Indonesia dan Katolisasi di Indonesia | Merawat Persaudaraan Antar Iman dan Menghilangkan Syak Wasangka

Indonesia dan Katolisasi di Indonesia | Merawat Persaudaraan Antar Iman dan Menghilangkan Syak Wasangka

Omnia vincit amor (Cinta mengalahkan segalanya)

Perjumpaan antara Ahmadiyah dengan Katolik di Indonesia tercatat setidaknya sejak 2003 di Semarang (Jawa Tengah). Jemaat Ahmadiyah Semarang dilibatkan dalam pameran di Gereja Katolik Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Semarang atau biasa disingkat sebagai Gereja SPMRRS. Gereja ini berdekatan dengan Gedung Lawang Sewu di Jalan Pandanaran.

Dalam kesempatan itu, Ahmadiyah Semarang menampilkan pameran terjemah Al-Qur’an dalam berbagai bahasa. Kegiatan ini sangat menarik perhatian pengunjung saat itu. Bahkan salah seorang penjaga stand pameran Ahmadiyah, yaitu Mubalig Ahmadiyah Salatiga, sempat diwawancara oleh TVRI Semarang dan ditayangkan beberapa hari kemudian.

Bahkan sejak tahun 2000-an atau sebelumnya mahasiswa Jamiah Ahmadiyah Indonesia (JAMAI) Bogor biasa melakukan kunjungan akademik ke Gereja Katedral Jakarta atau bernama resmi Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga (Belanda: De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming; bahasa Inggris: The Church of Our Lady of the Assumption).

Selain untuk melihat-lihat bangunan Katedral yang dibangun pada 1901 itu juga memahami ajarannya. Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta.

Yang biasa mengunjungi Gereja Katedral Jakarta adalah Sdr. Rakeeman R.A.M. Jumaan, saat masih sebagai mahasiswa hingga kemudian menjadi dosen. Kunjungan akademik itu berlanjut hingga tahun 2010 dan hingga kini tetap berlangsung. Mubalig Ahmadiyah yang pernah ditugaskan di Salatiga (2003-2005) dan menjadi penjaga stand pameran Al-Qur’an di Katedral SPMRRS Randusari itu tetap memelihara hubungan dengan Gereja Katedral Jakarta.

Bahkan, sejak tahun 2000-an itu juga, Sdr. Rakeeman R.A.M. Jumaan telah menjalin hubungan dengan Gereja Katedral Bogor atau dengan nama resmi Gereja Beatae Mariae Virginis (BMV). Gereja Katedral ini beralamat di Jalan Kapten Muslihat Nomor 22, Bogor. Awalnya merupakan sebuah gereja Paroki Bogor yang termasuk dalam wilayah Prefektur Apostolik Sukabumi.

Beatam me dicent omnes generationes (Semua generasi akan menyebut saya diberkati)

Ada yang menarik dari Gereja Katedral Jakarta. Pada salah satu pintunya ada tertulis: Beatam me dicent omnes generations. Ini adalah ungkapan Alkitabiah, yang artinya “semua generasi akan menyebut saya diberkati”. Ungkapan ini saat ini lebih bermakna lagi dengan keberadaan dua ikon Nasionalisme yang ada di Gereja Katedral Jakarta.

Ikon Burung Garuda raksasa yang terletak di samping Gereja Katedral Jakarta dan patung Bunda Maria Segala Suku Bangsa yang ada di gedung Museum di sebelah gedung Gereja Katedral Jakarta. Kedua ikon ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan. Maka, akan menjadi tepat bila Gereja Katedral ini pun bisa disebut Gereja Nusantara.

Berkat lain lagi adalah, salah satu ruangan di lokasi ini pernah dijadikan sebagai tempat pertemuan para pemuda-pemudi dari berbagai daerah tahun 1928 yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Saat itu, di lokasi ini telah menghilangkan sekat-sekat pribadi dan kelompok dan menyatu dalam persatuan dan kesatuan untuk Ad Majorem Dei Gloriam (Untuk Keagungan Allah Yang Lebih Besar).

Docendo discimus (Kita belajar dengan mengajar)

Mubalig Ahmadiyah juga pernah diminta untuk mengajar mata kuliah Islamologi terutama Sekte Ahmadiyah di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Drijarkara, Jakarta. Adalah Romo Prof. Dr. B.S. Mardiatmadja, S.J. yang meminta Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan untuk memaparkan selayang pandang mengenai Ahmadiyah: Internasional, Nasional dan Lokal.

Mata kuliah yang diampu oleh teolog Yesuit alumnus Innsbruck Austria tersebut diikuti oleh para calon pastur dan suster dan Wakil Rektor Bidang Akademik Romo Dr. Vitus Rubianto Solichin, S.X. (kini Uskup Padang). Mgr. Dr. Vitus Rubianto Solichin, S.X. (lahir 15 November 1968) adalah Uskup Padang yang ditunjuk pada 3 Juli 2021. Ia merupakan Uskup Padang yang ketiga, melanjutkan kepemimpinan Mgr. Martinus Dogma Situmorang, O.F.M. Cap.

Melalui kegiatan belajar-mengajar tersebut, Mubalig Ahmadiyah terus bisa belajar sambil mengajar. Ini sesuai dengan pepatah yang terkenal: _Gutta cavat lapidem non vi, sed saepe cadendo; sic homo fit sapiens bis non, sed saepe legendo_ (Batu berlubang bukan karena kekuatan yang dashyat tapi akibat tetesan air yang berulangkali; Begitu pula manusia menjadi bijak bukan karena satu dua kali tapi karena kerapkali membaca).

Vera amicitia est inter bono (Persahabatan sejati hanya terjadi di antara orang-orang yang tulus)

Persahabatan yang tulus adalah sebuah persahabatan yang dilandasi oleh sikap saling terbuka, memahami satu sama lain. Oleh sebab itu, Jemaat Ahmadiyah selalu terbuka dan mau menjalin persahabatan dengan siapapun. Persahabatan tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).

Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila anggota Ahmadiyah –yaitu Ahmadi– selalu menjalin persahabatan (rabtah) dengan pihak manapun, tak terkecuali dengan pihak Gereja Katolik. Kunjungan persahabatan, kerjasama antar mahasiswa dan bantuan sosial dan kebersihan lingkungan kerap dilakukan secara bersama.

Tercatat, dalam kurun waktu hampir dua puluh tahun ini, telah terjadi perjumpaan antara Ahmadiyah dan Katolik di berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, di Kuningan dan Bogor (Jawa Barat), di Bandung (Jawa Barat), di Medan (Sumatera Utara), di Yogyakarta, di Semarang (Jawa Tengah), di Makassar (Sulawesi Selatan), di Ambon (Maluku), di Manokwari (Papua Barat) dan lokasi lainnya.

Ex oriente lux (Cahaya datang dari Timur)

Ketika terjadi bom bunuh diri oleh oknum teroris Ibrahim bin Andra di Gereja Katedral Hati Yesus Mahakudus Jl. Kajaolalido 14, Baru, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar pada Minggu, 28 Maret 2021, Mubalig Ahmadiyah Daerah Papua Barat Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan segera menyampaikan ucapan turut simpati terhadap puluhan korban yang luka-luka.

Yohana Lobo dari Keuskulan Agung Makassar pun dengan cepat membalas ucapan tersebut. Orang muda Katolik (OMK) yang biasa aktif berkegiatan lintas iman termasuk dengan perwakilan Ahmadiyah Makassar, Arimansyah itupun menyampaikan terimakasih. Menurutnya, ucapan semacam ini di saat itu sangat membantu meningkatkan kekuatan untuk menghadapi masalah ini.

Memang, empati adalah obat mujarab untuk mengobati perasaan tertekan dan kedukaan. Saat kewafatan Pater Anton Bartolomeus Maria Tromp, O.S.A. dari Ordo Santo Agustinus Manokwari, Papua Barat, 8 Mei 2023, Ahmadiyah Papua Barat juga menyampaikan ucapan selamat berduka cita atas kewafatan Pater Tromp yang telah 50 tahun melayani di Tanah Papua tersebut. Bahkan, Mubalig Daerah Papua Barat (2020-2023) Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan secara khusus membuat tulisan memoar terkait sosok Pater yang ramah tersebut.

Putra asli Tanah Papua asal Kabupaten Tambrauw, Pater Dr. Bernard Bovit Wos Baru, O.S.A. yang kini menjadi Rektor Sekolah Tinggi Teologi (STT) Fajar Timur Jayapura, Papua juga menjadi teman dekat dari Mubalig Ahmadiyah Daerah Papua Barat tersebut. Pater Wos Baru ibarat “ex oriente lux” alias Cahaya yang datang dari Timur!

Miserando atque eligendo! (Tuhan telah mengasihi aku dan akhirnya memilih aku!)

Jemaat Ahmadiyah Indonesia menyambut kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia dengan penuh suka cita dan tangan terbuka. Seorang Paus ke-266 non-Eropa pertama dan berasal dari Belahan Bumi Selatan sejak Paus Gregorius III dari Suriah wafat pada 741 Masehi.

Dengan pengalaman sebelumnya sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan lalu berlatih ilmu kimia dan bekerja di laboratorium pangan, Paus Fransiskus telah memperlihatkan sebagai pribadi yang ramah dan rendah hati. Dengan kerendahan hati itulah, Tuhan kemudian telah memilih pemilik nama lahir Jorge Mario Bergoglio sebagai Paus yang memiliki semboyan “Miserando atque eligendo!” [RAM]

Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Studi Agama-Agama & Bahasa Farsi
Naib Principal (Wakil Rektor) Bidang Akademik
Jamiah Ahmadiyah Internasional Indonesia
Bogor, Jawa Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan