“Dr. Theo Litaay ada minta Kaka punya nomor. Saya sudah kirim. [Dia adalah] Staf Ahli Presiden.”
KOMUNIKASI DENGAN BIRO ADMINISTRASI PEMPROV PAPUA BARAT
SEJAK tiba di Manokwari pada awal Agustus 2020 lalu, Penulis pun mencoba berkiprah melalui berbagai bidang yang menjadi spesialisasi. Tujuannya agar dalam waktu cepat bisa berinteraksi dan memiliki sahabat dan kolega dari berbagai kalangan. Kiprah ini bukanlah kiprah dadakan. Minimal, sejak masih di Ambon, sudah mengenal teman-teman yang ada di Papua Barat.
Safei Ricardo Desima, S.Pd., salah satunya. Guru SMP Negeri Satu Atap di Kampung Acemo, Distrik Tanah Rubuh yang juga penggiat literasi Manokwari itu sudah dikenal sejak masih di Ambon. Begitu juga Ali Sunarko, M.Pd., pendiri Yayasan Armada Literasi Indonesia Sumbangan Untuk Negeri alias ALI SUN –yang merupakan akronim namanya– itu telah sejak lama dikenal oleh Penulis.
Melalui kedua penggiat literasi Kabupaten Manokwari itulah, dalam waktu tidak beberapa lama, Penulis pun dapat mengenal banyak orang lainnya. Apalagi setelah Penulis dimasukkan ke dalam Group WA Komunitas Manokwari Suka Membaca (KSM) dan Group Literasi Papua Barat. Maka dalam waktu sebentar saja, nomor ratusan penggiat literasi Provinsi Papua Barat pun dapat disimpan dalam gawai.
Dalam bulan-bulan pertama berada di Manokwari, Penulis pun beberapa kali sowan dan mengunjungi rumah baca. Itu dilakukan agar hubungan menjadi semakin erat dan personal. Rumah Baca “Aku Cinta Baca” di SP 7 alias Masni pun dikunjungi. Beberapa pertemuan terkait kegiatan literasi di Manokwari pun akhirnya digelar. Di antaranya, di SMP Negeri 2 Manokwari. Kebetulan, Kepala Sekolah Margrit Pondajar, M.Pd. juga adalah seorang penggiat literasi.
SERING MENGIRIM TULISAN BERTEMA SEJARAH DAN ETNOGRAFI
Selama di Papua Barat, Penulis rutin membuat tulisan terkait Sejarah, Etnografi, Antropologi dan Sosial-Kemasyarakatan. Tulisan tersebut dipublikasikan secara langsung via WA atau melalui media daring yang ada di Papua Barat. Tujuannya, adalah agar nama Penulis semakin dikenal sebagai pintu masuk rabtah di kalangan aparat dan pejabat.
Penulis pun mulai fokus dalam beberapa bidang kajian langka di Papua Barat (kini telah dimekarkan menjadi dua provinsi: Papua Barat dan Papua Barat Daya). Sejarah Perang Dunia Kedua alias Perang Pasifik di Tanah Papua, menjadi kajian khusus penulis. Aneka aspek peperangan pun diulik: mulai dari akomodasi minyak untuk perang, tanaman komoditi perang, landasan pacu pesawat perang hingga kekuatan personel dan senjata.
Sedangkan mengenai Etnografi, beberapa tulisan pun dibuat berdasarkan hasil kunjungan ke beberapa lokasi. Prinsipnya, sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Artinya, kegiatan pemetaan untuk target pengembangan Jemaat berjalan, begitu juga kajian mengenai sosial dan kemasyarakatan pun bisa dilakukan. Intinya, masyarakat dapat mengambil manfaat dari tulisan tersebut.
Setelah hampir tiga tahun memfokuskan diri dalam kajian langka tersebut di Papua Barat, secara bertahap Penulis mulai dikenal sebagai pakar Sejarah dan Etnografer Papua. Beberapa kali Penulis dijadikan sebagai narasumber dan rujukan oleh beberapa pihak. Mereka mengakui, kemampuan Penulis dalam dua bidang tersebut tergolong langka. Tidak banyak orang yang menguasai keilmuan khusus di Tanah Papua itu.
Hal itu terbukti dari berbagai kesan dan testimoni yang disampaikan oleh orang-orang asli Papua sendiri saat Penulis menyampaikan materi Sejarah dan Etnografi. Dalam ungkapan sederhana mereka, dikatakan bahwa
“Meski Abang bukan orang Papua dan baru sebentar tinggal disini, tetapi Abang sudah seperti orang asli Papua dan seolah telah tinggal disini selama 20 tahun lamanya. Wawasan Abang multi disiplin ilmu.”
STAF AHLI UTAMA KANTOR PRESIDEN MENGHUBUNGI: TEROBOSAN!
Karena faktor itulah, secara mendadak, Staf Ahli Kantor Presiden Bidang Otonomi Khusus (Otsus) Papua pun akhirnya menghubungi Penulis. Dr. Theofransus Litaay, yang sangat dikenal oleh kalangan pejabat di Papua Barat, tiba-tiba mengirimkan pesan WhatsApp (WA).
“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh, Pak Ustad. Beta Theo Litaay ini. Tulisan-tulisan bagus sekali. (Suatu) terobosan!”
Lelaki kelahiran Negeri Adat Ullath di Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah (Maluku) itu sangat terkesan dengan tulisan-tulisan yang dibuat oleh Penulis dalam berbagai bidang. Selain tulisan mengenai Sejarah Kepolisian Belanda di Papua yang menarik perhatiannya, lelaki kelahiran Maluku itu juga kagum akan tulisan bertema Sejarah Keagamaan di Tanah Papua yang disusun Penulis. “Luar biasa!”
Dosen sekaligus abdi negara (ASN) yang menjabat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian V Kantor Staf Presiden Republik Indonesia ini memiliki latar belakang pendidikan bergelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Master of Law dari Vrije Universiteit Amsterdam (Belanda) dan Ph.D dari Charles Darwin University (Australia).
Pendidikan lain yang ia tempuh adalah Sertifikasi mediator: Arizona State University (Amerika Serikat), United Board Fellow: Ateneo de Manila University (Filipina) dan Valparaiso University (Amerika Serikat). Sedangkan jabatan fungsionaris yang saat ini dimiliki adalah Asisten Ahli.
Karena Penulis juga akan ditugaskan di Jawa lagi, maka Staf Ahli Utama Kantor Staf Presiden Bidang Otonomi Khusus Papua itu sangat gembira. Dia menyatakan kesiapannya untuk berjumpa dan berdiskusi mengenai banyak hal terkait Tanah Papua. Dengan satu kata tegas, Theo menyampaikan kesediaannya:
“Siap!”_🙏🏻🇲🇨🙏🏻🇲🇨🙏🏻
Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi
Jamiah Ahmadiyah Internasional Indonesia
Bogor, Jawa Barat
Related Posts
Mahasiswa Jamiah Ahmadiyah Indonesia Adakan Kunjungan Akademik Mengenal Kristologi
Ahmadiyah Turut Serta dalam Festival Toleransi 2024
Jemaat Ahmadiyah Indonesia Adakan Acara Saresehan Wawasan Kebangsaan
Pasir Luhur Alias Baturraden | Lokasi Perjuangan Putra Prabu Siliwangi dalam Mencari Calon Permaisuri
MKAI Jabar 2 Meraih Piala Bergilir di Ijtima ASEAN 2024
No Responses