Tingkatkan Wawasan Empiris, Mahasiswa Darjah Rabiah Kunjungi Tiga Lokasi Sekaligus

Tingkatkan Wawasan Empiris, Mahasiswa Darjah Rabiah Kunjungi Tiga Lokasi Sekaligus

“Kunjungan ini sangat bagus untuk para mahasiswa dalam mengembangkan sikap toleransi dan memupuk semangat kebersamaan antar umat beragama di Indonesia.”

Masroor Library – Bogor, WARTA “JAMAI” [4-5/04/24]. Dua buah kendaraan roda empat itu mulai meluncur meninggalkan Kampus Mubarak Kemang, Bogor sekitar pukul dua, Kamis (4/4) siang. Sebanyak 14 orang berada di dalamnya, masing-masing tujuh orang tiap mobil. Seorang dosen yang ikut mendampingi berada di mobil pertama. Arahnya adalah ke Ciapus, Ciomas, Bogor. Tepatnya ke Saung Paramitha di Kampung Buniara.

Setelah berjuang melewati jalanan yang terkenal dengan kemacetannya di beberapa titik – Sindangbarang, Cibalagung, Ciapus – kedua mobil jenis APV itu belok kanan setelah jembatan. Jalanan yang sudah bagus bercor beton itu menyebabkan mudah dilalui meskipun relatif sempit. Di ujung jalan itulah terletak lokasi Saung Paramitha. Seorang pemuda membuka gerbang yang dulu sempat menjadi semacam Pusat Sangha Theravada Indonesia itu.

Kunjungan ke Saung Paramitha pertama kali dilakukan sekitar 14 tahun lalu. Saat itu -11 November 2010 – mahasiswa Jamiah diajak dosen Ilmu Perbandingan Agama untuk melakukan Kunjungan Akademik kesini. Alasannya, inilah lokasi Sangha Theravada – dulu disebut sebagai Hinayana – sekaligus terdapat pohon Bodhi pertama di Indonesia. Komplek Saung Paramitha dikenal teduh dan asri karena banyak terdapat pepohonan.

Mami Nani Winata tampak ada di tempat penerimaan tamu. Nayaka dari Bhante Sri Subala Ratano Mahathera itu sudah 28 tahun melayani keperluan bhikkhu yang ditugaskan disana. Sebelumnya, Mami Nani adalah seorang pengusaha percetakan. Namun karena mendapat panggilan agama, setiap minggu dia menyiapkan keperluan konsumsi untuk Bhante Subala dan lainnya. Akhirnya, sejak 28 tahun lalu Mami Nani sepenuh waktu melaksanakan tugasnya.

Usai berkeliling komplek Saung Paramitha dengan mengunjungi Pohon Bodhi, miniatur Pilar Ashoka, miniatur Stupa Thailand dan miniatur Stupa Arupadatu Borobudur, rombongan pun bergerak kembali ke arah Kota Bogor. Kedua mobil itu menuju ke Masjid “Baitul Huda” di kawasan Nanggewer, Cibinong. Malam itu semua mahasiswa Darjah Rabiah menginap disana. Jumat pagi mereka akan mengunjungi Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang masih berada di satu kelurahan itu.

Tepat pukul sembilan pagi, rombongan mahasiswa sudah berada di lokasi pencetakan Alkitab milik LAI tersebut. Dosen Ilmu Perbandingan Agama sendiri sudah berada di lokasi setengah jam sebelumnya. Sejak diberi amanat menjadi Dosen Ilmu Perbandingan Agama pada 2005 lalu, hampir tiap tahun mahasiswa diajak kesini untuk melakukan Kunjungan Akademik terkait tema Biblika (Penerjemahan dan Pencetakan Alkitab dalam berbagai bahasa nasional dan daerah).

“Saat ini kami sedang mencetak Alkitab TB 2 alias Terjemahan Baru tahap dua,” ujar Ibu Dorkas saat menerima rombongan di ruang lobby. Tampak Direktur Percetakan LAI yang juga sahabat lama dosen Ilmu Perbandingan Agama Jamiah, Drs. Anthonius Siahaan, M.M. terlihat disana.

“Kita akan melihat Proses Pra Cetak sebelum melihat pencetakan Alkitab di lantai bawah. Rombongan akan dibagi menjadi dua kelompok supaya lebih cepat.”

Selama hampir dua jam, kedua kelompok diajak berkeliling lokasi percetakan. Tampak wajah-wajah mahasiswa terlihat serius dan antusias melihat-lihat mesin percetakan yang besar dan modern. Beberapa gulung kertas bibel teronggok di lantai. Hasil percetakan sebelumnya juga masih sedang diproses. Diperlukan sebanyak 24 tahap untuk bisa menjadi buku Alkitab yang sudah tersampul kalf. Proses itu sebagian otomatis menggunakan mesin modern, sebagian lagi manual.

Puas melihat-lihat proses percetakan, rombongan diarahkan ke aula. Disana akan dilakukan kuis untuk menguji daya serap mahasiswa terkait proses persiapan naskah dan percetakan yang baru saja dilihat. Tiga buah hadiah disiapkan bagi yang bisa menjawab pertanyaan. Dengan relatif mudah mahasiswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Ibu Popy dan Ibu Dorkas tersebut.

Usai shalat Jumat di Masjid “Baitul Huda” Cibinong, rombongan kemudian meluncur ke arah Istana Presiden Bogor. Tujuannya tidak lain adalah Katedral “Maria Perawan Tak Bernoda” Bogor alias Beato Maria Virginiaea (BMV). Reginal R. Capah alias Bang Rey, pengurus Katedral Bidang Hukum dan Lintas Iman serta Pak Niko ternyata sudah menunggu kedatangan rombongan. Mereka kemudian mengajak berkeliling lokasi: Katedral, Goa Maria dan Pusat Pasturan. Begitu juga Panti Yatim “Vincentius” yang sudah berusia hampir dua abad.

Usai melakukan foto bersama di beberapa lokasi, rombongan pun berpamitan. Tampak Pak Niko – aktivis Gusdurian Bogor asal Katolik itu gembira bisa mendampingi mahasiswa.

“Ayah saya dulu berpesan, bahwa nanti kopiah hitam akan ditinggalkan dan diganti dengan kopiah putih. Saya senang karena mahasiswa Ahmadiyah masih mengenakan kopiah hitam. Artinya, Ahmadiyah masih mempertahankan keaslian Islam Indonesia, sementara yang lainnya sudah meniru Islam diluar sana,” pungkasnya. []

Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Ilmu Perbandingan Agama & Bahasa Farsi
Jamiah Ahmadiyah Internasional Indonesia
Bogor, Jawa Barat

Tags: , ,

No Responses

Tinggalkan Balasan