Mengenal Negara Curacao Unikameral Asal Suami Kopral Costavina Ayal

Mengenal Negara Curacao Unikameral Asal Suami Kopral Costavina Ayal
"Tidak banyak orang Indonesia yang mengetahui Negara Curacao, sebuah negara unikameral dari Kerajaan Belanda. Hanya sedikit saja yang pernah mendengar nama itu saat membaca tulisan mengenai Kopral Costavina "Coosje" Ayal, perempuan satu-satunya yang bergerilya melawan Jepang saat Perang Dunia II di Manokwari."

Masroor Library – Timnas Indonesia telah memenangkan laga pertama pertandingan FIFA Matcday dengan Negara Curacao pada Sabtu (24/9) malam di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) Bandung dengan skor menang tipis 3:2.

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-Yong (STY) sangat berharap melihat permainan bagus dari Timnas Indonesia. Sebab, dalam ranking FIFA, Tim Curacao berada pada posisi ke-84 sedangkan Timnas Indonesia pada urutan ke-155.

“Sampai saat ini, Indonesia itu (posisi) 155 dan Curacao 84. Memang sangat berbanding jauh jika melihat ranking FIFA Curacao dibanding Indonesia,” ujar Shin Tae-yong, Jumat (23/9/2022) seperti dikutip media daring KOMPAS.com.

“Jadi, saya ingin melihat tim kami, apakah bisa melawan tim bagus ini dengan permainan bagus atau tidak, dan apakah bisa melakukan permainan yang kami inginkan atau tidak,” kata pelatih asal Korea Selatan itu.

Menurut jadwal, laga kedua akan dilangsungkan di Stadion Pakansari Bogor pada Selasa (27/9). Apakah Timnas Indonesia juga akan kembali memenangkan pertandingan itu juga?

Mengenal Negara Bagian Curacao (Curacao Unikameral)

Tidak setiap orang di Indonesia pernah mendengar nama Negara Curacao. Mungkin dalam hidupnya, hanya sekali-dua kali pernah mendengar nama itu. Begitu juga dengan Penulis, mungkin hanya sekitar lima kali saja pernah membaca nama negara ini. Selain karena pernah menghafalkan nama-nama negara di dunia, juga karena penelitian sejarah.

Saat melakukan penelusuran terhadap sosok perempuan gerilyawan di Papua Barat, Penulis mendapati ada dua sosok. Keduanya adalah Kopral Costavina “Coosje” Ayal dan Sitti Rahmah alias Herlina Kasim si Pending Emas. Nama pertama adalah gerilyawan yang membantu Belanda menghadapi invasi Jepang dalam Perang Dunia II di Manokwari (1942-1944). Sedangkan nama kedua merupakan seorang sukarelawan perempuan satu-satunya dalam Operasi Trikora di Irian Barat (1962-1963).

Ketika mengulik aspek kehidupan dan pernikahan Coosje Ayal alias Coosje Nahuway, Penulis mendapati bahwa suaminya adalah seorang tentara Belanda/Sekutu yang berasal dari Curacao. Nama prajurit itu adalah Ayal Henry Evers, yang dinikahi pada 1947. Curacao sendiri adalah sebuah negara bagian (unicakameral) dari Kerajaan Belanda.

Negara Curacao berpenduduk tidak lebih banyak dari penduduk di salah satu kecamatan di DKI Jakarta. Lokasinya terletak di Laut Karibia Selatan, sekitar 70 kilometer dari lepas pantai Venezuela. Curacao berdekatan dengan Pulau Aruba dan Pulau Bonaire. Luas wilayah negara ini adalah 444 kilometer persegi.

Kondisi geografisnya berupa dataran rendah dan perbukitan kecil pada bagian barat dan iklim tropis dengan suhu yang hangat terutama mencapai puncak tertingginya pada bulan September ini. Sedangkan dari Oktober hingga Nopember, curah hujan meningkat.

Negara unikameral Curacao menggunakan tiga bahasa: Papiamentu (campuran dari bahasa Belanda, Inggris, Sepanyol dan Portugis), bahasa Belanda dan bahasa Inggris. Bahasa Papiamentu mirip bahasa Virgin di Papua Nugini atau Kreol di Afrika, yang merupakan pengucapan bahasa lokal berasal dari bahasa asing.

Perdana Menteri bertindak penuh atas pemerintahan dan urusan dalam megerinya sendiri. Sedangkan urusan pertahanan dan keamanan menjadi tanggung jawab dari Kerajaan Belanda. Kepala negara Curacao adalah Raja Belanda. Sedangkan untuk di Curacao ada seorang gubernur. Perdana menteri bertugas menyusun Dewan yang bertugas menyusun kebijakan pemerintah.

Sementara itu, seorang Menteri Curacao tinggal di Belanda dan mewakili negaranya dalam pertemuan Dewan Menteri Belanda. Sebab, pemerintahan Curacao bersifat. Parlemen unikameral alias negara bagian yang beranggotakan 21 orang yang dipilih secara proporsional untuk masa jabatan tidak lebih dari lima tahun.

Karena di bawah Kerajaan Belanda, semua sistem pendidikan, ekonomi dan peradilan dipengaruhi juga oleh Kerajaan Belanda. Perekonomian Curacao pada umumnya bergerak dalam bidang pelayaran, jasa logistik, jasa keuangan internasional, penyulingan minyak dan pariwisata.

Satu-satunya kampus yang terkenal disini adalah University of Curacao yang dapat menampung dua ribu mahasiswa. Beberapa akademi lainnya juga menawarkan aneka jurusan yaitu kedokteran, bahasa, seni rupa, keperawatan, kepolisian dan banyak lainnya.

Mengenal Costavina “Coosje” Ayal, Gerilyawan Perempuan dalam Perang Dunia II di Manokwari

Nama Coosje Ayal sangat terkenal dalam Perang Dunia II di Manokwari. Nama lengkap gerilyawan perempuan asal Titawai, Nusalaut (Maluku) tersebut adalah Costavina Ayal. Coosje dilahirkan pada 15 April 1926 dari pasangan Christoffel Ayal dan Josmina Nahuway. Oleh sebab itu tidak heran bila ditulis di belakang namanya, Ayal atau Nahuway.

Sejak kecil, Coosje ikut dengan paman dan bibinya yang ditugaskan sebagai pegawai negeri sipil (ambtenaar) di Manokwari Selatan, khususnya di Ransiki dan Momi Waren. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bila kemudian Coosje mengikuti pendidikan Belanda dan mahir berbahasa Belanda.

Ketika pada awal April 1942 didengar berita bahwa Jepang telah menaklukan Belanda, dan tiba di Teluk Doreh (Manokwari) pada 12 April 1942, maka paman Coosje diperintahkan untuk menyembunyikan senjata, makanan dan amunisi di hutan serta membentuk Milisi Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).

Bersama 62 orang lainnya, Coosje keluar masuk hutan untuk bergerilya menghadapi tentara Jepang. Selama 31 bulan, Coosje berperilaku sebagai tentara dan seolah laki-laki. Selama tujuh hari, ia pernah berjalan kaki ke markas mereka di Wasirawi, kini di Distrik Masni, Kab. Manokwari. Kawasan perbukitan itu kini terkenal dengan cadangan emasnya.

Beberapa kali kelompok Coosje menggempur dan digempur tentara Jepang. Oleh sebab itu, untuk memudahkan mobilisasi dan pergerakan, kelompok itu kemudian dibagi dua. Apalagi setelah mereka memiliki pengalaman diserang serdadu Jepang yang mengakibatkan banyak yang tewas.

No Responses

Tinggalkan Balasan