Kepemimpinan Dalam Perspektif Taurat Dan Injil

Kepemimpinan Dalam Perspektif Taurat Dan Injil
Dalam Sejarah Agama-agama, kepemimpinan berkorelasi dengan sejarah agama-agama itu sendiri. Untuk agama Yahudi, misalnya, kepemimpinan bisa dikaitkan dengan Nabi, Imam, Raja dan Hakim. Bentuk suksesi alias kelanjutan kepemimpinan dapat ditelusuri, begitu juga dengan cara pemilihannya dalam Kitab Taurat dan Injil.

{כא} וְאַתָּה תֶחֱזֶה מִכָּל הָעָם אַנְשֵׁי חַיִל יִרְאֵי אֱלֹהִים אַנְשֵׁי אֱמֶת שֹׂנְאֵי בָצַע וְשַׂמְתָּ עֲלֵהֶם שָׂרֵי אֲלָפִים שָׂרֵי מֵאוֹת שָׂרֵי חֲמִשִּׁים וְשָׂרֵי עֲשָׂרֹת:

“Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa (הָעָם) itu orang-orang yang cakap (אַנְשֵׁי חַיִל) dan takut akan Allah (יִרְאֵי אֱלֹהִים), orang-orang yang dapat dipercaya (אֱמֶת), dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang (שָׂרֵי אֲלָפִים), pemimpin seratus orang (שָׂרֵי מֵאוֹת), pemimpin lima puluh orang (שָׂרֵי חֲמִשִּׁים) dan pemimpin sepuluh orang (שָׂרֵי עֲשָׂרֹת).” {Kel. 18:21}

I. PENDAHULUAN

Dalam Sejarah Agama-agama, kepemimpinan berkorelasi dengan sejarah agama-agama itu sendiri. Untuk agama Yahudi, misalnya, kepemimpinan bisa dikaitkan dengan Nabi, Imam, Raja dan Hakim. Bentuk suksesi alias kelanjutan kepemimpinan dapat ditelusuri, begitu juga dengan cara pemilihannya dalam Kitab Taurat dan Injil.

Dalam bahasa Ibrani, Kepemimpinan secara etimologi disebut sebagai “Menahigot” (מנהיגות). Padanannya adalah מנהיגות “Menahigot” (leadership, hegemony), הנההגה “Hanahigah” (leadership, headship, administration), ראשות “Ra’asyot” (leadership, headship), צמרת “Tsamarot” (top, leadership, treetop, upper class, upper part) dan דברת “Dabbirot” (leadership).

Sedangkan secara terminologi, arti dari מנהיגות adalah פעולה של הובלת קבוצה של אנשים או ארגון (“Pe’ulah syel hobelot qibutsah syel unasyim au argon”, yaitu suatu kegiatan dalam memimpin sekelompok orang atau organisasi).

II. KEPEMIMPINAN DALAM TAURAT

A. Mengenal Kitab Taurat

Menurut Kamus Alkitab, arti asal Taurat (טורה) adalah adalah “pengajaran oleh Allah”. Pada awalnya kata ini diterapkan pada Kesepuluh Hukum (Ten Commandements), kemudian pada segala hukum dan peraturan dari Tuhan, khususnya pada kelima kitab Musa atau Kitab Taurat. (Alkitab Terjemahan Baru ©LAI Jakarta, 1979, hlm. 345).

Sedangkan menurut Xavier-Leon Dufour, yang dimaksud dengan Taurat (dari Ibrani, ירא: “menunjukkan”, “petunjuk” atau “pengajaran”) adalah “kelima kitab Musa (Pentateukh) yang dibedakan dengan “Nabi-nabi” (Mat. 5:17; 7:12; 22:40; Luk. 16:16; 24:44; Yoh. 1:45; Kis. 13:15; 24:14; 28:23; Rm. 3:21) yang berfungsi bukan hanya sebagai suatu ajaran atau hukum, melainkan suatu patokan praktis: ajaran normatif bagi perbuatan/karya.” (Ensiklopedia Perjanjian Baru: Kanisius, Cet. IV, 1995, hlm. 539).

Dalam Yudaisme, kata ini tidak berarti Alkitab dalam keseluruhannya saja (Yoh. 10:34) melainkan juga hukum lisan yang sederajat wibawanya: yang lisan itu melengkapi dan mengartikan hukum tertulis (Mat. 15:6); dengan demikian terbentuklah Talmud. Talmud adalah kumpulan teks-teks yuridis dan hagada dalam Taurat.

Berkenaan dengan siapa penulis Taurat, Dr. D.C. Mulder, seorang teolog Barat memberikan komentar sebagai berikut:

“Sampai abad ke-18, umum diterima oleh kalangan orang Yahudi dan orang Kristen, bahwa Pentateuch itu dikarang oleh Nabi Musa sendiri. Hanya tentang ulangan 34:5-12 (Wafat Musa) kadang-kadang diterangkan bahwa bagian ini dikarang oleh Yusak (Yosia), tetapi terdapat juga keterangan bahwa Musa sendiri menubuatkan hal wafatnya sendiri. Akan tetapi, sejak abad ke-18, tradisi mengenai Musa sebagai pengarangnya mulai diragukan.” (Pembimbing ke Dalam Perjanjian Lama, BPK Jakarta, 1963, hlm. 40-41).

B. Mengenal Kepemimpinan dalam Taurat

1. Musa sebagai Pemimpin Utama

Dalam Kitab Taurat, kisah mengenai Nabi Musa sebagai seorang pemimpin yang menyelamatkan umatnya dari penindasan Fir’aun dan kaumnya tersebar di beberapa kitab. Misalnya di dalam Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Diluar itu juga banyak dikisahkan. Bahkan, nama Nabi Musa pun disebutkan dalam Perjanjian Baru, baik dalam Injil yang empat maupun dalam kitab-kitab lainnya.

Nabi Musa memang seolah menjadi sentral dari umat Israel pada masa itu. Meskipun pada akhirnya Musa meminta dibantu oleh Harun, tetap saja posisi Nabi Musa sangat dominan. Sejak kecil Nabi Musa memang telah dididik dalam keluarga Fir’aun yang terkenal disiplin dan mandiri. Nama Nabi Musa sendiri, Mosyeh (מושה), menunjukkan hal itu.

Selain Harun, Yitro sebagai mertua Nabi Musa juga akhirnya memberikan nasihat melihat bagaimana Musa menjadi single-fighter. Sebagai seorang mertua, Yitro sangat mengkhawatirkan kesehatan Nabi Musa. Padahal, menurut Yitro, kepemimpinan atau pelayanan itu bisa didistribusikan dalam berbagai jenjang. Oleh sebab itu, atas saran mertuanya, Nabi Musa membentuk kepemimpinan di bawahnya. Kepemimpinan itu berdasarkan suku atau bani dalam Yudaisme.

Sesuai dengan Bil. 1:1-29, ada 12 Pemimpin yang ditetapkan oleh Nabi Musa lengkap dengan tupoksinya. Bahkan, terkait dengan keamanan, dibagi juga area utama menjadi empat lokasi yang masing-masing membawahi dua suku lainnya. Ada juga pemimpin untuk seratus orang, pemimpin untuk lima puluh orang dan pemimpin untuk sepuluh orang. Tidak cukup, Nabi Musa juga menetapkan 12 pengintai.

2. Syarat Seorang Pemimpin

Dalam Kitab Keluaran Pasal 18 nats 21, menurut Yitro, seorang pemimpin hendaklah dipilih karena kecakapan dan ketakwaan. Tentu saja dengan kejujuran dan anti-suap, pemimpin itu akan menjadi pemimpin yang berintegritas.

{כא} וְאַתָּה תֶחֱזֶה מִכָּל הָעָם אַנְשֵׁי חַיִל יִרְאֵי אֱלֹהִים אַנְשֵׁי אֱמֶת שֹׂנְאֵי בָצַע וְשַׂמְתָּ עֲלֵהֶם שָׂרֵי אֲלָפִים שָׂרֵי מֵאוֹת שָׂרֵי חֲמִשִּׁים וְשָׂרֵי עֲשָׂרֹת:

“Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa (הָעָם) itu orang-orang yang cakap (אַנְשֵׁי חַיִל) dan takut akan Allah (יִרְאֵי אֱלֹהִים), orang-orang yang dapat dipercaya (אֱמֶת), dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang (שָׂרֵי אֲלָפִים), pemimpin seratus orang (שָׂרֵי מֵאוֹת), pemimpin lima puluh orang (שָׂרֵי חֲמִשִּׁים) dan pemimpin sepuluh orang (שָׂרֵי עֲשָׂרֹת).”

3. Tugas Pemimpin dalam Taurat

a. Pemimpin mewakili Leluhur/Suku

Sesuai dengan saran mertuanya, Nabi Musa kemudian menetapkan 12 orang sebagai “pemimpin untuk seribu orang” (שָׂרֵי אֲלָפִים). Kedua belas pemimpin itu mewakili leluhur atau sukunya masing-masing. Selain itu para pemimpin puak (kaum) –yang lebih kecil dari suku– juga ditetapkan.

Adapun kedua belas pemimpin tersebut adalah:

01. Nahason bin Aminabad dari Bani Yehuda,
02. Nataneel bin Zuar dari Bani Isakhar,
03. Eliab bin Helon dari Bani Zebulon,
04. Elizur bin Syedeur dari Bani Ruben,
05. Selumiel bin Zurisyadi dari Bani Simeon,
06. Elyasaf bin Rehuel dari Bani Gad,
07. Elisama bin Ahuhud dari Bani Efraim,
08. Gamaliel bin Pedazur dari Bani Manasye,
09. Abidan bin Gideoni dari Bani Benyamin,
10. Ahiezer bin Amisyadai dari Bani Dan,
11. Pagiel bin Okhran dari Bani Asyer,
12. Ahira bin Enan dari Bani Naftali.

b. Pengangkatan Pemimpin dengan Musyawarah

Menurut Kitab Hosea Pasal 1 nats 11 (dalam teks asli bahasa Ibrani ada di Pasal 2 nats 2), bahwa pengangkatan seorang pemimpin harus melalui mekanisme musyawarah.

{ב} וְנִקְבְּצוּ בְּנֵי יְהוּדָה וּבְנֵי יִשְׂרָאֵל יַחְדָּו וְשָׂמוּ לָהֶם רֹאשׁ אֶחָד וְעָלוּ מִן הָאָרֶץ כִּי גָדוֹל יוֹם יִזְרְעֶאל:

“Orang Yehuda dan orang Israel akan berkumpul bersama-sama dan akan mengangkat bagi mereka satu pemimpin, lalu mereka akan menduduki negeri ini, sebab besar hari Yizreel itu.”

c. Tugas Pemimpin: Membuat Kode Keamanan, Tim Pengintai, Persembahan Mezbah, Pembagian Tanah

Tidak dapat dipungkiri, bahwa tugas seorang pemimpin sangatlah berat. Tidak saja memperhatikan umat secara internal melainkan juga memastikan kondisi keamanan dari serangan luar. Memperhatikan ketakwaan dan kesejahteraan umat adalah tugas ke dalam, sedangkan membuat upaya pertahanan adalah langkah keluar.

Dalam Kitab Bilangan Pasal 13 nats 1-15 disebutkan, bahwa selain membentuk Pemimpin Internal, Musa juga –atas perintah Tuhan– membentuk Tim Pengintai (Teliksandi) sebanyak 12 orang dan juga aturan terkait keamanan.

{א} וַיְדַבֵּר יְהוָה אֶל מֹשֶׁה לֵּאמֹר: {ב} שְׁלַח לְךָ אֲנָשִׁים וְיָתֻרוּ אֶת אֶרֶץ כְּנַעַן אֲשֶׁר אֲנִי נֹתֵן לִבְנֵי יִשְׂרָאֵל אִישׁ אֶחָד אִישׁ אֶחָד לְמַטֵּה אֲבֹתָיו תִּשְׁלָחוּ כֹּל נָשִׂיא בָהֶם: {ג} וַיִּשְׁלַח אֹתָם מֹשֶׁה מִמִּדְבַּר פָּארָן עַל פִּי יְהוָה כֻּלָּם אֲנָשִׁים רָאשֵׁי בְנֵי יִשְׂרָאֵל הֵמָּה: {ד} וְאֵלֶּה שְׁמוֹתָם לְמַטֵּה רְאוּבֵן שַׁמּוּעַ בֶּן זַכּוּר: {ה} לְמַטֵּה שִׁמְעוֹן שָׁפָט בֶּן חוֹרִי: {ו} לְמַטֵּה יְהוּדָה כָּלֵב בֶּן יְפֻנֶּה: {ז} לְמַטֵּה יִשָּׂשכָר יִגְאָל בֶּן יוֹסֵף: {ח} לְמַטֵּה אֶפְרָיִם הוֹשֵׁעַ בִּן נוּן: {ט} לְמַטֵּה בִנְיָמִן פַּלְטִי בֶּן רָפוּא: {י} לְמַטֵּה זְבוּלֻן גַּדִּיאֵל בֶּן סוֹדִי: {יא} לְמַטֵּה יוֹסֵף לְמַטֵּה מְנַשֶּׁה גַּדִּי בֶּן סוּסִי: {יב} לְמַטֵּה דָן עַמִּיאֵל בֶּן גְּמַלִּי: {יג} לְמַטֵּה אָשֵׁר סְתוּר בֶּן מִיכָאֵל: {יד} לְמַטֵּה נַפְתָּלִי נַחְבִּי בֶּן וָפְסִי: {טו} לְמַטֵּה גָד גְּאוּאֵל בֶּן מָכִי: {טז} אֵלֶּה שְׁמוֹת הָאֲנָשִׁים אֲשֶׁר שָׁלַח מֹשֶׁה לָתוּר אֶת הָאָרֶץ וַיִּקְרָא מֹשֶׁה לְהוֹשֵׁעַ בִּן נוּן יְהוֹשֻׁעַ:

“TUHAN berfirman kepada Musa:
“Suruhlah beberapa orang mengintai tanah Kanaan, yang akan Kuberikan kepada orang Israel; dari setiap suku nenek moyang mereka haruslah kausuruh seorang, semuanya pemimpin-pemimpin di antara mereka.”

Lalu Musa menyuruh mereka dari padang gurun Paran, sesuai dengan titah TUHAN; semua orang itu adalah kepala-kepala di antara orang Israel.

Dan inilah nama-nama mereka:

Dari suku Ruben: Syamua bin Zakur;
dari suku Simeon: Safat bin Hori;
dari suku Yehuda: Kaleb bin Yefune;
dari suku Isakhar: Yigal bin Yusuf;
dari suku Efraim: Hosea bin Nun;
dari suku Benyamin: Palti bin Rafu;
dari suku Zebulon: Gadiel bin Sodi;
dari suku Yusuf, yakni dari suku Manasye: Gadi bin Susi;
dari suku Dan: Amiel bin Gemali;
dari suku Asyer: Setur bin Mikhael;
dari suku Naftali: Nahbi bin Wofsi;
dari suku Gad: Guel bin Makhi.

Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua.”

Terkait dengan tanda perintah sebagai pengingat bagi umat, Nabi Musa juga telah menerima wahyu dari Tuhan sebagaimana disebutkan dalam Kitab Bilangan Pasal 10 nats 1-6 berikut:

{א} וַיְדַבֵּר יְהוָה אֶל מֹשֶׁה לֵּאמֹר: {ב} עֲשֵׂה לְךָ שְׁתֵּי חֲצוֹצְרֹת כֶּסֶף מִקְשָׁה תַּעֲשֶׂה אֹתָם וְהָיוּ לְךָ לְמִקְרָא הָעֵדָה וּלְמַסַּע אֶת הַמַּחֲנוֹת: {ג} וְתָקְעוּ בָּהֵן וְנוֹעֲדוּ אֵלֶיךָ כָּל הָעֵדָה אֶל פֶּתַח אֹהֶל מוֹעֵד: {ד} וְאִם בְּאַחַת יִתְקָעוּ וְנוֹעֲדוּ אֵלֶיךָ הַנְּשִׂיאִים רָאשֵׁי אַלְפֵי יִשְׂרָאֵל: {ה} וּתְקַעְתֶּם תְּרוּעָה וְנָסְעוּ הַמַּחֲנוֹת הַחֹנִים קֵדְמָה: {ו} וּתְקַעְתֶּם תְּרוּעָה שֵׁנִית וְנָסְעוּ הַמַּחֲנוֹת הַחֹנִים תֵּימָנָה תְּרוּעָה יִתְקְעוּ לְמַסְעֵיהֶם:

“TUHAN berfirman kepada Musa:
“Buatlah dua nafiri dari perak. Dari perak tempaan harus kaubuat itu, supaya dipergunakan untuk memanggil umat Israel dan untuk menyuruh laskar-laskarnya berangkat.

Apabila kedua nafiri itu ditiup, segenap umat itu harus berkumpul kepadamu di depan pintu Kemah Pertemuan.

Jikalau hanya satu saja ditiup, maka para pemimpin, para kepala pasukan Israel harus berkumpul kepadamu.

Apabila kamu meniup tanda semboyan, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah timur; apabila kamu meniup tanda semboyan kedua kalinya, maka haruslah berangkat laskar-laskar yang berkemah di sebelah selatan. Jadi tanda semboyan harus ditiup untuk menyuruh mereka berangkat;”

4. Ketidaktaatan terhadap Pemimpin

Dalam suatu kepemimpinan, tentu saja ada yang benar-benar taat tanpa preserve ada juga yang taat bersyarat bahkan ada yang menentang. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari ketidakpuasan terhadap pribadi, kinerja maupun faktor subyektif lainnya.

Tidak terkecuali terhadap Nabi Musa, tidak semua umat berlaku taat. Ada di antara mereka yang menjadi pembangkang. Bahkan, yang sangat miris adalah ini menghinggapi juga Nabi Harun dan Miryam, dua orang yang merupakan karib Nabi Musa. Penyebabnya, Nabi Musa menikahi seorang wanita Kush yang dianggap “tidak benar”.

Karena pembangkangan Harun dan Miryam, maka Tuhan menegur keduanya. Dalam Kitab Bilangan Pasal 10 nats 1-10 dikisahkan:

{א} וַתְּדַבֵּר מִרְיָם וְאַהֲרֹן בְּמֹשֶׁה עַל אֹדוֹת הָאִשָּׁה הַכֻּשִׁית אֲשֶׁר לָקָח כִּי אִשָּׁה כֻשִׁית לָקָח: {ב} וַיֹּאמְרוּ הֲרַק אַךְ בְּמֹשֶׁה דִּבֶּר יְהוָה הֲלֹא גַּם בָּנוּ דִבֵּר וַיִּשְׁמַע יְהוָה: {ג} וְהָאִישׁ מֹשֶׁה (ענו) עָנָיו מְאֹד מִכֹּל הָאָדָם אֲשֶׁר עַל פְּנֵי הָאֲדָמָה: {ד} וַיֹּאמֶר יְהוָה פִּתְאֹם אֶל מֹשֶׁה וְאֶל אַהֲרֹן וְאֶל מִרְיָם צְאוּ שְׁלָשְׁתְּכֶם אֶל אֹהֶל מוֹעֵד וַיֵּצְאוּ שְׁלָשְׁתָּם: {ה} וַיֵּרֶד יְהוָה בְּעַמּוּד עָנָן וַיַּעֲמֹד פֶּתַח הָאֹהֶל וַיִּקְרָא אַהֲרֹן וּמִרְיָם וַיֵּצְאוּ שְׁנֵיהֶם: {ו} וַיֹּאמֶר שִׁמְעוּ נָא דְבָרָי אִם יִהְיֶה נְבִיאֲכֶם יְהוָה בַּמַּרְאָה אֵלָיו אֶתְוַדָּע בַּחֲלוֹם אֲדַבֶּר בּוֹ: {ז} לֹא כֵן עַבְדִּי מֹשֶׁה בְּכָל בֵּיתִי נֶאֱמָן הוּא: {ח} פֶּה אֶל פֶּה אֲדַבֶּר בּוֹ וּמַרְאֶה וְלֹא בְחִידֹת וּתְמֻנַת יְהוָה יַבִּיט וּמַדּוּעַ לֹא יְרֵאתֶם לְדַבֵּר בְּעַבְדִּי בְמֹשֶׁה: {ט} וַיִּחַר אַף יְהוָה בָּם וַיֵּלַךְ: {י} וְהֶעָנָן סָר מֵעַל הָאֹהֶל וְהִנֵּה מִרְיָם מְצֹרַעַת כַּשָּׁלֶג וַיִּפֶן אַהֲרֹן אֶל מִרְיָם וְהִנֵּה מְצֹרָעַת:

“Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush.

Kata mereka: “Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.

Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun dan Miryam: “Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.” Maka keluarlah mereka bertiga.

Lalu turunlah TUHAN dalam tiang awan, dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam; maka tampillah mereka keduanya.

Lalu berfirmanlah Ia: “Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan, Aku berbicara dengan dia dalam mimpi.
Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku.

Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?”

Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia.

Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, maka tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju; ketika Harun berpaling kepada Miryam, maka dilihatnya, bahwa dia kena kusta!”

Bukan hanya Harun dan Miryam yang membangkang, umat Israel pun melakukan hal yang sama. Dalam Kitab Bilangan Pasal 14 dikisahkan pula bagaimana umat Israel pun melakukan pemberontakan terhadap kepemimpinan Nabi Musa. Tuhan akhirnya menegur mereka. Hingga akhir hayatnya Musa berupaya mendidik umat ke arah kualitas yang baik.

Ketika Nabi Musa wafat, umat yang terkesan dengan kepribadian dan karakter akhlak Nabi Musa sangat terguncang. Selama tiga puluh hari mereka berkabung dan menangisi jenazah Nabi Musa di Lembah Moab. Bahkan, saking cintanya kepada Nabi Musa, mereka sampai-sampai mengatakan, bahwa “tidak ada lagi nabi yang datang setelah Nabi Musa”.

{י} וְלֹא קָם נָבִיא עוֹד בְּיִשְׂרָאֵל כְּמֹשֶׁה אֲשֶׁר יְדָעוֹ יְהוָה פָּנִים אֶל פָּנִים:

“Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel.” (Ul. 34 :10)

C. Khalifah Nabi Musa: Hosea alias Yosua bin Nun

1. Pengangkatan Yosua sebagai “Khalifah”

Sepeninggal Nabi Musa, Tuhan kemudian menetapkan Hosea alias Yosua bin Nun sebagai penerus (khalifah) dari Musa. Secara aklamasi umat menerima Yosua, selain memang ada perintah Tuhan juga karena melihat sepak terjang dan akhlak Yosua. Padahal, Navi Musa juga memiliki 12 pemimpin untuk seribuan, beberapa pemimpin puak dan juga sebelas pengintai rekan Yosua lainnya.

Hal ini dimaklumi, karena Yosua telah memperlihatkan keimanan dan pengabdian yang tinggi terhadap Nabi Musa. Bahkan, Nabi Musa sendiri yang memberikan nama “Yosua” (יהושע) kepada Hosea tersebut. Dimana arti dari nama barunya adalah “Tuhan adalah Penyelamat/Juru Selamat”.

{א} וַיְהִי אַחֲרֵי מוֹת מֹשֶׁה עֶבֶד יְהוָה וַיֹּאמֶר יְהוָה אֶל יְהוֹשֻׁעַ בִּן נוּן מְשָׁרֵת מֹשֶׁה לֵאמֹר: {ב} מֹשֶׁה עַבְדִּי מֵת וְעַתָּה קוּם עֲבֹר אֶת הַיַּרְדֵּן הַזֶּה אַתָּה וְכָל הָעָם הַזֶּה אֶל הָאָרֶץ אֲשֶׁר אָנֹכִי נֹתֵן לָהֶם לִבְנֵי יִשְׂרָאֵל: {ג} כָּל מָקוֹם אֲשֶׁר תִּדְרֹךְ כַּף רַגְלְכֶם בּוֹ לָכֶם נְתַתִּיו כַּאֲשֶׁר דִּבַּרְתִּי אֶל מֹשֶׁה:

“Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:

“Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.

Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.” (Yos. 1:1-3)

2. Program Khalifah Yosua bin Nun

Melalui Yosua, janji Tuhan yang diberikan kepada Nabi Musa akhirnya sedikit demi sedikit mulai tergenapi. Kerja keras Yosua berbuah kemenangan demi kemenangan. Dengan latar belakang Kepala Tim Pengintai (Teliksandi, Kepala BIN), Yosua berhasil mengorganisir umat sehingga semua berperan sesuai bidang masing-masing. Tanah yang dijanjikan (The Promissed Land) akhirnya berhasil dimiliki.

III. KEPEMIMPINAN DALAM INJIL

A. Mengenal Injil

Kata Injil berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Eu” dan “Aggelion” () artinya Kabar Baik. Dalam bahasa Inggris kuno disebut dengan Gospel, dari Good Spell.

B. Mengenal Kepemimpinan dalam Injil

1. Yesus sebagai Pemimpin Utama

Yesus mengemukakan suatu pandangan, bahwa hanya ada satu pemimpin yaitu Mesias atau Nabi. Secara terukur dan halus, Yesus memberikan kebenaran, bahwa hanya ada satu pemimpin:

10. μηδε κληθητε καθηγηται εις γαρ υμων εστιν ο καθηγητης ο χριστος

“Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” (Mat. 23:10)

Maksudnya adalah, dalam hal Kebenaran, hanya Nabi atau Mesias yang layak dijadikan sebagai pemimpin dan panutan. Karena nabi yang menyampaikan kebenaran. Oleh sebab itu, Yesus pernah mengecam para “pemimpin buta” dimana mereka mengatakan bahwa bersumpah dengan Bait Suci itu tidak sah, sedangkan bersumpah dengan emas Bait Suci justru dianggap sah dan mengikat. (Mat. 23:16)

Ini patut dimaklumi, karena selama Yesus hidup dan melayani, semua perintah berasal dari dirinya. Murid-murid Yesus sendiri tidak memiliki kewenangan dan kuasa untuk melakukan sesuatu yang belum/tidak diperintahkan oleh Yesus. Namun, suatu saat, Yesus juga memberikan kuasa itu. Tapi ini kaitannya dengan tugas dakwah tatkala para murid dikirim Yesus, mereka dibekali dengan “perlengkapan yang memadai”.

Perlengkapan yang dimaksud, bukanlah senjata atau alat perlundungan diri melainkan kekuatan kerohanian (quwwat-e-qudsiyyah) dan ilmu keagamaan. Harus diingat, bahwa Yesus sendiri menyandarkan semuanya kepada Nabi Musa. Bahkan, Yesus dengan sangat gamblang mengatakan, bahwa ia “akan menggenapi Taurat dan Kitab Para Nabi”. Itu artinya, Yesus mewarisi spirit Musa. Tidak ada yang akan dirubah dari Hukum Taurat. Begitu juga terkait kepemimpinan.

Dalam Injil Yohanes, Yesus dengan tegas menyatakan, bahwa:

36. απεκριθη ο ιησους η βασιλεια η εμη ουκ εστιν εκ του κοσμου τουτου ει εκ του κοσμου τουτου ην η βασιλεια η εμη οι υπηρεται αν οι εμοι ηγωνιζοντο ινα μη παραδοθω τοις ιουδαιοις νυν δε η βασιλεια η εμη ουκ εστιν εντευθεν

Jawab Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yoh. 18:36)

Jadi, dengan itu jelas, bahwa Yesus bukanlah pemimpin duniawi melainkan pemimpin suatu jemaat rohani. Tujuan jemaat rohani berbeda dengan jemaat duniawi atau pokitik. Yesus membawa manusia kepada Tuhan, sedangkan jemaat politik menginginkan kekuasaan dunia, menguasai pemerintahan.

2. Syarat Seorang Pemimpin

Untuk syarat menjadi seorang pemimpin, Yesus menegaskan, bahwa seorang pemimpin adalah seorang pelayan. Bukan hanya menjadi seorang pelayan (διακονων), melainkan juga “menjadi yang paling muda”.

Dalam Injil Lukas Pasal 22 nats 26-27, Yesus berkata:

26. υμεις δε ουχ ουτως αλλ ο μειζων εν υμιν γενεσθω ως ο νεωτερος και ο ηγουμενος ως ο διακονων
27. τις γαρ μειζων ο ανακειμενος η ο διακονων ουχι ο ανακειμενος εγω δε ειμι εν μεσω υμων ως ο διακονων

“Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.

Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.” (Luk. 22:26-27)

Seorang pemimpin juga hendaknya memberikan teladan dan memperlihatkan kekuatan iman. Dalam Kitab Ibrani Pasal 13 nats 7 dikatakan:

7. μνημονευετε των ηγουμενων υμων οιτινες ελαλησαν υμιν τον λογον του θεου ων αναθεωρουντες την εκβασιν της αναστροφης μιμεισθε την πιστιν

“Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.” (Ibr. 13:7)

3. Yesus Memilih 12 Rasul

Sebelum ada penerus yang permanen, Yesus juga memilih 12 rasul untuk menjalankan berbagai keperluan terkait dakwahnya. Kedua belas rasul itu oleh Yesus diminta memberikan pekabaran.

Namun, dari kedua belas rasul itu juga ada yang kemudian berkhianat, yaitu Simon alias Yudas alias Iskariot. Posisinya kemudian diganti pada masa berikutnya.

Di antara ke-12 rasul itu adalah:

“Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.

Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya,

Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus,

Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,

melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.

Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.

Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.

Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat ….” (Mat. 10:1-10)

4. Ketidaktaatan terhadap Pemimpin

Meskipun Yesus mengajarkan ketaatan, tetap saja ada beberapa murid beliau bahkan murid utama yang di antara 12 rasul menjadi tidak taat. Sebut saja Yidas Iskariot itu. Beberapa kali Yudas membantah Yesus dan berbeda haluan dengan Yesus.

Sebagai mantan anggota Sekte Zeloti yang radikal dan menginginkan kekuasaan politik, Yudas tidak berubah. Meski telah menjadi murid Yesus –dengan ajaran Kerajaan Rohani– ternyata Yudas justru sebaliknya, tetap menginginkan Kerajaan Duniawi! Sehingga dengan lancang Yudas mengambil inisiatif sendiri dan membeli perlengkapan perang (pedang).

Setelah Yesus mengalami kesusahan yang hebat dan murid-murid awam menyangka Yesus telah tewas disalib, mereka menjadi bersedih kacau-balau. Mereka lupa bahwa sebelumnya Yesus pernah memberikan washiyat kepada Simon yang disebut Petrus. Yesus juga telah memberikan nubuatan, bahwa nanti –dimasa yang akan datang dan panjang– akan muncul “Paracletos” alias “Roh Kebenaran” alias “Roh Allah”.

Di dalam Kitab Yohanes Pasal 14 nats 26, Yesus menubuatkan:

26. ο δε παρακλητος το πνευμα το αγιον ο πεμψει ο πατηρ εν τω ονοματι μου εκεινος υμας διδαξει παντα και υπομνησει υμας παντα α ειπον υμιν

“Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh. 14:26)

26. οταν δε ελθη ο παρακλητος ον εγω πεμψω υμιν παρα του πατρος το πνευμα της αληθειας ο παρα του πατρος εκπορευεται εκεινος μαρτυρησει περι εμου

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” (Yoh. 15:26)

C. Khalifah Yesus: Simon bin Yunus alias Petrus

Simon bin Yunus (σιμων βαρ ιωνα) yang kemudian oleh Yesus diberi nama atau gelar/julukan baru sebagai Petrus (πετρος), artinya “Batu Karang”. Dengan gamblang Yesus menjelaskan maksud gelar tersebut.

Yesus mengatakan dalam Injil Matius Pasal 16 nats 17-19:

17. και αποκριθεις ο ιησους ειπεν αυτω μακαριος ει σιμων βαρ ιωνα οτι σαρξ και αιμα ουκ απεκαλυψεν σοι αλλ ο πατηρ μου ο εν τοις ουρανοις
18. καγω δε σοι λεγω οτι συ ει πετρος και επι ταυτη τη πετρα οικοδομησω μου την εκκλησιαν και πυλαι αδου ου κατισχυσουσιν αυτης
19. και δωσω σοι τας κλεις της βασιλειας των ουρανων και ο εαν δησης επι της γης εσται δεδεμενον εν τοις ουρανοις και ο εαν λυσης επι της γης εσται λελυμενον εν τοις ουρανοι

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.

“Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.

Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

IV. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah:

1. Kepemimpinan menurut Taurat, diawali dengan munculnya seorang Nabi (Musa as) dan setelah wafat dilanjutkan dengan kepemimpinan seorang “Khalifah” yang ditunjuk atau mendapat wahyu dari Tuhan (Hosea atau Yosua bin Nun).

2. Kepemimpinan menurut Injil, juga diawali dengan seorang Nabi (Isa as/Yesus) dan setelah wafat dilanjutkan dengan kepemimpinan seorang “Khalifah” yang juga sudah ditetapkan oleh Tuhan (Simon alias Petrus).

3. Meskipun Nabi yang wafat tersebut dianggap sebagai “Nabi Terakhir” (The Last Prophet), namun demikian Nabi baru atau Pemimpin baru senantiasa terus bermunculan. Memang, dalam waktu dekat dari kewafatan Nabi itu, nabi lain tidak muncul karena ada penerus Nabi itu yaitu (para) “Khalifah”.

4. Dalam tradisi Yahudi dan Kristen, Kepemimpinan selalu berjumlah 12 (dua belas) atau bilangan lain khas Yahudi seperti 7, 70, 4, 40 dan lainnya. Biasanya berdasarkan jumlah suku atau bani.

—o0o—

MARAJI’:
1. Diaglot (Ibrani-Indonesia) terbitan LAI Jakarta, 2002.
2. Biblia Hebraica Stutgartensia (BHS) terbitan Jerman, 1986.
3. Kamus Bahasa Ibrani Ehud-Yehuda.
4. Kamus Bahasa Yunani-Indonesia.
5. Referensi lain yang terkait.

Kontributor: Rakeeman R.A.M. Jumaan

Penulis adalah Mubalig Lokal Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang kini diberikan amanat mengampu mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama (Muwazinah Mazahib) di Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) Bogor, sejak 2005-sekarang.

[Makalah ini akan disampaikan pada Forum Diskusi  “Kepemimpinan dan Pluralisme Dalam Agama” di Masjid Al-Fadhl, Jl. Perintis Kemerdekaan 34-B Bogor, Ahad (17 =18-peny/6) pkl. 16.00-17.30 WIB]

No Responses

Tinggalkan Balasan