Masroor Library – Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam “Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa:
“Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.”
Demikian pula Allah telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67).
Seperti itu pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.
Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:
Pertama:
Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi nabi:
“Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5).
Lalu Taurat mengatakan:
“Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23).
Almasih jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi menganggapnya pendusta (naudzubillah). Kalau, umpamanya, kita katakan orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu salib (naudzubillah). Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah kematian Almasih di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk.
Dikatakan:
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3;13).
Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan Almasih tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan dusta dan mengada-ada.
Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi. Akan tetapi, Almasih itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas kayu salib itu hanya hikayat belaka.
Kedua:
Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan.
Almasih mengatakan:
“Di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6).
Keterangan Almasih ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa, kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.
Ketiga:
Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan menjadi sia-sia.
Memang benar Yesus tidak mati di atas kayu salib dan dakwah anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya.
Allah sendiri menyatakan:
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran” (Hosea 6:6).
Dan:
“Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa (Matius 9:13).”
Jelas Allah mengkehendaki kasih sayang, bukan kurban, untuk memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.
Keempat:
Dalam Injil Matius dikatakan:
“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:39,40).
Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu” (Yunus 1:17 dan 2:1).
Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya mukjizatnya menjadi sia-sia.
Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen: Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuatan Almasih akan genap dan akan terbukti pula mukjizatnya.
Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Almasih sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.
Kelima:
Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat orang-orang Yahudi, menurut Lukas:
“Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” (Lukas 22:41-43).
Almasih mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut. Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
Keenam:
Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:
“Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut, dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).
Ini adalah nubuatan dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya. Nubuatan ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:
“Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek” (Amsal 10:27).
Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu:
“Tuhanku, mengapa Kau tinggalkan daku.”
Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia diturunkan.
Ketujuh:
Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut.
Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil. Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu dia memberitahukan kepada suaminya:
“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).
Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Almasih diselamatkan dari maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.
Kedelapan:
Injil Matius menerangkan bahwa Almasih itu gembala Bani Irael.
“Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).
Almasih juga mengatakan:
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 15;24).
Ketika Almasih datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”. Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:
“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).
Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia (naudzubillah).
Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di mana-mana.
Kesembilan:
Almasih, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:
“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius 23:55).
Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi, dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya diutamakannya.
Kesepuluh:
Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan adalah kata-kata Almasih tentang penderitaan-penderitaannya. Sebelum kejadian itu terjadi dia mengatakan:
- “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).
- ” Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas 17:24,25).
- “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).
Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).
Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan.
Adapun kata mati yang tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut juga sebagai maut.
Paulus mengatakan: “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31). [sumber Debat Kairo – goes]
No Responses