Masroor Library – Selama 19 tahun Masih Mau’ud as memimpin Jemaat Islam Ahmadiyah, suatu Jama’ah yang Allah telah tanam melalui beliau memang belum begitu kuat, akan tetapi karena benih tersebut yang menanamnya adalah Allah Swt sendiri, maka Dia-pun telah mempersiapkan sarana untuk menumbuhkan Jama’ah yang semula kecil menjadi Jama’ah yang akan mengusai dunia.
Sarana yang telah dipersiapkan Allah untuk menumbuhkan Jama’ah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud ini adalah Allah Ta’ala sendiri berjanji kepada beliau as, seperti firman Tuhan kapada beliau: “Aku akan memberi kepada Jemaat ini. Yaitu pengikut-pengikut engkau. Kemenangan di atas golongan-golongan lain sampai kiamat”.
Sudah menjadi sunatullah (kebiasaan Allah), ketika Rasulullah Saw wafat maka Allah menghendaki adanya penerus setelah beliau Saw, yaitu dengan diangkatnya Abu Bakar ra sebagai qudrat kedua dari Rasulullah sebagai Khalifah Islam yang pertama. Maka Hadhrat Masih Mau’ud pun dijanjikan akan dianugerahkan qudrat yang kedua yakni Khalifahnya.
Memang kedatangan qudrat kedua yang dianugerahkan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as tidak akan datang sebelum wafatnya beliau as, maka ketika tanda-tanda kewafatan beliau telah dikhabarkan oleh Allah Swt. dalam wahyu-wahyu beliau. Karena khabar akan kewafatannya sudah begitu dekat, maka sebelum wafatnya beliau menulis dalam bukunya tentang kewafatan beliau yang diberitahukan oleh Allah Swt., maka beliau menulis sebuah buku Al-wasiyyat yang di dalamnya dituliskan tantang penerus perjuangan Jama’ah beliau, yang beliau sebutkan akan menjadi sebagai qudrat Allah Ta’ala yang kedua.
Beliau bersabda: “Dari itu mestilah datang kepadamu hari perpisahanku, supaya sesudah itu baru datang hari yang jadi hari perjanjian kekal. Tuhan kita adalah Tuhan yang menepati janji, setia dan benar”………selanjutnya beliau bersabda: “Aku lahir sebagai suatu qudrat dari Tuhan. Aku adalah suatu qudrat Tuhan yang berjasad. Kamudian sesudah aku ada lagi beberapa wujud yang mazhar-cermin atau tempat zahir-qudrat kedua, sebab itu senantiasalah kamu berhimpun sambil mendoa, menanti qudrat Tuhan yang kedua itu”.
Jadi qudrat yang dijelaskan oleh Hadhrat Masih Mau’ud di atas adalah dua qudrat dimana qudrat pertama dengan perantaraan tangan nabi maka Allah Swt memperlihatkan qudrat-Nya, lalu sepeninggal nabi itu, dimana mereka dihadapkan kepada kesukaran-kesukaran, di sisi lain musuh pun berusaha menggagalkannya dan mereka mengira usaha nabi itu akan hancur dan gagal. Orang-orang di Jemaat tersebut akan merasa ragu dan putus asa dengan Jemaat ini.
Hal inipun telah terjadi pada saat wafatnya Rasulullah, orang Islam seolah menjadi gila dan ada juga di antara mereka pun yang menjadi murtad. Maka atas keadaan itu Allah mengangkat Hadhrat Abu Bakar ra. sebagai Khalifahnya. Sebagai mana Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: ”Dan Allah Telah menjanji akan kepada orang-orang diantara kamu yang beriman dan berbuat amal saleh, bahwa pasti Dia akan menjadikan mereka Khalifah-Khalifah dimuka bumi ini, sebagaimana dia Telah menjadikan Khalifah-Khalifah dari antara orang-orang yang sebelum mereka, yang telah dia ridhai bagi mereka dan sungguh dia akan memberi mereka keamanan dan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka. mereka akan tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (QS.An-Nur 56)
Janji diatas adalah janji tentang khilafah, dimana ketika akan munculnya khilafah itu, maka dari antara mereka akan dicekam oleh rasa ketakutan dan kegelisahan karena takut akan hancurnya Jama’ah mereka itu. Dari dulu memang seperti inilah sunatullah ingin memperlihatkan kekuatan qudrat-Nya melalui penerus rasul-Nya.
Nubuwatan tentang khilafah yang Masih Mau’ud katakan sebagai qudrat Allah Ta’ala memang menjadi sempurna setelah wafatnya beliau, dimana Hadhrat Al-Hajj Hakim Nuruddin ra. diangkat menjadi Khalifah Masih Mau’ud melalui syura (27-05-1908). Ketika beliau menjadi khalifah maka yang beliau hadapi adalah beberapa orang pengurus Jemaat yang tidak menghendaki adanya khalifah dan mereka menginginkan tegaknya Nidhom Jemaat dijalankan sebagaimana sistem organisai-organisasi duniawi, atau yang bersifat parlementer yang terdapat di dunia lainya.
Mereka orang-orang penentang Nidhom khilafah itu adalah merupakan komite pertama Sadr Anjuman Ahmadiyah yang didirikan Masih Mau’ud as, di antaranya adalah Maulvi Muhammad Ali Sahib, dan Khawaja Kamaluddin Sahib. Mereka dengan selebaran-selebaran serta hasutan-hasutan mempengaruhi orang-orang Ahmadi supaya tidak mengakui adanya Khalifah, lalu mereka menyatakan bahwa khilafah Anjuman-lah yang memilih, oleh karena itu lembaga kepemimpinan sesungguhnya adalah Sadr Anjuman Ahmadiyah.
Dalam menanggapi hasutan di atas beliau bersabda: ”Jika seseorang berkata bahwa Anjuman yang menjadikan saya Khalifah, ia bohong. Pikiran semacam itu merusak dan harus dihindari. Dengar sekali lagi, bukan manusia atau Anjuman yang menjadikan saya menjadi Khalifah, saya juga berpendapat bahwa suatu Anjuman tidak mampu menunjuk seorang Khalifah. Andaikan Anjuman enyah dari sisiku sayapun tidak akan menggubris tindakannya itu. Tak seorang pun orang yang mampu menanggalkan jubah khilafah ini dari ku.”
Itulah suatu tanggung jawab dari seorang Khalifah Masih dimana beliau dengan keberanaian dan kegagahannya dalam membela pranata Khilafah serta menegakan martabat serta otoritasnya sebagai seorang Khalifah, beliau mampu menghadapi berbagai ancaman demi menggoyahkan Nidhom Khilafah sesungguhnya.
Akan tetapi meskipun demikian ketika wafatnya Hadhrat Khalifah Hakim Nuruddin ra maka sebagai gantinya Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. (1914-1965) diangkat menjadi Khalifah, maka pembangkang-pembangkang Nidhom khilafah makin terang-terangan menentang khilafah. Oleh karena hal inilah mereka menjadi mahrum dari berkat Ilahi tentang qudrat ke-II itu yang telah Hadhrat Masih Mau’ud wasiatkan, dan dengan sendirinya ilham Hadhrat Masih Mau’ud a.s menjadi nyata terhadap mereka-mereka yang menentang Nidhom ini, adapun ilham tersebut adalah:
انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهر كم تطهيرا
Artinya: “Allah menghendaki untuk menghilangkan kecemaran darimu, wahai ahlul bait (keluarga Masih), dan untuk memberi kemenangan kepadamu”. (Tadzkirah hal. 639)
اني احافظ كل من في الدار
Artinya: “Aku akan memelihara setiap orang-orang yang berada dirumah engkau itu”.
Jadi orang-orang Ahmadi yang masih tetap dalam ikatan khilafah mereka itulah yang akan tetap berada dalam pemeliharaan Allah Ta’ala, akan tetapi mereka-mereka yang menentang khilafah sesungguhnya, mereka meninggalkan Qadian serta mahrum dari berkat Khilafah. Dan kenyataannya adalah Muhammad Ali serta pembangkang-pembangkang lainya memisahkan diri ke Lahore dan mendirikan Jama’ah sendiri yaitu Jemaat Ahmadiyah Lahore dengan membawa semua keuangan Jemaat yang ada pada Anjuman Ahmadiyah.
Pada masa permulaan beliau menjadi Khalifah, pada waktu itu juga Sadr Anjuman Ahmadiyah menjadi kosong dan uang jemaat pun masih di bawah satu rupee saja. Sementara itu golongan Lahore mengatakan bahwa sembilan puluh lima persen jemaat ada di pihak mereka dan bahwa Qadian sekarang telah dipimpin oleh seorang pemuda yang masih hijau dan tidak berpengalaman, dan jemaat ini akan hancur.
Pada waktu itu beliau juga mengatakan bahwa beliau sangat lemah, tetapi beliau berkeyakinan bahwa Tuhan besertanya dan juga Tuhan telah mengabarkan kepadanya bahwa musuh-musuh akan gagal. Adalah suatu kenyataan yang luar biasa sehingga dalam waktu yang singkat sebagian besar dari anggota jemaat telah kembali kepada Nidhom khilafah dan mereka mengakui bahwa seorang pemuda yang masih hijau mampu membawa Jemaat ini kepada kesuksesan. Dengan demikian genaplah khabar ghaib yang disampaikan kepada Hadhrat Masih Mau’ud as
بعض چوٹے ھیں جو بڑے کۓ جا ئیں گے اور بعض بڑے ھیں جو چوٹے کۓ جا ئیں گے پس مقامی خوف ھے
Artinya: “Ada beberapa orang kecil yang nanti akan dijadikan besar dan ada beberapa orang besar yang nanti akan dijadikan kecil, ini merupakan tanda kekhawatiran”.
Sekilas akan ditunjukan suatu realita nyata yang akan menjadi suatu tolak ukur kebenaran dari sistem khilafah ini adalah sesuai dengan firman Allah Ta’ala.
Artinya: “Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka, yang telah Dia ridhai bagi mereka dan niscayalah Dia akan memberi keamanan dan kedamaian sebagai pengganti sesudah ketakutan mencekam mereka”.(QS. An Nuur/24:56)
Yakni disaat Jemaat ini ditinggal wafat Khalifahnya maka ketakutan dan kecemasan pun memenuhi pikiran mereka Jemaat pasti akan hancur dan berakhir sementara musuh-musuh serta perjuangan Jemaat masih jauh, akan tetapi Allah memberikan berkat serta kekuatan kepada Jemaat tersebut dengan pertolongan-Nya.
Sebagai kenyataan dari semua itu adalah ketika terpilihnya Khalifah demi Khalifah maka kemajuan Jemaat pun makin pesat, sebaliknya musuh-musuh dan pembangkang-pembangkang Jemaat yang berencana ingin menghancurkan terhadap Nidhom Jemaat ini, sebaliknya mereka sendirilah yang dihancurkan oleh Allah Ta’ala.
Kemajuan Jama’ah Ahamadiyah adalah merupakan berkat dari menjalankan sunnah khilafah sehingga supaya berkat itu tetap melekat di Jama’ah ini maka ketika seorang Khalifah wafat, Khalifah baru pun dipilih melalui syura sebelum dikuburkannya. Atas dasar keyakinan berkat khilafah itu, maka Jama’ah ini pun mampu eksis selama 119 tahun dari (1889-2008).
Adapun Khalifah-Khalifah yang mampu membawa jamaat ini ke gerbang kemajuannya itu adalah pertama
- Hadhrat Khalifah Hakim Nuruddin ra. (1908-1914),
- Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. (1914-1965),
- Hadhrat Mirza Nashir Ahmad ra.(1965-1982),
- Hadhrat Mirza Thahir Ahmad rh. (1982-2003) dan
- Khalifah sekarang Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba
Penyebaran Jama’ah melalui sistem khilafah ini tak lepas dari sistem yang ada di dalamnya, yang mana semenjak tegaknya suatu sistem yang didirikan oleh Khalifah Mahmud ra. yakni Tahrik Jadid, yang mana sesuai dengan tujuan utamanya, yang termaktub dalam Anggaran rumah tangganya adalah bertujuan untuk penyebaran agama Islam ke seluruh dunia dan mendorong serta memajukan banding dari berbagai agama di dunia.
Dengan keberadaan gerakan Tahrik-e-Jadid Anjuman Ahmadiyah ini yang didirikan oleh Khalifah kedua, maka dengan gerakan ini Jama’ah Ahmadiyah mampu berkiprah dalam upaya penyebaran Islam ke pelosok-pelosok negeri dengan mengutus para mubaligh untuk menyebarkan misi Hadhrat Masih Mauuad a.s [goes]
No Responses