Sekilas Tentang Ahmadiyah
Ahmadiyah adalah organisasi dalam Islam bersifat global. Ahmadiyah didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as (1835-1908) pada 23 Maret 1889 M bertepatan dengan tahun 1306 H. Nama lengkapnya Jemaat Islam Ahmadiyah biasa dipanggil Jemaat Ahmadiyah atau Ahmadiyah saja. Para pengikutnya biasa dipanggil Ahmadi.
Jemaat Islam Ahmadiyah dulu berpusat di Qadian, India. Namun setelah tahun 1947, karena negara India pecah menjadi dua: India dan Pakistan, pusat Jemaat Islam Ahmadiyah berpindah dari Qadian India ke Rabwah Pakistan hingga sekarang. Jemaat Islam Ahmadiyah didirikan dengan tujuan: – یحيالدینویقیمالشرعة yuhyiddîna wa yuqîmusy-syari’ah – menghidupkan kembali agama dan menegakan syari’at Islam, dan لیظھرهعلىالدینكلھ- liyudhirahu ‘alad-dîni kullihi – memenangkan Islam di atas semua agama.
Jemaat Islam Ahmadiyah sekarang dipimpin oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba Khalifatul Masih ke-5 yaitu penerus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Sejak didirikannya (1889) hingga sekarang (2016), Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di lebih 190 negara di dunia termasuk di Indonesia dengan jumlah pengikut lebih 200 juta jiwa di seluruh dunia.
Nama Ahmadiyah
Nama Ahmadiyah diberikan bukan karena Sang Pendiri bernama Ahmad. Nama Ahmadiyah diambil dari nama lain Nabi Muhammad SAW, yaitu: Ahmad (Ash-Shaf, 61:7).
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as Masih Dan Mahdi Yang Dijanjikan
Nabi Muhammad saw sendiri diriwayatkan pernah bersabda:
“Aku mempunyai lima nama: aku Muhammad, aku Ahmad, aku al-Mahyi, yang dengan sebabku Allah swt. menghapus kekafiran, aku al-Hasyir, yang semua manusia akan dikumpulkan di bawah kakiku (sepeninggalku), dan aku al-‘aqib, nabi yang terakhir datang” (Bukhary-Muslim).
Diberi nama Ahmadiyah karena zaman ini adalah zaman kebangkitan kembali Islam untuk keduakalinya dan untuk selama-lamanya, yang akan dicapai dengan penzahiran sifat Ahmad dari Nabi Muhammad SAW. Karena latar inilah maka kelompok gerakan pemenangan Islam ini diberi nama Ahmadiyah.
Misi Ahmadiyah akan ditempuh dengan spirit Nabi Muhammad saw dengan menampilkan cara-cara terpuji, dengan santun dan damai dengan ketinggian dan keindahan akhlak Nabi Muhammad saw. Dapat dikatakan Ahmadiyah berasal dari dan untuk keagungan Nabi Muhammad saw.
Jemaat Ahmadiyah Indonesia
Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bagian dari Jemaat Ahmadiyah Internasional yang didirikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Jemaat Ahmadiyah Indonesia berdiri tahun 1925 yaitu 20 tahun sebelum Indonesia merdeka. Jemaat Ahmadiya Indonesia pertama kali bersemi di Tapak Tuan Aceh kemudian melebar ke Padang Sumatera Barat, kemudian ke Batavia (Jakarta sekarang), dan kemudian ke seluruh daratan Jawa, dan akhirnya tersebar diseluruh wilayah NKRI. Kini Jemaat Ahmadiyah Indonesia memiliki lebih 350 Cabang di 33 Provinsi di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam masa revolusi, bersama dengan komponen bangsa yang lain, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, terjun dalam kancah perjuangan merebut kemerdekaan. Adalah Wage Rudolf Supratman, Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya adalah seorang aktivis/anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia dimasa awal. Setelah Indonesia merdeka Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendaftarkan diri kepada pemerintah RI dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia memperoleh Badan Hukum dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RINo.JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953. Dengan demikian Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah organisasi yang legal formal berbadan hukum.
WP Supratman Pencipta Lagu Indonesia Raya seorang Ahmadi
Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia sampai detik ini belum pernah dicabut oleh Pemerintah RI. Dengan Badan Hukum Menteri Kehakiman RI No. JA.5/23/13 Tgl.13-3-1953, dan dengan belum dicabutnya Badan Hukum Jemaat Ahmadiyah Indonesia oleh Pemerintah RI, berarti Jemaat Ahmadiyah mempunyai hak untuk hidup diseluruh wilayah NKRI.
Kini pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia berada Jl. Raya Parung-Bogor Km 26, Kemang, Parung, Bogor, Jawa Barat.
Aqidah Ahmadiyah
Ahmadiyah beraqidah sesuai dengan apa yg dipegang oleh umat Islam pada umumnya, yaitu percaya kepada:
6 Rukun Iman, yaitu sbb:
- Iman kepadaAllah
- Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah
- Iman kepada Kitab-Kitab Allah
- Iman kepada Rasul-Rasul Allah
- Iman pada Hari Qiamat
- Iman pada Takdir (baik dan buruk)
Keimanan Ahmadiyah kepada 6 rukun Iman dapat dibaca dalam semua literature Ahmadiyah dan dalam praktek kehidupan sehari-hari warga Ahmadiyah dimanapun warga Ahmadiyah berada diseluruh penjuru dunia.
5 Rukun Islam, yaitu sbb:
- Sahadat
- Shalat
- Zakat
- Puasa dibulan Ramadhan
- Hajji ke Baitullah Mekkah al-Mukaramah (jika mampu dan tidakada halangan diperjalanan).
Bahwa Ahmadiyah bersyahadat, shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, berhaji ke Baitullah Mekkah, bisa dilihat dalam surat pernyataan bai’at masuk kedalam Jemaat Ahmadiyah dan dalam praktek kehidupan sehari-hari warga Ahmadiyah baik dipusat-pusat kegiatan Ahmadiyah atau dimanapun warga Ahmadiyah berada diseluruh penjuru dunia.
Dalam upaya memaksimalkan implemtasi aqidah 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, warga Ahmaiyah istiqamah dan mujahadah mengamalkan dalam kehidupan nyata sehari-sehari. Oleh karena itu setiap orang yang masuk kedalam jemaat Ahmadiyah ia harus mengikrarkan 10 syarat bai’at masuk kedalam Jemaat Islam Ahmadiyah. Adapun ke 10 syarat baiat tersebut adalah :
- Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik
- Akan senantiasa menghindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasik, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya
- Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa mendirikan shalat tahajjud, dan mengirim shalawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah Muhammad SAW. dan memohon ampun dari kesalahan dan memohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukuri dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan
- Tidak akan mendatangkan kesusahan apapun yang tidak pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara papaun juga
- Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah atau pun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala. Dan senatiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke depan
- Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benarbenar akan menjunjung tinggi perintah Al-Quran Suci atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya, Muhammad saw. itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya
- Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti halus, dan sopan santun
- Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencintai Islam lebih dari pada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya
- Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Taala kepadanya
- Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini “Imam Mahdi dan al-Masih Mau’ud”, semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal ma’ruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan, atau pun ikatan kerja.1
Siapa Isa Ibnu Mariam yang akan datang di akhir zaman
Isa ibnu Maryam yang diyakini Ahmadiyah akan datang diakhir zaman ialah Isa ibnu Maryam ummati nabi Muhammad saw yang juga disebut Isa Ibnu Maryam matsalan (Az-Zuhruf, 43:58) yang seutuhnya menjadi hamba dan berpedoman teguh serta hanya melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw. (Al-Qur’an).
Ahmadiyah mengimani Nabi Muhammad SAW adalah Khãtaman-Nabiyyîn – cap (yang mengesahkan) semua nabi, penutup nabi-nabi, nabi lama maupun nabi baru, nabi yang membawa syariat maupun nabi yang tidak membawa syariat terpisah dari Islam dan Nabi Muhammad saw.
Ahmadiyah mengimani kenabian telah final pada diri Nabi Muhammad saw, dan kitab syari’at juga telah final pada Kitab Suci Al-Qur’an. Sesudah Nabi Muhammad SAW tidak akan ada lagi nabi baru yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru. Semua potensi kenabian: tasyri’ – ghairi tasyri’ mustaqil, telah habis pada diri Baginda Nabi Muhammad saw.
Keyakinan Kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as
Ahmadiyah meyakini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as pendiri Ahmadiyah bukan nabi baru (ke-26), yang membawa agama baru, kitab suci baru, kalimah syahadat baru seperti yang diisukan, disangkakan, dan dipropagandakan beberapa kalangan umat Islam non-Ahmadiyah.
Ahmadiyah meyakini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as adalah Mujaddid Abad 14 H beliau mendakwakan diri sebagai Isa ibnu Maryam-Imam Mahdi yang dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw dan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam sejagat. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as seutuhnya tunduk patuh kepada Nabi Muhammad saw dan seutuhnya hanya mengemban risalah dan melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw. (Islam-Al- Qur’an).2
Meyakini ada lagi nabi baru yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru terpisah dari Islam dan Nabi Muhammad SAW bagi Ahmadiyah adalah sebuah kekufuran yang sekufur-kufurnya dan kesesatan yang sesesat-sesatnya serta menyimpang dari pokok ajaran Islam.
Fatwa MUI Tentang Ahmadiyah
Tahun 1980 MUI (Majlis Ulama Indonesia) memfatwakan Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan. Menegaskan kembali fatwa 1980 pada 2005 MUI kembali memfatwakan Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan. Dan orang Islam yang mengikutinya murtad (keluar dari Islam). Ada empat alasan MUI menyatakan Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan, dan orang Islam yang mengikutinya murtad (keluar dari Islam):
- Nash Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw secara qath’i telah menetapkan kenabian dan kerasulan telah berakhir (tertutup) setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW
- Mirza Ghulam Ahmad telah nyata-nyata mengaku dirinya sebagai nabi
- Berimam dengan orang mengaku dirinya nabi hukumnya sama dengan yang diimaminya
- Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan menjelang Hari Kiamat adalah kebohongan dan pembohongan terhadap al-Qur’an, Sunnah Mutawatir, dan Ijma. 3
Fatwa MUI melahirkan isu yang berhembus begitu kencang di ranah public tanah air:
- Ahmadiyah tidak mengakui Nabi Muhammad saw sebagiKhãtaman-Nabiyyîn
- Ahmadiyah punya nabi baru ke-26 bernama Mirza Ghulam Ahmad
- Ahmadiyah punya kitab suci baru bernama Tadzkirah
- Ahmadiyah punya kalimah syahadat baru – tiga kalimah bukan dua kalimah
- Ahmadiyah punya kiblat baru – Qadian-India bukan Baitullah-Mekkah
Pemerintah RI Terprovokasi
Isu dampak fatwa MUI itu berhembus begitu kuat dan kencang sehingga banyak kalangan terprovokasi mulai dari awwam hingga intelektual-ulama, dari masyarakat yang rakyat jelata hingga birokrat-pejabat. Kalangan awwam hingga intelektual-ulama, bangkit menentang Ahmadiyah, menutup pusat-pusat kegiatan Ahmadiyah dan meminta pemerintah membubarkan Ahmadiyah. Itu terjadi hampir merata diseluruh wilayah Indonesia mulai 2005 hingga awal 2008. Kalangan birokrat-pejabat, pemerintah RI, Gubernur Jatim, Gubernur Jabar, Gubernur Banten, Gubernur Sumsel, termasuk yang terprovokasi. Tanpa menghiraukan existensi Ahmadiyah Indonesia yang legal formal berbadan hukum, dan tanpa menghiraukan penjelesan PB JAI.
Kasus SKB 3 Mentri
Berlandaskan pada UU PNPS No. 1/1965, yo. UU No. 5 Tahun 1969 Pasal 1 dan 2 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, Pemerintah RI menerbitkan SKB Tiga Menteri, gubernur Jatim menerbitkan SK Gubernur, gubernur Jabar, gubernur Banten, dan gubernur Sumsel, menerbitkan Pergub.
SKB, SKG, PERGUB, isi pokoknya sama: memberi peringatan dan memerintahkan kepada penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) sepanjang mengaku beragama Islam untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Agama Islam yaitu penyebaran faham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad saw. (SKB-Diktum ke-2).4
Ahmadiyah 100 % Islam Tidak Sesat dan Tidak Menyesatkan
Nabi Muhammad saw pernah ditanya oleh Malaikat Jibril:
“Hai Muhammad, jelaskan kepadaku apa Iman”. Nabi Muhammad saw menjawab: “Iman adalah beriman kepada Allah, kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, kepada Rasul- Rasul-Nya, kepada Hari Akhirat, dan kepada Takdir (baik dan buruk)”. Jibril membenarkan, dan bertanya lagi: “Hai Muhammad, jelaskan kepadaku apa Islam”. Nabi Muhammad saw menjawab: “Islam adalah mengikrarkan kalimah syahadat, mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan”. Jibril membenarkan, dan kemudian berlalu.(Tirmidzi, Kitabul Iman wal Islam)
Diatas telah dijelaskan bahwa Ahmadiyah beraqidah sesuai dengan aqidah 6 Rukun Iman. Mengimplementasikan aqidah 6 rukun Iman, Ahmadiyah istiqamah dan mujahadah mengamalkan 5 Rukun Islam.
Ahmadiyah beriman dengan teguh Allah itu Esa, dan Muhammad adalah Nabi dan Rasul-Nya. Ahmadiyah dengan keyakinan penuh mengakui Allah dan Rasul-Nya, Muhammad saw Ashadu alaa ila Ha illallah Wa Ashadu anna Muhammad dar Rasulullah.
Ahmadiyah beriman kepada semua kitab-kitab Allah: Shuhuf Ibrahim as, Taurat Musa as, Zabur Daud as. Injil Isa as, dan yang takhir dan paling sempurna Al-Qur’an Nabi Muhammad saw.
Ahmadiyah meyakini Nabi Muhammad saw adalah Khâtamul Anbiya, Islam adalah Khâtamud-Dîn, dan Al-Qur’an adalah Khâtamul Kutûb. Bagi umat manusia diatas permukaan bumi ini, kini tidak ada Kitab lain kecuali Al-Qur’an dan bagi seluruh Bani Adam kini tidak ada seorang rasul juru syafaat selain Muhammad Musthafa saw.
Sesudah Al-Qur’an tidak akan datang kebenaran baru. Ahmadiyah meyakini menyimpang sehelai rambutpun dari petunjuk Al-Qur’an adalah sebuahkenistaan. Ahmadiyah beriman kepada semua nabi-nabi dan rasul-rasul Allah baik yang namanya diceritakan dalam Al-Qur’an – mulai dari Nabi Adam as hingga yang terakhir dan yang tersempurna Nabi Muhammad SAW maupun nabi-nabi yang namanya tidak diceritakan dalam Al-Qur’an – seluruhnya berjumlah 124.000 nabi/rasul.
Tidak hanya itu kepada Mujaddid, kepada Isa ibnu Maryam-Imam Mahdi ummati Nabi Muhammad saw yang seutuhnya menjadi hamba dan berpedoman teguh serta melaksanakan syari’at Nabi Muhammad saw (Al-Qur’an), yang dijanjikan akan datang pada akhir zamanpun Ahmadiyah mengimaninya. Ahmadiyah mengimani Nabi Muhammad saw adalah Khãtaman-Nabiyyîn – cap (yang mengesahkan) semua nabi, penutup nabi-nabi, nabi lama maupun nabi baru, nabi yang membawa syariat maupun nabi yang tidak.
Ahmadiyah mengimani kenabian telah final pada diri Nabi Muhammad SAW dan kitab syari’at juga telah final pada Kitab Suci Al-Qur’an. Sesudah Nabi Muhammad SAW tidak akan ada lagi nabi baru yang membawa agama baru, kitab suci baru dan kalimah syahadat baru. Semua potensi kenabian: tasyri’ – ghairi tasyri’ mustaqil, telah habis pada diriBaginda Nabi Muhammad SAW.
Ahmadiyah meyakini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as bukan nabi baru yang membawa agama baru, kitab suci baru, kalimah syahadat baru. Ahmadiyah meyakini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as sebagai Mujaddid Abad 14 H, Isa ibnu Maryam- Imam Mahdi Yang Dijanjikan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw dan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam sejagat, ummati nabi, zhillun-nabi, buruzun-nabi, mazharun kamilun Muhammadun shalallãhu ‘alaihi wassalamun. Sebagai Mujaddid, sebagai Isa ibnu Maryam-Imam Mahdi, sebagai ummati nabi, zhillun-nabi, buruzun-nabi, mazharun kamilun Muhammadun shalallãhu ‘alaihi wassalamun.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as seutuhnya tunduk patuh kepada Nabi Muhammad SAW dan seutuhnya hanya mengemban risalah dan melaksnakan syari’at Nabi Muhammad SAW. (Islam-Al-Qur’an).
Dengan standar Iman dan Islam yang dikemukakan Nabi Muhammad SAW dan memperhatikan aqidah yang dianut Ahmadiyah diatas dapat dipastikan Ahmadiyah 100 % Islam tidak sesat dan tidak menyesatkan tidak menodai agama. MUI Harus Mencabut Fatwa Ahmadiyah Berada Diluar Islam
Hazrat Mirza Masroor Ahmad atba Khallifatul Masih ke V
Jika karena Ahmadiyah meyakini kedatangan Isa ibnu Maryam-Imam Mahdi dan menurut Ahmadiyah telah datang dalam pribadi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as pendiri Jemaat Islam Ahmadiyah MUI tetap pada pendirian Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan dan orang-orang yang mengikutinya murtad (keluar dari Islam), maka untuk keadilan MUI juga harus berani memfatwakan NU dan Muhammadiyah juga berada diluar Islam sesat dan menyesatkan dan orang-orang yang mengikutinya juga murtad (keluar dari Islam). Sebab, dua organisasi itu juga sama-sama meyakini kedatangan Isa ibnu Maryam diakhir zaman. 5
Bahkan Isa ibnu Maryam yang diyakini NU-Muhammadiyah itu ialah Isa ibnu Maryam yang dahulu yang pernah diutus Allah kepada Bani Israil – yang sesungguhnya tidak bisa dan tidak boleh datang sebab jika datang akan merusak segel Khãtaman-Nabiyyîn Nabi Muhammad SAW bukan Isa ibnu Maryam ummati Nabi Muhammad SAW seperti yang diyakini Ahmadiyah.
Dan jika ditarik lebih kebelakang lagi, MUI juga harus berani memfatwakan Nabi Muhammad SAW (na’udzubillahi min dzalik) berada diluar Islam sesat dan menyesatkan. Sebab jelas yang pertama kali meyakini dan menubuwatkan Isa ibnu Maryam-Imam Mahdi akan datang diakhir zaman adalah Nabi Muhammad SAW pembawa Islam dan Al-Qura, sumber darimana mata air rohani Islam mengalir.
Beranikah MUI memfatwakan NU-Muhammadiyah berada diluar Islam, sesat dan menyesatkan, dan orang-orang yang mengikutinya juga murtad (keluar dari Islam)? Beranikah MUI memfatwakan, Nabi Muhammad SAW (na’udzubillahi min dzalik), berada diluar Islam sesat dan menyesatkan?
Jika MUI berani memfatwakan NU-Muhammadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan dan orang-orang yang mengikutinya juga murtad (keluar dari Islam) dan jika MUI berani memfatwakan, Nabi Muhammad SAW (na’udzubillahi min dzalik) berada diluar Islam sesat dan menyesatkan MUI baru adil dan layak menyandang predikat pemegang otoritas agama.
Jika tidak berani dan penulis yakin MUI pasti tidak berani, maka MUI harus mencabut fatwa Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan dan orang-orang yang mengikutinya murtad (keluar dari Islam) dan harus menyatakan fatwanya itu sebagai kekeliruan dan kekhilafan.
Biarkan Ahmadiyah Mengaku Dirinya Islam
Selain alasan diatas, ada dua alasan lain kenapa MUI harus mencabut fatwa Ahmadiyah berada diluar Islam sesat dan menyesatkan, dan orang-orang yang mengikutinya juga murtad (keluar dari Islam).
Pertama Firman Allah swt :
(Hai Muhammad), katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut caranya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.9
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”.6
“Sesungguhnya, Tuhan-mu, Dia-lah lebih Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih Mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.7
Kedua Nabi Muhammad saw bersabda:
“Apabila seseorang mengkafirkan saudara sesamanya, maka pengkafiran itu akan mengena kepada salah satu diantara keduanya. Jika yang dikafirkan itu memang kafir, maka ia kafir. Tetapi jika yang dikafirkan tidak kafir, maka kekafiran itu akan kembali kepada yang mengatakan kafir”. 8
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, menganut kiblat kita(ka’bah), shalat sebagaimana shalat kita, dan memakan daging sembelihan sebagaimana sembelihan kita, maka dialah orang Islam. Ia mempunyai hak sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Dan ia mempunyai kewajiban sebagaimana orang Islam lainnya”.9
“Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) orang ahli “Laa ilaaha illallah” (yakni orang Muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa”.
Dalam riwayat lain dikatakan : “Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal (perbuatan)”.10
“Siapa yang memanggil seorang dengan kalimat “Hai Kafir”, atau “musuh Allah”, padahal yang dikatakan itu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya sendiri”.11 Tidak ada paksaan dalam agama.12
Semoga bermamfaat bagi kita semuanya. Aamiin ya Robbal a’lamiin
Catatan
- Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., Syarat-Syarat Bai’at Dalam Jemaat Ahmadiyah, Isytihar Takmil Tabligh, 12 Januari 1889
- Keyakinan akan datangnya Isa ibnu Maryam di akhir zaman bukan monopoli keyakinan Ahmadiyah. Nahdhatul Ulama (NU), punya keyakinan Isa ibnu Maryam akan diturunkan kembali pada akhir zaman. Dalam kitab Ahkam al Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, diterbitkan oleh Diantama-LTN-NU, Cet. Ketiga, Pebruari 2007: 47-48, dan diberi pengantar oleh KH. M.A. Sahal Mahfudz, Ketua Umum Majlis ‘Ulama Indonesia, terdapat tanyajawab, sbb: Soal : Bagaiaman pendapat muktamar tentang Nabi Isa as., setelah turun kembali ke dunia. Apakah tetap sebagai Nabi dan Rasul? Padahal Nabi Muhammad SAW, adalah Nabi terakhir? Dan apakah mazhab empat itu akan tetap ada pada waktu itu? Jawab :“Kita wajib berkeyakinan bahwa Nabi Isa a.s, itu akan diturunkan kembali pada akhir zaman nanti sebagai Nabi dan Rasul yang melaksanakan syariat Nabi Muhammad SAW., dan hal itu, tidak berarti menghalangi Nabi Muhammad sebagai Nabi yang terakhir, sebab Nabi Isa a.s, hanya akan melaksanakan syariat Nabi Muhammad saw.. Sedangkan mazhab empat pada waktu itu hapus (tidak berlaku)”. Muhammadiyah juga punya keyakinan Isa ibnu Maryam akan datang kembali pada akhir zaman. Dalam Majalah Windon Nomer “Mutiara”, Madjlis H.B. Moehammadiyah Taman Pustaka, Pebruari 1940/Moeharram 1359 Th. Ke IX, hal.32-34, dan disiarkan lagi oleh Sinar Islam, Edisi Juli 1985, hal. 26-27, tertulis keyakinan Muhammadiyah, sbb: “Tentang kedatangan tuan Yezuz kedoenia kembali, memang rata-rata kaum Moeslimin mempertjayainya. Hal kepertjayaan Moeslimin tentang kedatangamn Yezuz ke dunia lagi itoe demikianlah : Sungguh Baginda Nabi Isa (Yezuz Kristus), itu akan toeroen ke doenia lagi pada akhir zaman dan beliau itu akan menghoekoemi dengan syari’at Nabi Moehammad SAW., tidak dengan syari’atnya; karena syari’at Yezuz itoe, telah terhapoes sebab soedah lalunya waktoe jang sesoeai oentoek mendjalankannya. Maka kedatangan Yezuz itoe nanti menjadi sebagai khalifah ataoe pengganti Nabi kita, di dalam menjalankan syri’at Beginda Nabi SAW., pada ini oemat”.
- Lihat, Materi Presentasi Sosialisasi SKB Ahmadiyah, Departemen Agama Republik Indonesia, 260608
- Lihat, pernyataan NU dan Muhammadiyah pada halaman 5 diatas
- Al-Quran, Surah Al-Bani Israil, 17:85
- Al-Quran, Surah An-Najm, 53:33
- Al-Quran, Surah Al-‘An’am, 6:118, lihat juga: An-Nahl, 16:126
- H.R. Muslim
- H.R. Bukhari
- H.R. At-Thabrani dalam Al-Kabir
- H.R. Bukhori, Muslim
- Al-Qur’an Surah Al-Baqarah, 2:257
Sampit 13 Maret 2016
dock. Abah Nayyar AM
No Responses