Mengenal Sosok IPDA La Udin | 19 Tahun NIkmati Tugas di Pedalaman Lembah Moskona

Mengenal Sosok IPDA La Udin | 19 Tahun NIkmati Tugas di Pedalaman Lembah Moskona

PENERBANGAN MENDEBARKAN KE DISTRIK TEMINABUAN KAB. SORONG SELATAN

Pesawat Cessna Grand Caravan itu tinggal landas meninggalkan Bandara Rendani menuju Distrik Teminabuan, Kab. Sorong Selatan (kini, Provinsi Papua Barat Daya). Tampak di dalam pesawat single-otter itu hanya ada beberapa penumpang. Selain 2 pilot dan co-pilot berkebangsaan asing, lainnya adalah penumpang pribumi: orang asli Papua dan pendatang.

Pesawat yang dioperatori oleh maskapai Susi Air milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu terbang menyusuri pesisir pantai Manokwari menuju Arfai dan melintas di atas kawasan Arfai 2. Tampak Perumahan Arfai Indah Permai terlihat di bawah. Pesawat ini mengarah ke kawasan Satuan Pemukiman dan melintasi Gunung Belanga di Distrik Sidey tembus ke Kebar dan berbelok ke arah Danau Ayamaru.

Saat melintas di kawasan Danau Ayamaru, kabut dan angin kencang menghadang di depan. Dengan sigap pilot berkebangsaan asing itu menghindari awan dan angin kencang tersebut. Beberapa kali pesawat melakukan manuver udara, dengan berbelok ke kanan, ke kiri, naik ke atas dan turun ke bawah. Selama beberapa menit, perasaan penumpang pun terombang-ambing dalam kecemasan.
“Pada bulan-bulan Oktober hingga Desember, banyak orang yang naik pesawat kecil. Selain anginnya kencang, juga awan pekat biasanya menghadang,” ujar salah seorang penumpang. Pemuda bermarga Kolinggea asal Teminabuan itu baru pertama kali naik pesawat perintis. “Saya terpaksa naik pesawat ini karena besok akan ada Persekutuan Anak Muda (PAM) di GKI saya.”

Selain Kolinggea, di bangku tengah juga tampak sesosok perempuan berjilbab kuning. Posisinya persis di bangku banjar ketiga sebelah kanan. Dalam perkenalan di ruang tunggu Gate 1 sesaat sebelum terbang, perempuan muslimah asal Salatiga Jawa Tengah itu mengaku ada kepentingan mendadak ke Sorong Selatan. “Suami saya ditugaskan di Distrik Moswaren,” ujarnya.

Setelah melewati Danau Ayamaru, pesawat pun belok ke kiri dan lurus menuju Teminabuan. Di bawah sana mulai terlihat aliran sungai besar bak ular yang sedang meliukkan badan. Setelah berputar satu kali, pesawat pun mengarah ke landasan (airstrip) yang sudah terlihat di depan. Bandara Teminabuan memiliki panjang hanya beberapa ratus meter saja. Posisinya persis di pinggir jalan raya, sebelah Taman Trinati, Teminabuan.

SAMA-SAMA MEMILIKI IKATAN DENGAN KOTA SALATIGA, JAWA TENGAH

Setelah kembali ke Manokwari lagi, Penulis pun tetap berkomunikasi dengan keluarga Kapolsubsektor Moswaren tersebut. Bahkan, untuk semakin mempererat hubungan, saling kunjung-mengunjungi pun dilakukan. Penulis dan keluarga mengunjungi rumah pribadinya di Udapi, Inggramui, Distrik Manokwari Barat. sedangkan keluarga itu pun mengunjungi rumah Penulis di Arfai 2, Anday, Distrik Manokwari Selatan.

Karena Penulis pernah ditugaskan di Kota Salatiga (2003-2005), sedangkan istri Kapolsubsektor Moswaren itu juga berasal dari sana, maka nostalgia Kota Salatiga menjadi perekat hubungan dua keluarga. Makanan khas Salatiga, yaitu sayur tumpang dan rolade, menjadi perekat hubungan. Kedua keluarga itu akhirnya membuat rolade bersama-sama.

Apalagi setelah IPDA La Udin kemudian pindah tugas ke Polda Papua Barat lagi, beberapa kali pertemuan pun dilakukan di rumah pribadinya di Udapi, Inggramui. Pertemuan buka bersama Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H pun dilakukan disana. Makanan khas Salatiga, yaitu sayur tumpang pun bisa dinikmati setelah 20 tahun berlalu.

Dari pertemuan itu juga mulai terungkap tanpa sengaja, bahwa IPDA La Udin pernah ditugaskan di Kabupaten Teluk Bintuni selama 19 tahun. Bahkan, di Negeri Sisar Matiti itu pulalah, IPDA La Udin bertemu dengan istrinya kini, Ny. Amanah. “Saat itu istri saya bekerja sebagai bendahara di perusahaan kayu. Kebetulan saya sering melakukan pengamanan disana,” ungkap lelaki asal Buton kelahiran Ambon, Maluku yang mengikuti pendidikan Polisi di SPN Jayapura tersebut.

Karena IPDA La Udin baru sekitar dua tahun menyelesaikan pendidikan perwira di Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Setukpa Lemdiklat) POLRI di Sukabumi, dan kebetulan Penulis mengenal Kasetukpa Brigjen. Pol. Mardiaz Kusin Dwihananto, S.IK., M.Hum., maka Penulis pun menyampaikan kepada Kasetukpa, bahwa saat itu sedang berada  di rumah alumnus Setukpa asal Papua Barat.

No Responses

Tinggalkan Balasan