Pengumuman Hadhrat Muslih Mau’ud

Pengumuman Hadhrat Muslih Mau’ud

Masroor Library – Hoshiarpur merupakan kota kecil yang berada beberapa mil di timur Qadian tempat Hadhrat Masih Mau’udAS pergi ke sana pada 1886 dan berdo’a selama 40 hari memohon TANDA yang mendukung Islam. ALLAH mengabulkan do’a-do’a beliau dan memberikan tanda kepada beliau mengenai seorang putra istimewa, yang termasyhur dalam sejarah Ahmadiyah sebagai MUSHLIH MAU’UD.

Putra ini terlahir untuk Hadhrat Masih Mau’udAS pada 12 Januari 1889 di Qadian dan dinamakan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad.

Hal itu diyakini oleh para anggota Jama’at Ahmadiyah bahwa putra ini merupakan Putra Yang Dijanjikan itu, tapi tak ada pengumuman khusus atau pernyataan oleh Hadhrat Mirza Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih IIRA sendiri. Para anggota Jama’at mengharapkan beliau mengumumkan pendakwaannya pada suatu ketika, dan para penentang mengumumkan bahwa karena beliau sendiri tidak menyatakan, oleh sebab itu, beliau bukan [yang dimaksudkan]. Tapi beliau melihat kasyaf pada suatu malam antara 7 dan 8 Januari 1944 di Lahore yang secara nyata menunjukkan bahwa beliau adalah MUSHLIH MAU’UD.

Untuk pengumuman ini, Hadhrat Mushlih Mau’udRA menyelenggarakan empat Jalsah (pertemuan) besar pada empat kota yang berbeda di India yakni Hoshiarpur, Lahore, Ludhiana dan Delhi. Kota-kota ini sering dikunjungi oleh Hadhrat Masih Mau’udAS sendiri semasa hidup beliau. Di kota-kota ini Hadhrat Mirza Mahmud AhmadRA mengumumkan di bawah sumpah bahwa Allah telah memberikan kabar kepada beliau bahwa beliau adalah benar Mushlih Mau’ud yang telah disebutkan dalam nubuwatan itu. Di bawah ini kita sajikan baris-baris dari pengumuman yang dilakukan oleh Hadhrat Mirza Mahmud Ahmad pada kota-kota itu pada tanggal-tanggal yang berlainan itu.

Hoshiarpur: 20 Februari 1944

Pada pertemuan ini beliau mengumumkan sebagai berikut:

“Di bawah perintah Tuhan, saya mengumumkan di bawah sumpah bahwa Tuhan telah memilih saya bahwa Putra yang dijanjikan menurut wahyu Hadhrat Masih Mau’ud(a.s.) yang akan membawa nama beliau ke segala penjuru bumi. Saya tidak mengatakan bahwa saya adalah satu-satunya MAU’UD (yang dijanjikan) dan tak ada MAU’UD lain yang akan datang hingga hari kiamat. Hal itu nyata dari nubuwatan Hadhrat Masih Mau’ud bahwa beberapa Mau’ud lagi juga akan datang dan akan ada beberapa [orang] yang lahir sesudah beberapa abad. Bahkan Dia memberi-tahukan bahwa Dia akan mengutus saya kembali ke dunia ini pada suatu zaman lain selama masa kemusyrikan [tersebar], dan saya akan datang untuk reformasi dunia.

Hal itu bermakna bahwa ruh (semangat) saya akan turun pada seseorang yang akan memiliki kemampuan-kemampuan (sifat) seperti saya dan akan memperbaiki dunia mengikuti jejak-jejak langkah saya. Oleh sebab itu, orang-orang seperti itu akan datang pada waktunya yang tepat. Apa yang saya lihat sekarang adalah, bahwa nubuwatan putra yang dianugrahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud di Hoshiarpur dalam rumah di hadapan kita ini dan yang diumumkan tepat di kota ini mengenai yang dikatakan bahwa (putra itu) akan lahir dalam masa sembilan tahun telah genap dalam diri saya. Dan kini tak ada orang yang dapat mendakwakan menurut nubuwatan ini … .

Saya mengumumkan seruan untuk menyaksikan setiap dan masing-masing batu bata Hoshiarpur ini bahwa Gerakan (Jama’at) ini ditakdirkan untuk tersebar di seluruh dunia. Jika orang-orang menjadi keras hati, para malaikat akan melunakkan mereka dan tak akan ada jalan keluar kecuali bergabung dengan Jama’at. Ini tidak dapat terjadi bahwa orang-orang tidak mempercayai dia yang diutus Allah Ta’ala. Tapi beberkatlah orang-orang yang kini mempercayai. Beberkatlah orang-orang yang mendengar kalam Tuhan dan menetapkan langkah mereka ke arah itu [dengan] seruan, “Labbaik” (Di sini kami datang). Dia yang mendengarkan orang yang diutus Tuhan, sebenarnya mendengarkan seruan Tuhan.

Oleh sebab itu, akan sangat tak beruntung bahwa orang-orang tidak percaya dan tidak menerima orang yang Tuhan telah utus.” (Al-Fazal 19 Februari 1960).

Lahore: 12 Maret 1944

Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad mengumumkan dengan sumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tinggi pada Jalsah besar tanggal 12 Maret 1944 di kota Lahore sebagai berikut:

“Hari ini, saya mengumumkan dengan bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Tinggi, yang bersumpah palsu merupakan pekerjaan terkutuk dan pendusta seperti itu tak pernah lolos dari kemurkaan-Nya, bahwa Tuhan memberi saya kabar gembira di kediaman Syaikh Basyir Ahmad di 13 Temple Road, Lahore bahwa saya adalah Putra Yang Dijanjikan yang disebutkan dalam nubuwatan mengenai Mushlih Mau’ud yang melaluinya, Islam akan tersebar hingga penjuru-penjuru bumi dan Tauhid Ilahi akan tegak di seluruh dunia.”

Dalam memberikan uraian pengorbanan agung Jama’at Ahmadiyah beliau bersabda:

“Tuhan telah memberikan saya pedang yang memotong kekafiran seketika. Dia telah menganugrahi saya kalbu-kalbu (hati) yang siap mempersembahkan pengorbanan yang saya minta dari mereka. Jika saya perintahkan mereka untuk melompat ke laut yang dalam, mereka siap untuk tenggelam; jika saya perintahkan mereka untuk menerjunkan diri mereka sendiri dari puncak bukit, mereka tidak akan ragu-ragu; jika saya perintahkan mereka untuk masuk kobaran api, mereka juga akan menunjukkan korban ini. Andai kata bunuh diri tidak terlarang dalam Islam, saya akan mempertunjukkan kesiapan ini tepat pada JALSAH ini dan kalian akan melihat 100 orang mati dengan menikamkan pisau di jantung mereka.

Allah telah memerintahkan kita untuk menyebarkan Islam dan untuk meninggikan nama Rasulullah(s.aw.) di seluruh dunia.” (Al-Fazal, Musleh Mau’ood Number, 18 February 1958)

Melanjutkan ceramah beliau, beliau menyeru orang-orang Lahore dengan kata-kata sebagai berikut:

“Wahai orang-orang Lahore! Saya menyampaikan kepada kalian pesan Allah Ta’ala. Saya menyeru kalian kepada Tuhan Yang Kekal, Yang menciptakan kalian. Jangan berpikir bahwa saya sedang berkata kepada kalian. Itu bukan saya yang sedang berkata tapi Allah Ta’ala sedang berbicara kepada kalian melalui lidah saya. Ingatlah bahwa seseorang yang membuka mulutnya melawan Islam di hadapan saya, suaranya akan dibungkam. Seseorang yang berdiri melawan saya, akan dihinakan, dihancurkan dan dibinasakan. Tuhan akan meletakkan dasar yang agung dengan kehormatan untuk dukungan dan kemajuan Islam.

Saya adalah manusia belaka. Saya dapat mati hari ini atau besok. Tapi ini tak akan pernah terjadi bahwa saya gagal dalam rencana-rencana besar yang untuk itu saya diperintahkan oleh Tuhan. … Jika dunia mendapati pada suatu masa bahwa Islam telah dikalahkan atau mereka yang tidak percaya pada saya medapatkan keunggulan atas mereka yang percaya kepada saya, maka anggaplah bahwa saya adalah orang yang membuat kedustaan. Tapi jika apa yang saya katakan terbukti benar, maka pikirkanlah akibat akhir kalian sendiri. Kalian mendengar suara Tuhan melalui lidah saya, tapi tidak menerima.” (ibid)

Ludhiana: 23 Maret 1944

Satu Jalsah lain diselenggarakan di Ludhiana tanggal 23 Maret 1944. Tapi masyarakat setempat menentang secara kekerasan. Mereka berusaha keras agar Jalsah ini tidak boleh diselenggarakan di kota itu. Kampanye-kampanye dijalankan dan bahkan tepat pada hari Jalsah, setiap upaya dilakukan untuk menggagalkan rencana. Hadhrat Mushlih Mau’udٌٌٌٌٌٌِِRA menyerukan kepada orang-orang dengan perkataan berikut ini:

“Saya berpikir bahwa akan ada sangat sedikit orang dalam Jalsah ini yang berasal dari Ludhiana. Tapi bahkan jika hanya ada satu orang [sekalipun], melalui dia saya menyampaikan pesan saya kepada orang-orang Ludhiana dan berkata:

Wahai orang-orang Ludhiana, kalian telah menunjukkan penentangan besar kepada saya. Tapi sebaliknya, saya berdo’a bagi kalian. Kalian menghendaki kematian untuk saya, tapi saya menghendaki kehidupan bagi kalian sebab saya mempunyai contoh dari Majikan saya, Muhammad MusthafaSAW di hadapan saya.

Ketika beliau pergi ke Tha’if, masyarakat kota itu melontari beliau dengan batu-batu dan menghalau beliau keluar dari kota mereka. Ketika beliau keluar dari kota itu [dalam keadaan] diserang dan dianiaya, malaikat menampakkan diri kepada beliau dan berkata, jika beliau perintahkan kepadanya, dia akan menjungkir balikkan kota itu. Tapi majikan saya, Muhammad MusthafaSAW yang kehidupan saya, ibu dan bapak saya dan setiap zarah dari tubuh saya dikorbankan untuk beliau, menjawab, “Tidak!”, ini tidak akan terjadi. Orang-orang ini menganiaya saya dalam kejahilan mereka dan jika mereka dihancurkan, maka siapa yang akan percaya kepada saya.

Oleh sebab itu, wahai masyarakat Ludhiana, kalian menghendaki kematian bagi saya, tapi saya membawa pesan kehidupan untuk kalian. Pesan kehidupan abadi yang tak ada kematian sesudahnya. Saya telah membawa pesan keridhaan Tuhan yang sesudahnya tak akan ada kesedihan dan kekhawatiran. Saya yakin bahwa penentangan hari ini akan membuka kalbu-kalbu (hati) di hari esok. Dunia akan melihat bahwa kota ini akan diterangi dengan cahaya Ilahi dan akan menjadi penolong saya dalam perjuangan saya. Saya berdo’a kepada Tuhan saya dan berharap dengan karunia-Nya bahwa hal ini pasti akan terjadi.” (ibid)

Delhi: 16 April 1944

Delhi dahulu adalah ibu kota India. Kota itu menghasilkan ulama-ulama Muslim besar dalam derajatnya. Bahkan pada zaman Hadhrat Masih Mau’ud(a.s.), mereka melakukan perlawanan yang sangat keras terhadap beliau. Bagaimana mereka akan membiarkan Putra Yang Dijanjikan ini pergi tanpa hambatan dan menyelenggarakan Jalsah bersejarahnya di kota mereka dengan tenang dan damai? Tapi Jalsah itu terselenggara di bawah tekanan besar, penentangan, perolok-olokan dan pelemparan batu-batu. Karena ini merupakan kota para ulama besar, oleh sebab itu, Putra yang dijanjikan melontarkan satu tantangan kepada mereka mengenai pertandingan dengan beliau mengenai pengetahuan ruhani dari Kitabullah yakni Kitab Suci Alquran. Kita sajikan kata-kata tantangan beliau di bawah ini:

“Kini, saya akan berbicara mengenai penggenapan nubuwatan Hadhrat Masih Mau’ud yang berhubungan dengan Mushlih Mau’ud. Salah satu keistimewaan yang tersebut dalam nubuwatan itu mengenai putra yang dijanjikan adalah bahwa dia akan dipenuhi dengan ilmu-ilmu duniawi dan ruhani. Ini merupakan tanda yang amat jelas yang dapat membuktikan kebenarannya. Oleh sebab itu, saya yang Tuhan telah angkat sebagai orang dalam nubuwatan itu, menantang semua ulama untuk menulis TAFSIR dari ayat-ayat atau juz-juz dari Kitab Suci Alquran sebagai tandingan dengan saya. Mereka boleh mendapatkan bantuan dari banyak orang atau kitab-kitab tafsir yang mereka sukai. Tapi dengan karunia Tuhan, saya akan menjadi pemenang.”

Melanjutkan ceramah beliau, beliau mengumumkan kabar gembira keunggulan Islam melalui Jama’at Ahmadiyah sebagai berikut:

“Saya mengumumkan sesudah memperoleh pemahaman dari Allah Ta’ala bahwa nubuwatan yang disebutkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud dalam ISYTIHAR (pengumuman) beliau pada 20 Februari 1886 telah tergenapi. Allah telah memberi-tahukan saya dalam satu kasyaf bahwa sayalah orang dalam nubuwatan itu. Saya bersumpah demi Tuhan Yang Esa Yang tiada sekutu, yang sumpah palsu merupakan pekerjaan terkutuk, bahwa kasyaf yang saya telah sebutkan telah ditunjukkan kepada saya oleh Allah Ta’ala dan saya tidak membuat-buatnya sendiri. Jika saya berbicara benar dan Tuhan [pencipta] langit dan bumi adalah Saksi saya bahwa saya berbicara benar, maka ingatlah hari itu akan tiba ketika seluruh dunia akan membaca (menyebut) nama Nabi Suci [Muhammad]SAW melalui saya dan para murid saya. Satu hari akan tiba ketika keunggulan Islam akan tegak di seluruh dunia seperti masa-masa yang lalu, bahkan dengan keagungan lebih dari sebelumnya.”(Al-Furqan, Qadian, April 1944)

Penulis: Baarakzai
Untuk Ahmadiyya Gazette Canada, February 1998

 

No Responses

Tinggalkan Balasan