Mendalami Kristologi dari Otodidak, Kursus hingga Kuliah di Dalam dan Luar Negeri

Mendalami Kristologi dari Otodidak, Kursus hingga Kuliah di Dalam dan Luar Negeri

“Selama tiga puluh tahun mendalami Kristologi, Penulis sudah meng-khatam-kan membaca Alkitab sebanyak lebih dari lima kali. Alkitab terjemahan bahasa Indonesia dari berbagai denominasi –Protestan, Katolik, Saksi-Saksi Yehuwa– pun telah dilahap berkali-kali. Begitu juga yang dalam bahasa Ibrani, Arab, Urdu, Inggris dan bahasa daerah di Indonesia: Jawa, Sunda, Batak dan bahasa daerah lainnya. Bahkan, Penulis memiliki koleksi Alkitab yang telah berusia ratusan tahun juga buku Kristologi karya Mujadid Islam Imam Abu Muhammad Al-Ghazaly dalam bahasa Arab dari awal abad XII.”

AWAL MULA MENGENAL ALKITAB

Sejak 1989, untuk pertama kalinya, Penulis memegang dan membaca Alkitab (Perjanjian Baru dan Lama). Alkitab itu dan buku dalam bahasa Sunda mengenai Kekristenan mulai Penulis baca dengan perasaan tak menentu dan gelisah. Sebab, itu adalah pengalaman pertama membaca kitab suci agama lain. Sebagai pemuda yang dibesarkan dalam lingkungan keagamaan tradisional, saat itu jangankan membacanya, memegangnya saja dianggap “haram”.

Meski demikian, dari waktu ke waktu, Penulis semakin terbenam asik salam membaca Alkitab tersebut. Bahkan, saat SMP, Penulis pun mulai berani berkunjung ke gereja yang persis berada di depan SMP Negeri 1 Gabuswetan. Ya, Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI) dengan pendeta Leo Benny Polii. Kebetulan, Pdt. Leo yang asal Manado memiliki putri yang merupakan adik kelas di SMP.

Selama tiga tahun belajar di SMP Negeri 1 Gabuswetan, Penulis akhirnya terbiasa berdiskusi dengan Pdt. Leo Benny Polii dan juga kakaknya yang menjadi pendeta di gereja dengan denominasi yang sama di Kec. Kandanghaur. Secara bertahap, wawasan Kristologi Penulis pun mulai meningkat. Namun hingga saat itu belum mendalami secara terarah.

ISLAM DIRENDAHKAN OLEH TEMAN SEKELAS ANAK PENDETA JATIBARANG

Pengalaman yang menjadi titik balik Penulis mulai serius dan fokus mendalami Kristologi adalah ketika agama Islam diserang secara sepihak oleh teman sekelas saat di SMA Negeri 1 Indramayu. Agus Susanto, anak pendeta asal Jatibarang itu, dengan bahasa yang kasar mulai merendahkan Islam.

Sejak saat itu, Penulis mulai berfikir untuk menjawab tuduhan tersebut. Namun, Penulis belum memiliki kemampuan yang memadai untuk menjawab apalagi menangkis tuduhan kotor tersebut. Hingga pada suatu saat sepulang dari sekolah, Penulis tidak sengaja ingin membeli buku-buku agama di salah satu toko buku Islam di Stasiun Jatibarang.

Toko Buku “Star” di kawasan Stasiun Jatibarang sangat dikenal karena saat itu seolah satu-satunya yang menyediakan buku-buku Keislaman. Karena buku yang dicari tidak ada, Penulis akhirnya berjalan ke arah pasar dimana terdapat pedagang buku lesehan (lapak). Saat melihat-lihat, ada sebuah buku yang menarik perhatian.

Buku berjudul “Apakah Bibel itu Firman Tuhan?” terbitan Pustaka Da’i Surabaya itu berbentuk kecil saja. Isinya merupakan terjemahan dari buku kecil yang diterbitkan oleh organisasi dakwah di Afrika Selatan, yaitu Islamic Propagation Centre International (IPCI) Durban. Dr. Ahmed Hussein Deedat merupakan ketua organisasi dakwah ini.

Segera saja buku kecil dan ringkas itu Penulis beli dan menjadi bacaan favorit. Penulis membacanya berulang-ulang dengan mencocokkan dalil-dalil (nats-nats) Alkitab yang telah dimiliki dari Pdt. Leo Benny Polii. Penulis menjadi percaya diri, inilah buku yang selama ini dicari. Buku ini dapat dipakai untuk menjawab tuduhan Agus Susanto itu dan menyerang balik Kekristenan.

KORESPONDENSI DENGAN ISLAMIC PROPAGATIOAN CENTRE INTERNATIONAL (IPCI) DURBAN, AFRIKA SELATAN

Berbekal alamat yang terdapat dalam catatan kaki terjemahan buku itu, Penulis pun berkirim surat kepada Dr. Ahmed Deedat di Afrika Selatan menggunakan bahasa Inggris. Surat balasan dari IPCI Durban, Afrika Selatan diterima enam bulan kemudian. Tidak lupa, Dr. Ahmed Deedat mengirimkan pula beberapa buku kecil atau brosur mengenai Kristologi.

Di antara buku-buku tersebut adalah: “Is The Bible God’s Word?”, Is Jesus A Prophet or God?”, “The Sign of Jonah?”, “Was Jesus Crucify or Not?”, “Muhammad (pbuh) in the Bible” dan beberapa brosur/famplet lainnya. Buku-buku kecil ini ternyata kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar dalam The Choice.

Karena memiliki buku-buku asli yang dikirim langsung dari Dr. Ahmed Deedat, maka Penulis pun kemudian segera dikenal sebagai “murid” Dr. Ahmed Deedat di Indonesia. Beberapa Kristolog Indonesia, semisal Drs. Mohammad Yamin Damopoli, Mundzir Situmorang atau Masyhud S.M. pun menghubungi Penulis. Bahkan, Kristolog Senior Indonesia, KH Abdullah Wasi’an juga ingin berjumpa dengan Penulis.

BERKENALAN DENGAN KRISTOLOG SENIOR INDONESIA KH ABDULLAH WASI’AN

Segera saja nama Penulis kemudian dikenal oleh kalangan Kristolog Indonesia. Drs. Syihabuddin Ahmad, M.H. atau dikenal sebagai Abu Deedat bahkan sengaja bertemu dengan Penulis. Begitu juga Muhammad Ali dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya bertemu dengan Penulis. Ternyata, KH Abdullah Wasi’an telah menceritakan kepada mereka mengenai Penulis.

Beberapa kali KH Abdullah Wasi’an mengundang Penulis dalam acara Pembekalan Kristologi yang diadakan di Cimanggis (Depok) dan Bekasi. Tampaknya, KH Abdullah Wasi’an mengharapkan agar Penulis dapat muncul sebagai Kristolog Nasional menggantikan posisi beliau.

Namun, harapan beliau ternyata berubah setelah Penulis berkenalan dengan Ahmadiyah pada 1996-1997 itu. Ketika Penulis menyampaikan bahwa Penulis mulai membaca buku-buku Kristologi terbitan Jemaat Ahmadiyah, KH Abdullah Wasi’an pun mewanti-wanti agar Penulis menjauhi Ahmadiyah. “Nanti akan terkena sihir oleh orang-orang Ahmadiyah,” cegahnya.

MENGKRITISI BUKU “TIGA MASALAH PENTING” DAN MULAI BERUBAH PEMAHAMAN

Setelah mengenal Ahmadiyah dan memperoleh buku “Tiga Masalah Penting”, Penulis pun berkorespondensi dengan Mln. Mahmud Ahmad Cheema, H.A., Sy. Penulis mengajukan kritikan atas buku tulisan beliau itu. Kritik itu ditujukan secara berurutan untuk nomor satu hingga nomor tiga.

Mln. Cheema pun menjawab surat kritikan dari Penulis dengan tulisan tangan beliau. Menggunakan dalil-dalil logis dari Al-Qur’an, menjadikan pemahaman Penulis mulai terbuka. Sehingga Penulis pun kemudian mengakui kebenaran argumentasi Mln. Cheema.

Ketika hal ini disampaikan kepada KH Abdullah Wasi’an, Kristologi Nasional itu tetap meminta Penulis menjauhi Ahmadiyah. “Sebelum terlambat, sebaiknya putuskan semua hubungan dengan Ahmadiyah. Kita berkeyakinan bahwa Nabi Isa masih hidup di langit dan akan turun lagi ke bumi. Jadi bukan Mirza Ghulam Ahmad itu!”

No Responses

Tinggalkan Balasan