat segala sesuatu yang diciptakan Allah Ta’ala, Anda akan melihat bahwa itu terdiri dari keindahan, kesempurnaan, dan hal-hal yang baik.
Penerjemah:
Mln. Dildaar Ahmad Dartono
Catatan: 5. Kitab Burhan fi Tafsiril Qur’aan karya Sayyid Hasyim al-Bahrani (نام کتاب : البرهان في تفسير القرآن نویسنده : البحراني، السيد هاشم ): عَنْ عِيسَى بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،عَنْ أَبِيهِ،عَنْ جَدِّهِ،قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ): «مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حِينَ يَأْخُذُ مَضْجَعَهُ،غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَ خَمْسِينَ سَنَةً». . 6. Tafsir al-Kasysyaaf ‘an Haqaiq ghawamidhit Tanzil (تفسير الزمخشري = الكشاف عن حقائق غوامض التنزيل) karya az-Zamakhsyari (الزمخشري): [[سورة الفتح (48) : آية]]هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفى بِاللَّهِ شَهِيداً ()بِالْهُدى وَدِينِ الْحَقِّ بدين الإسلام لِيُظْهِرَهُ ليعليه عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ على جنس الدين كله، يريد: الأديان المختلفة من أديان المشركين والجاحدين من أهل الكتاب: ولقد حقق ذلك سبحانه، فإنك لا ترى دينا قط إلا وللإسلام دونه العز والغلبة. وقيل: هو عند نزول عيسى حين لا يبقى على وجه الأرض كافر. وقيل: هو إظهاره بالحجج والآيات . 7. Surah al-An’aam, (6:96): إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ .
No Responses