Masroor Library – Kendaraan roda empat yang difungsikan sebagai angkutan pedesaan jenis L-300 itu melaju meninggalkan rest area samping Kodam XVIII/Kasuari di Arfai. Mobil dengan plat PB 2070 MW yang dikemudikan oleh Viraun Nuham tersebut mengangkut sekitar 12 orang. Lima orang adalah keluarga Mubalig Daerah Papua Barat, sisanya orang asli Papua (OAP) asal Warkapi, Indip dan Warnyeti, Kamis (27/8) pagi itu.
Viraun Nuham adalah pemuda asli Desa Warnyeti. Ayahnya merupakan seorang pendeta dari Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) yang ditempatkan di Warnyeti. Namanya Timothius Nuham. Menurut Viraun, sepanjang desa di jalan yang dilalui, selain Gereja Kristen Indonesia (GKI), GPKAI juga menjadi gereja yang biasanya ada di desa-desa. GPKAI sendiri memiliki Sekolah Tinggi Teologia (STT) Erikson-Tritt di Sowi.
“Dari 24 rumah yang ada di Warnyeti, banyak yang kosong. Penduduk asli biasanya tinggal di kampung lama di gunung atau di kota. Hanya bila ada acara mereka kembali ke desa,” tutur Viraun kepada Mubalig Daerah Papua Barat yang diminta duduk di depan bersama dia. Tampaknya dia sangat mudah diajak bicara. Berbeda dengan pemuda Papua lainnya yang kadang pendiam atau malu bicara.
Setelah sekitar satu jam, kendaraan itu telah tiba di Kampung Wedoni, Distrik Tanah Rubuh, Kab. Manokwari. Meskipun lokasinya dekat Distrik Oransbari, namun Wedoni ternyata masih di bawah administrasi Kab. Manokwari dan bukan Manokwari Selatan. Padahal kampung-kampung sebelumnya, justru sudah masuk Kab. Manokwari Selatan.
Diantar Ketua JAI Mansel Bapak La Waku, Mubalig Daerah kemudian mengunjungi Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an “Al-Qolam” asuhan Gus Darto Syafiuddin, S.Psi. Tokoh NU Distrik Oransbari alumnus UIN Malang tersebut menerima dengan hangat. Sejak lama Mubalig Daerah Papua Barat sudah mengenal dan berkomunikasi dengan Gus Darto meskia via WA. Menjelang Maghrib, keduanya kembali ke Wedoni lagi.
Bakda shalat Maghrib jamak Isya, Doa Program Rohani dan Daras Hadits, dilaksanakan Pengajian Gabungan Jemaat Lokal Manokwari Selatan di Mushala “Masroor” sebelah Rumah Missi Wedoni. Ketua JAI Mansel menjadi Sadr-e-Majlis, Tilawat dibacakan oleh Sdr. Mahmud Ahmad dan Nazm oleh trio Nashirat: Tova-Yafa-Nazma.
Ceramah tunggal bertema Pengorbanan khususnya Tuntutan (Muthalibat) Tahrik Jadid disampaikan oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Sejarah awal dicanangkannya Gerakan Tahrik Jadid dan 27 Tuntutan pun disampaikan, langsung dari referensi bahasa Urdu. Setelah tanya jawab, acara pun ditutup dengan doa.
Seluruh peserta kemudian santap malam sambil membahas beberapa tema, terutama terkait Perjanjian Tahrik Jadid. Ternyata mereka mengaku baru tahu, bahwa Tuntutan Tahrik Jadid itu bukan hanya dalam hal pengorbanan keuangan saja. Ada tuntutan lainnya yang sebenarnya sudah biasa mereka lakukan dan penuhi.
Sesuai agenda, bakda Shalat Shubuh dan sarapan, Mubalig Daerah diantar Ketua JAI Mansel kemudian meluncur kembali ke arah Distrik Oransbari. Tujuannya adalah Kantor Urusan Agama (KUA) Oransbari. Di tengah perjalanan, baru diketahui bahwa HP Mubalig Daerah tertinggal di rumah missi. Akhirnya perjalanan tetap dilanjutkan kembali. Kantor KUA itu masih terlihat sepi.
Karena tiga kali uluk salam tak mendapat jawaban, akhirnya diputuskan mampir ke suatu warung makan Makassar di dekat tikungan. Ingin menghubungi Kepala KUA, tidak bisa karena tidak bawa HP. Akhirnya diputuskan kembali ke Kantor KUA lagi. Ternyata, pintu KUA sudah terbuka dan Kepala KUA ada di dalam.
Perbincangan selama sekitar satu jam terasa cair. Mubalig Daerah telah mengenal Kepala KUA Oransbari sejak lama, bahkan ketika masih di Jawa dan Ambon. Sebelumnya, Ustad Abdul Karim, S.E. ditugaskan di KUA Raja Ampat. Baru dua tahun ini dimutasi ke Oransbari, Manokwari Selatan.
Kepala KUA kemudian mengajak Mubalig Daerah dan Ketua JAI Mansel untuk sarapan pagi. Meski dibilang baru saja sarapan, tetap saja dipaksa sarapan pagi lagi. Akhirnya dengan dua sepeda motor ketiganya bergerak ke arah Ransiki. Tujuannya warung makan di arah sana. Sayangnya, warung pertama masih tutup. “Warung Sawah” kemudian menjadi tujuan.
Disebut “Warung Sawah” karena lokasinya memang di tengah pesawahan meski di pinggir jalan dari arah Pelabuhan Oransbari. Menunya terbilang komplit seperti di Jawa. Setelah pesan makanan dan minuman, ketiga kemudian terlibat perbincangan ringan lagi.
Usai sarapan pagi, ketiganya kemudian bertolak ke arah Polsek Oransbari. Mubalig Daerah dan Ketua JAI Mansel akan kembali ke Wedoni untuk melaksanakan shalat Jumat. Sedangkan Kepala KUA akan kembali ke kantornya lagi.
Agenda Jumat malam adalah Menyimak Khotbah Hudhur (MKH) LIVE via parabola di rumah missi sedangkan Shalat Tahajud Berjamaah tidak jadi dilaksanakan dikarenakan hujan lebat dan petir melanda kawasan Wedoni. Listrik padam sejak semalam. Sabtu (29/8) pagi, dengan nebeng mobil pribadi dari arah Ransiki, Mubalig Daerah sekeluarga kembali ke Kota Manokwari lagi.
Untuk agenda internal Jemaat, semuanya dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan untuk agenda eksternal, hanya beberapa saja yang bisa dilakukan. Ini terkait dengan jarak yang lumayan jauh. Dari Wedoni ke Oransbari sekitar 22 kilometer, sedangkan ke Ransiki memakan waktu 40 menitan lamanya.
Oleh sebab itu agenda berjumpa dengan Kapolres, misalnya, sementara ditangguhkan. Begitu juga pertemuan dengan Ketua MUI Kab. Manokwari Selatan ikut ditangguhkan mengingat waktu yang belum memungkinkan. []
Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses