Pertolongan Tuhan Turun Kepada Hambanya yang Berjuang Dalam Pengkhidmatan Agamanya

Pertolongan Tuhan Turun Kepada Hambanya yang Berjuang Dalam Pengkhidmatan Agamanya
"Allah Sendiri yang akan menolongmu. Beberapa orang laki-laki akan menolongmu dengan arahan dari langit. Tak ada perubahan dalam perkataan Allah." (Wahyu yang diterima Hadhrat Masih Mau'ud a.s., 30 Juli 1893)

Pertolongan Tuhan dalam Sejarah

SEJARAH agama-agama menjadi saksi, bahwa pertolongan Tuhan (Nushrat-e-Ilahi) selalu turun kepada hamba-hamba yang dikasihi-Nya. Pertolongan itu turun dalam corak tertentu dan dengan cara yang tidak disangka-sangka. Terkadang melalui kondisi khusus, kali lain melalui wasilah. Semuanya dalam bentuk yang benar-benar khas.

Pertolongan Tuhan kepada para Nabi yang dikasihi-Nya tercatat dalam Kitab Suci. Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s. dan Nabi Muhammad s.a.w. merupakan contoh para Nabi yang telah mendapat Nushrat-e-Ilahi. Dengan corak yang berbeda, ketiganya menjadi saksi akan wujud Tuhan yang telah menolong mereka.

Pertolongan Tuhan kepada orang suci yang dikasihi-Nya juga tercatat dalam riwayat yang masyhur dan muktabar. Intinya, mereka yang berjuang di jalan Allah (fi sabilillah), akan mendapat pertolongan Tuhan dari arah yang tidak disangka-sangka. Tetapi, pertolongan itu begitu nyata dan faktual meskipun logika kita terkadang mengingkarinya.

Begitu juga dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Jemaat di Daerah Papua Barat, mulai dari Tablig Tol Laut atau Muhibah Bahari hingga Ijtima Perdana MKAI & MAAI Daerah Papua Barat serta kegiatan sesudahnya. Pertolongan Tuhan selalu tercurah untuk orang-orang yang sedang berjuang di jalannya.

Pertolongan Pertama: Tidak Tertinggal Kapal Laut

Dalam Program Tablig Tol Laut atau Muhibah Bahari yang dilakukan oleh Daerah Papua Barat, 22-26 Mei 2022, jadwal kapal laut selalu berubah dan mengalami keterlambatan. Ketika tiba di Pelabuhan Kota Sorong, KM Gunung Dempo telah terlambat sekitar 12 jam dari jadwal sandar. Begitu pula saat tiba di Pelabuhan Manokwari, terlambat lagi hingga 10 jam lamanya.

Keterlambatan ini bukanlah hal yang biasa meskipun bagi yang selalu menggunakan jasa tol laut. Apalagi, bagi mereka yang baru pertama kali menggunakan jasa kapal laut, keterlambatan jadwal ini menyebabkan semacam kepanikan tertentu. Bukan hanya karena banyak waktu yang terbuang, tetapi agenda juga akan semakin panjang waktunya.

Saat sandar di Pelabuhan Manokwari, rombongan menunggu salah seorang Mubalig yang masih belum naik ke kapal karena baru memimpin khotbah Jumat dan santap siang. Sudah dua kali kapal membunyikan (storm) peluitnya, pertama tidak akan lama lagi melanjutkan perjalanan ke pelabuhan berikutnya.

Saat kapal sudah bergerak meninggalkan Pelabuhan Manokwari, ternyata Mubalig tersebut sudah ada di atas kapal. Menurutnya, sepuluh menit sebelum kapal itu melepas sauh, dia sudah naik ke atas kapal. Padahal, perhitungan matematis, akan tertinggal oleh kapal tersebut. Ternyata, kapal itu masih mengulur waktu sebelum melanjutkan perjalanan. Telat sedikit saja, tiket akan hangus!

Pertolongan Kedua: Lolos dari Upaya Pencopetan di atas Kapal Laut

Saat meninggalkan Jayapura dengan KM Ciremai, Selasa (24/5) malam, kejadian naas juga hampir menimpa Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal Teluk Arguni, Kaimana. Karena agak terburu-buru mencari nomor ranjang, akibatnya tidak memperhatikan keamanan sekitar. Ternyata ada segerombolan copet yang sedang mengintai.

Ketika melewati lorong ke arah kamar penumpang, beberapa orang membuat kemacetan di jalan yang dilalui. Lorong yang sempit, dijadikan sebagai lokasi untuk upaya pencopetan. Pelakunya ada tiga orang, yang berbagi peran. Ada yang memposisikan di depan, di samping dan juga di belakang. Mubalig Daerah Papua Barat seolah terjepit di antara mereka.

Selama beberapa detik kondisi itu berlangsung. Tetapi untungnya, ada seorang ibu-ibu yang ingin keluar dari dalam ruangan kamar itu dan berjalan ke arah pintu. Akhirnya skenario mereka gagal. Terpaksa mereka bertiga bubar dan langsung keluar lorong. Mubalig Lokal Kota Sorong yang curiga kemudian memberitahu. Saat memeriksa tas pinggang, ternyata sudah terbuka di dua tempat.

Saat diperiksa, ternyata barang-barang masih utuh. Kemungkinan karena posisi tas selempang itu berada di dalam semi jas Mubalig Daerah Papua Barat, maka posisinya agak aman. Agak sulit untuk mengambil barang di dalamnya, apalagi dari samping kanan. Pasti akan terasa bila ada pergerakan benda yang keluar dari dalam tas itu.

Peristiwa ini ternyata bukan hanya dialami oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Mubalig Lokal Teluk Arguni, Kaimana Mln. Hamidin juga menceritakan hal yang hampir sama. Syukurnya, tidak ada barang yang hilang meski tas selempang sudah terbuka. Ini menjadi peringatan bagi penumpang kapal. Sebab kejadian seperti ini sering terjadi dan menimpa banyak orang. Pihak informasi kapal juga selalu menghimbau agar berhati-hati dengan pencopetan dan pencurian.

Pertolongan Ketiga: Terjebak Bentrok Antar Kampung Warkapi dan Kampung Wasuami

Beberapa pepatah menyatakan, bahwa waktu adalah uang (time is money) atau waktu adalah pedang (al-waqtu ka al-saif). Bila ingin mengetahui berharganya waktu, maka keterlambatan adalah contohnya. Tertinggal kendaraan darat, kemungkinan masih bisa dikejar. Ketinggalan kereta api, sebuah kemalangan. Dan, tertinggal pesawat adalah suatu musibah.

Semakin sedikit waktu tertinggal maka akan semakin menyesakkan dada. Bila tertinggal dalam hitungan jam, masih bisa dimaklumi. Bila tertinggal dalam hitungan setengah jam, mungkin kesalahan pribadi. Tetapi tertinggal dalam menit terakhir, itu merupakan suatu musibah berlipat ganda. Tertinggal satu menit saja oleh pesawat, maka itu akan menjadi penyesalan berkepanjangan.

No Responses

Tinggalkan Balasan