1. Tajurhalang
Melihat namanya, tentulah ini adalah bahasa Sunda. Tajur artinya kebun khusus. Disebut khusus karena dalam bahasa Sunda, untuk menyebut kebun secara umum adalah kebon.
Sedangkan kata Tajur dipakai untuk menyebut kebun secara khusus. Misalnya kebun jeruk atau kebun durian, bisa disebut Tajur. Oleh sebab itu, kebun luas yang berisi pohon durian di masa Kerajaan Pajajaran, disebut sebagai Tajur Ageung. Letaknya sekarang di sekitar pabrik PT Unitex.
Tajurhalang atau Tajoer Allang merupakan lokasi hutan yang menjadi penghalang atau benteng pertahanan alami berbentuk hutan yang sengaja dibuat oleh Prabu Siliwangi. Inilah yang kemungkinan disebut sebagai Hutan Larangan Samida dalam Prasasti Elegi Batutulis itu. Beberapa hutan dan bukit juga parit dalam sengaja dibuat sebagai benteng pertahanan.
Berbeda dengan Kerajaan lainnya, Pakuan Pajajaran letaknya berada di belakang hutan. Ini memungkinkan kondisi keamanan terjaga. Orang yang akan memasuki ibukota Kerajaan Pajajaran di Pakuan (sekarang Batutulis) harus melewati halangan atau rintangan tadi. Sedangkan hutan itu juga fungsinya sebagai tempat pasukan khusus menjaga bagian luar istana. Mereka biasanya berada di atas pepohonan tertentu, siap dengan panah mematikan.
2. Tajur Ageung
Seperti telah disinggung di atas, Tajur Ageung merupakan kebun Kerajaan yang menjadi tempat Raja dan keluarga bersantai ria menikmati suasana luar istana. Di kebun luas ini ditanam berbagai jenis pohon buah, khususnya durian (duren). Lokasinya di kawasan PT Unitex Tajur sekarang. Dulu, ada sebuah sungai yang menghubungkan ibukota Kerajaan dengan Tajur. Pohon durian berjejer sepanjang jalan yang diperkeras dengan bebatuan pipih.
3. Kedunghalang
Kedunghalang atau Kedong Allang merupakan lokasi pemukiman bangsa-bangsa Eropa pada masa Kerajaan Pajajaran. Dalam peta tahun 1695 dan 1865 masih dicantumkan nama Kedunghalang dan Benteng Pajajaran. Nama Tanah Baru (Tanah Baroe) dan Ciluar (Tjiluar atau Sillouar) pun disebut dengan jelas.
Kedunghalang merupakan rute menuju ibukota Pakuan Pajajaran. Dari Kedunghalang, pendatang yang akan memasuki Kedaton Pakuan alias Sriman melalui jalur ini. Jalur ini dulunya sangat sempit, hanya bisa dilalui oleh dua orang berjalan kaki atau berkuda. Rute ini tembus ke Bondongan, dimana jembatan Bondongan yang sekarang merupakan pintu gerbang masuk dari arah Empang atau setelah melewati hutan larangan Samida.
Sedangkan bila dari arah lain, ada pintu gerbang belakang, yaitu yang kini dikenal sebagai Lawanggintung. Namun, tentu saja penjagaannya juga sangat ketat dan setiap orang yang akan melewatinya harus diperiksa terlebih dahulu. Melalui gerbang inilah dulu pasukan Kesultanan Banten masuk ke ibukota Kerajaan Pakuan di Batutulis.
4. Jampang
Nama Jampang bukan hanya terdapat di Bogor, melainkan juga di Sukabumi, Cianjur dan lokasi lainnya di Jawa Barat. Jampang berasal dari kata jami dan parahyang, artinya tempat leluhur/Tuhan tinggal. Biasanya selain kata ini, diikuti oleh nama tempat lainnya, yaitu Babakan/Babak/Pababakan, Buaran/Pabuaran dan Tonjong. Biasanya juga di tempat itu terdapat danau atau setu.
Dari arti namanya, dipastikan di tempat itu dulunya adalah tempat tinggal leluhur atau tokoh-tokoh Kerajaan. Atau, di lokasi itu pernah ada tempat pemujaan atau lembaga pendidikan. Sebab, istilah Jampang erat kaitannya dengan sraddha . Yaitu, upacara pamungkas untuk melepas roh bagi orang yang telah meninggal setelah 12 tahun sebelumnya. Kerajaan Majapahit bisa melakukan ritual ini.
Di lokasi itu juga biasanya ada lembaga pendidikan, yang disebut sebagai Ajar atau lengkapnya Ajar Domas. Ajar adalah para pendeta Hindu, sedangkan Domas artinya 800. Artinya, di lokasi itu banyak orang yang tinggal (boarding). Ini seperti di Gunung Pulosari Banten yang menjadi tempat berkumpulnya para Ajar/Resi.
5. Tonjong
Dalam bahasa Sunda, Tonjong berasal dari kata Tunjung atau Tanjung. Ini adalah nama sejenis teratai yang endemik di Bogor. Tanaman ini mirip Teratai (Padma) namun memiliki perbedaan. Biasanya tumbuh di danau/telaga. Orang-orang kerap menyebutnya dengan Seroja. Nama Tonjong dipakai dan memiliki hubungan dengan Kerajaan Sunda.
Contohnya, Desa Tonjong di Brebes (Jawa Tengah), dulunya termasuk dalam Kerajaan Sunda Galuh di Kawali, Ciamis. Sebab, batas terjauh Kerajaan Sunda adalah hingga perbatasan Jawa Tengah sekarang. Di Dukupuntang ditemukan sebuah prasasti di tengah sawah yang menunjukkan bukti ini. Bukti lainnya, adalah nama Desa Galuh Timur.
Tags:
Related Posts
Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara
Gotrasawala Panitia Pangeran Wangsakerta | Belajar dari Lembaga Penulisan, Penyalinan dan Penerjemah Naskah/ Manuskrip pada Masa Kasultanan Cirebon
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar | Menelisik Jejak Pakuan Pajajaran dan Toponimi Lokasi di Sekitar Kampus Mubarak
Mengenal Sosok IPDA La Udin | 19 Tahun NIkmati Tugas di Pedalaman Lembah Moskona
Menelusuri Jejak Polisi Belanda di Papua | Kapita Selekta Perkembangan Jumlah Personel dan Kegiatan Kepolisian di Tanah Papua pada Masa Belanda (1920-1962)
No Responses