Masroor Library – Mendengar kata Setan tentulah kita akan terbayang sesosok makhluk yang menyeramkan dengan warna merah bertanduk dan berasal dari dimensi lain dunia ini. Pada waktu penulis masih kecil dulu ditanamkan pengertian bahwa Setan adalah sesosok mahluk halus yang mempunyai sifat berlawanan dengan Malaikat. Jadi dari golongan Setan adalah makhluk durhaka yang selalu membangkang kepada perintah Allah, karena berlawanan dengan Malaikat yang selalu patuh dan tunduk dengan perintah Allah, dan terus membujuk umat manusia kejalan kesesatan.
Tapi dalam bahasa Alquran pengertian Setan bisa diuraikan sbb:
“Setan” dapat dijelaskan berdasarkan akar kata :
- Syathana
- Syaatha.
Arti Setan (Syaitan), apabila berdasarkan kata Syathahun, menurut kaidah bahasa Arab dikatakan bahwa artinya ialah : menjadi jauh.
Contoh :
Syathanad-daara artinya : rumah itu jauh, Asy-syathanu : alhabluth-thawiil yaitu : tali yang panjang, Sythanu sahibahu, khaalafahu‟an niyyatihi wa-wajhihii. Artinya : Dia adalah wujud yang jauh dari kebenaran dan membuat pula orang lain menjauh serta berpikir tentang kejahatan (Aqrab).
Tetapi apabila arti Setan itu diambil dari kata Syaatha, maka artinya ialah : Dia “terbakar atau menyala” karena nafsu/emosi yang berlebih-lebihan.
Contoh :
Syaatha asy-syaiu, ihtiraqaa, atau Istasyaatha ghadaban idzaa ihtadda fii qhadabihii waltahaba. Yaitu : Dia “terbakar “ karena rasa marahnya yang luar biasa hingga menyala-nyala. Contoh : Syaatha fulanun, halaka. Artinya si fulan telah hancur.
Di dalam Alquran, sebutan Setan pertama kali terdapat dalam Surah Al Baqarah ayat 14 yang berbunyi :
Bila mereka berjumpa dengan orang-orang beriman, mereka mengatakan : “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada Syitan-syaitan mereka, mereka mengatakan : “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu……………”
Dalam ayat ini dikatakan syayaathinihim (syaitan-syaitan), kata jamak dari Syaithaan (Setan). Kata “Bila mereka kembali kepada syitan-syaitan mereka” jelas menunjukan kembali kepada pemimpin=-pemimpin mereka yang berjiwa ihtiraqa, yang istisyaatha ghadaban….waltahaba, yaitu mereka yang karena sangat benci dan memusuhui Rasulullah s.a.w. dan kaum muslimin, merasa panas dan menyala karena marah dan sikap antipatinya.
Siapa mereka, jelas adalah orang-orang kafir dan kaum munafik, mereka yang sudah dikenal dalam sejarah. Kaum munafik itu yang bila berada di tengah kaum muslimin mengatakan
“Kami telah beriman” tetapi bila kepada kaum kafir dan munafik mereka itu mengatakan “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu”, seperti tercantum dalam ayat. Al Quran menegaskan lebih jelas lagi bahwa kaum kafir itu akan mengatakan : Rabanaa innaa atha‟ana sadaatanaa wa-kubaraa-inna fa-adhalluunas-sabiil”, bahwa : “Mereka berkata , Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami lalu mereka menyesatkan kami”….(Al Ahzab : 67)
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setan adalah:
Manusia yang pada dasar tabi’atnya selalu bergejolak yang berpikiran dan bertabi’at keras serta bereaksi tajam, setajam jilatan dan panasnya api adalah gambaran tentang manusia yang menggoda sesamanya kepada segala hal yang buruk dan jelek.
Gambaran tentang tanah dan api adalah gambaran perbedaan antara Adam AS serta manusia yang siap menerima ajakan dan ajarannya, dengan manusia yang bertabiat api, yang langsung menolak dan membangkang. Pengertian ini dikemukakan dalam Alquran dengan kata-kata kiasan yang perlu dikaji dan ditafsirkan. Seperti sebuah ayat Alquran yang mengatakan :
Khuliqal insaanu min „ajal. Bahwa manusia itu diciptakan dengan tergesa-gesa. (Al Anbiya : 37).
“Tergesa-gesa” disini tentulah bukan berarti diciptakan secara tergesa-gesa, melainkan bertabi‟at tergesa-gesa.
Untuk lebih jelas dan detail mengenai Jin, Iblis, dan Setan, silahkan download ebook dalam format PDF di Jin, Iblis Dan Setan {download} [goes]
No Responses