“Dalam kurun waktu 1951-1961, NNGPM telah melakukan pengeboran sebanyak 75 buah sumur minyak yang terdiri atas 54 sumur di Mogoi dan 21 sumur di Wasian. NNGPM juga membangun infrastruktur fasilitas produksi berupa sarana jalan, perumahan (basecamp) pegawai dan karyawan, perkantoran dan gudang logistik (warehouse).”
Warung “Ramayana” di Kampung Mogoi Baru Distrik Tembuni
Kali Wasian yang lebar itu memisahkan antar kedua bagian. Sebuah jembatan besi menjadi penghubung di antara kedua tepinya. Di tepi sebelah depan, terletak Kampung Mogoi Baru, Distrik Tembuni. Persis tidak jauh dari jembatan itu, terdapat sebuah warung di sebelah kanan jalan. Namanya Warung “Ramayana”. Sebuah spanduk terpasang di depan warung itu.
Penulis dan rombongan dari KODIM 1806/Teluk Bintuni pun mampir sejenak di warung itu. Menumpang mobil dinas Komandan KODIM 1806/Teluk Bintuni Letkol. (Arm) Patrick Arya Bima, S.I.P., Penulis telah menempuh perjalanan sekitar dua jam lamanya dari Kota Bintuni. Sedangkan Dandim 1806/Teluk Bintuni sendiri menggunakan kendaraan roda dua bersama beberapa personel TNI. Rombongan itu kemudian berhenti sejenak disana.
Ternyata selain warung makan, juga menyediakan barang-barang kelontong lainnya. Bakso, Soto Lamongan dan Ayam Lalapan merupakan menu makanan yang disediakan disini. Sayangnya, hari itu warung makan sedang tidak melayani kebutuhan makan. Sedangkan minumannya ada kopi, teh manis, ekstra joss susu dan lainnya. Relatif komplit untuk lokasi yang dianggap pedalaman.
Warung ini memang seolah menjadi penyambut bagi siapa saja yang datang ke kawasan ini. Dari sini, pendatang bisa lurus menuju ke Distrik Merdey atau belok kiri ke Distrik Meyado. Distrik Tembuni sendiri terdiri atas empat kampung: Kampung Araisum, Kampung Tembuni, Kampung Mogoi Baru dan Kampung Bangun Mulyo.
Tetapi, apakah memang Kampung Mogoi Baru termasuk pedalaman? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Sebab, pada masanya, Mogoi merupakan pemukiman modern dari pekerja dan karyawan Nederlandsch Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM), yaitu Perusahaan Minyak Hindia-Belanda. Sejak 1939, kawasan Mogoi (Mogoi Fields/Block) telah mengalami eksplorasi. Sebuah pos keamanan (polisi) juga dibangun disana pada tahun tersebut.
Untuk beberapa waktu, kawasan ini juga pernah menjadi Onderafdeeling dari Bintuni. Steenkool, yang arti harfiahnya adalah “batu hitam” alias batubara, dipakai sebagai nama ibukota tersebut setelah terjadi pemekaran dari Ayamaru dan Teminabuan. Ini cukup wajar, sebab disana memang menjadi pemukiman yang lumayan ramai dibanding dengan lokasi lainnya saat itu.
Jejak Pejabat dan Aparat Keamanan di Steenkool
Sejak 10 Mei 1952, Bintuni telah menjadi Onderafdeeling terpisah dari Ayamaru atau Teminabuan. Afdeeling West Nieuw Guinea dengan ibukota Sorong, mencakup 9 Onderafdeeling, salah satunya onderafdeeling baru yaitu Bintuni dengan ibukota di Steenkool.
Begitu juga saat terjadi perubahan wilayah oleh Gubernur Jenderal J. van Baal pada 1 April 1953, yang berlaku pada 31 Oktober 1953, Bintuni masih masuk ke dalam Afdeeling West Nieuw Guinea. Tetapi pada 1954, Bintuni dan Ayamaru kembali digabung (merger). Ibukota Afdeeling juga dipindah dari Sorong ke Manokwari.
Tags:
Related Posts
Meneliti Manuskrip Kuno Al Quran Daun Lontar
Kunjungi Ciaruteun Ilir dan Pasir Muara Telisik Prasasti Tinggalan Kerajaan Tarumanegara
Gotrasawala Panitia Pangeran Wangsakerta | Belajar dari Lembaga Penulisan, Penyalinan dan Penerjemah Naskah/ Manuskrip pada Masa Kasultanan Cirebon
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar
Pakuan Pajajaran dan Pajajaran Anyar | Menelisik Jejak Pakuan Pajajaran dan Toponimi Lokasi di Sekitar Kampus Mubarak
No Responses