Tonjong juga menjadi rute jalan menuju ibukota Pakuan Pajajaran. Dari Pelabuhan Sunda Kelapa di Batavia atau Banten, orang bisa melalui jalur Tonjong atau Tajurhalang. Para pelancong Portugis, Inggis dan Belanda melalui jalur ini untuk tiba di ibukota Pajajaran.
6. Babakan
Bila disebut nama Babakan, maka yang terbayang adalah suatu lokasi dekat setu/danau. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila di sekitar setu dipastikan ada perkampungan dan namanya ada kaitan dengan Babakan. Misalnya, di dekat Setu Pabuaran (kini disebut Setu Kemang), ada Babakan. Arti Babakan sendiri adalah Kampung Baru.
Begitu juga di pinggir Setu Cilala di Komplek Perumahan Telaga Kahuripan, terdapat Kampung Babakan. Nama Babakan biasanya dilekatkan pada kampung baru yang berasal dari pemekaran kampung sebelumnya. Babakan bisa juga disebut tempat transit, sebagai jalur alternatif.
IV. KAMPUS MUBARAK: LOKASI AJAR DOMAS DAN PAJAJARAN ANYAR SEKARANG?
Kampus Mubarak terletak di Kampung Babakan, Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Bila ditelusuri dari segi Toponimi, maka pada masa Kerajaan Pajajaran, nama-nama itu belum muncul. Barulah pada beberapa abad kemudian, muncul nama Landhuis Koeripan (Kahoeripan) sebagai ibukota dari Paroeng (Parung).
Pada 1790, setelah terbentuk Land Koeripan, dibentuk juga Djampang Oedik, Djampang Ilir dan Tjiboengboelang. Ketiga nama tersebut dapat dikenal hingga saat ini. Pada 29 November 1809, Land Koeripan dijual kepada swasta sehingga kawasan ini menjadi milik tuan tanah.
Land Koeripan berada di sebelah Timur Kali Cisadane. Lokasinya kini berada di dekat Perempatan Ciseeng, setelah Pasar Ciseeng. Bangunan Land Koeripan itu masih utuh hingga sekarang. Berdasarkan data Belanda, kawasan itu mulai ramai dihuni oleh penduduk setelah Land Koeripan dipindahkan dari lokasi aslinya ke Tjiseeng.
Djampang Oedik alias Jampang Udik adalah wilayah yang dulu mencakup Jampang, Pondok Udik (dimekarkan tahun 1982), Pabuaran, Kemang, Salabantar (Salabenda). Sedangkan Djampang Ilir adalah kawasan Gunung Sindur sekarang.
Menurut catatan, Prabu Siliwangi pernah mengunjungi Beji, Depok melalui jalur Land Koeripan ini. Di beberapa tempat, Prabu Siliwangi berhenti atau singgah. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila di sekitar Kemang ada beberapa petilasan yang menisbatkan kepada Prabu Siliwangi. Misalnya di Kampung Sawah Desa Bojong, di Candali dan Tonjong.
Kata Depok sendiri berasal dari bahasa Sunda kuno, yaitu Deprok. Arti kata itu adalah duduk santai di tanah. Sebab saat berada di Beji, dekat Kali Ciliwung, Prabu Siliwangi merasa senang dengan pemandangan disana sehingga untuk beberapa saat duduk nge-deprok (jleprok). Lama-kelamaan kata itu berubah menjadi Depok.
Dulunya, Depok berada di bawah Distrik Paroeng alias Onderdistrict Depok. Sebab, saat itu Parung mencakup hingga sebagian Tangerang, Depok, Djampang Oedik, Djampang Ilir, Tjiseeng, Salabantar (Salabenda) dan Semplak.
Mencermati data dan fakta di atas, sambil melihat kelekatan lokasi, maka tiga buah situ yang terdapat di sekitar Kampus Mubarak Kemang, Bogor dapat menjadi acuan bahwa pada masa lampau diperkirakan ada yang menempati kawasan ini. Pertimbangan toponimi sejarah mendukung hal ini.
Pertama, seperti telah disebutkan di atas, kawasan sekitar Kampus Mubarak dulunya menjadi tempat lewat dan persinggahan orang-orang dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke Istana Pakuan Pajajaran di Batutulis. Nama Babakan dan Pondok Udik yang merupakan pemekaran dari Jampang menunjukkan hal ini. Bahkan, nama Pondok Udik sendiri artinya “rumah persinggahan”.
Kedua, topografi alam dengan situ (danau kecil) yang mengelilinginya menjadikan Kampus Mubarak seolah menjadi lokasi di tengah-tengah tiga danau itu. Ini menunjukkan bahwa Kampus Mubarak atau Babakan menjadi sentral dari semua aktifitas di masa itu. Beberapa catatan menyebutkan, bahkan Situ/Setu Tonjong ditengarai merupakan danau buatan seperti Danau Tasikardi di Banten. Ada temuan lantai keramik di bawahnya.
Ketiga, sejak masa yang lama, lokasi di sekitar ini menjadi lokasi pemujaan. Terbukti, di dekat Kampus Mubarak, kini ada tiga atau empat Vihara (Khaanqah), yaitu Vihara Sian Djin Ku Poh, Vihara Dharma dan 8 Po Sat, Vihara Naca dan satu Vihara lainnya. Meskipun Vihara itu ada yang masih baru, namun Vihara lainnya terhitung lama.
Keempat, di sekitar lokasi Kampus Mubarak marak lembaga pendidikan. Ini sesuai dengan konsep Ajar Domas yang pernah diusung oleh Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran. Ajar artinya siswa-pandita yang berkumpul di satu lokasi. Domas bermakna 800 (delapan ratus). Oleh sebab itu, lembaga pendidikan ini menerapkan asrama (ashram) alias boarding.
Kesimpulannya, Kampus Mubarak merupakan Pajajaran Anyar dilihat dari kelekatan lokasi, fungsi dan bangunan. Oleh sebab itu, sebagai mazhar dari Istana Pakuan Pajajaran, Kampus Mubarak hendaknya memiliki lima bangunan (pancapersada) yang dulu dinamakan Sri: (1) Bima (2) Punta (3) Narayana (4) Madura (5) Suradipati.
Prabu Siliwangi sendiri tinggal di bangunan keraton terakhir, yaitu Suradipati. Selain bangunan istana yang berjumlah lima itu, ada juga Balekambang (istana terapung) untuk bersantai dan juga kebun atau tajur yang berupa pohon durian. Oleh sebab itu, Kampus Mubarak hendaknya bisa dijadikan sebagai Pajajaran Anyar secara fisik dengan menjadikannya sebagai murni tempat pendidikan dan peribadahan. Di dalamnya ada lima bangunan utama dan bangunan pendukung lainnya. []
—o0o—
Kesaksian terkait Pajajaran Anyar
“Bila lewat Jalan Satria dan melihat ke atas, saya seolah melihat sinar terang-benderang dan menyilaukan mata. Kampus Mubarak terlihat bukan seperti fisiknya tetapi pemandangan lain mirip Istana Pajajaran. Saya sampai merinding setiap kali lewat lokasi ini.” (Pengakuan CSS, personel Kepolisian yang dulu pernah menjadi Kanit IV Intel Polsek Kemang, Bogor)
Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi
(Centre for the Study of the Islamic Manuscripts & Philology)
Ambon, Maluku
Related Posts
Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara
Gotrasawala Panitia Pangeran Wangsakerta | Belajar dari Lembaga Penulisan, Penyalinan dan Penerjemah Naskah/ Manuskrip pada Masa Kasultanan Cirebon
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar | Menelisik Jejak Pakuan Pajajaran dan Toponimi Lokasi di Sekitar Kampus Mubarak
Mengenal Sosok IPDA La Udin | 19 Tahun NIkmati Tugas di Pedalaman Lembah Moskona
Menelusuri Jejak Polisi Belanda di Papua | Kapita Selekta Perkembangan Jumlah Personel dan Kegiatan Kepolisian di Tanah Papua pada Masa Belanda (1920-1962)
No Responses