Masroor Library – Keperluan Akan Nabi Allah Ta’ala telah menetapkan suatu pertalian antara keimanan terhadap eksistensi-Nya dengan keimanan terhadap Rasul-Nya. Alasan untuk ini adalah bahwa manusia ditanamkan dengan kemampuan/fitrat beriman kepada Tuhan yang Esa sebagaimana batu telah ditanamkan di dalam wujudnya kemampuan untuk membakar, dan seorang Rasul seperti batu api yang dapat mengeluarkan percikan api dari batu yang dipukul-pukul. Oleh karena itu, mustahil tanpa batu api, yang dengan kata tanpa Rasul Allah, percikan api Tauhid Ilahi dapat dinyalakan dalam hati manusia. Hanya utusan Ilahi sajalah yang dapat membawa Tauhid Ilahi di atas bumi yang untuk mencapainya hanya bisa dilalui melaluinya. Tuhan tersembunyi dan Dia memperlihatkan wajah-Nya hanya melalui utusan-Nya.
Nabi-nabi Merupakan Manifestasi Tauhid Ilahi
Kesalahan konsepsi bahwa beriman kepada Tauhid Ilahi cukup hanya pada masalah najat bagi manusia dan tidak perlu beriman kepada seorang nabi, terlihat tidak masuk akal. Orang yang memiliki iman yang demikian memisahkan ruh dari jisim. Beriman kepada Tauhid Ilahi hanya bisa ditegakkan oleh seorang utusan Ilahi, dan mustahil tanpa beriman kepadanya. Jika seorang utusan Ilahi, yang merupakan sumber dari keimanan kepada Tauhid Ilahi, ditiadakan, maka Tauhid Ilahi tidak dapat ditegakkan. Hanya seorang utusan Ilahilah yang merupakan jalan, sumber, ayah, mata air, manifestasi sempurna dari keimanan terhadap Tauhid Ilahi. Hanya melaluinya lah seseorang dapat melihat wajah Tuhan yang tersembunyi dan dapat merasakan kehadiran-Nya.
Di satu sisi, Tuhan Maha Cukup dan Dia tidak peduli apakah manusia mendapat petunjuk atau tersesat, di sisi lain, Dia menginginkan bahwa Dia dapat dikenali dan makhluk-makhluk-Nya dapat mengambil manfaat dari kasih-Nya yang kekal. Oleh karena itu, Dia memanifestasikan Wujud-Nya kepada orang yang hatinya telah dipenuhi keinginan-keinginan fitrati yang memiliki derajat tertinggi untuk mencapai kedekatan kepada Wujud Yang Maha Suci, dan hatinya juga telah dipenuhi dengan rasa simpati kepada umat manusia. Tuhan memperlihatkan kepadanya nur dari Wujud-Nya dan Sifat-sifat-Nya yang kekal. Dalam cara ini, orang yang memiliki sifat yang unggul seperti itu, yang dengan kata lain disebut seorang Nabi, ditarik ke arah Tuhan oleh karena suatu gairat yang luar biasa dimana hatinya diliputi kepedulian terhadap umat manusia, dia menginginkan, dengan kecenderangan keruhaniannya, permohonannya dan kerendah-hatiannya, orang lain dapat mengenali Tuhan yang telah diwahyukan kepadanya, supaya mereka dapat mencapai najat. Dia menawarkan pengorbanan atas wujudnya sendiri dan oleh karena keinginan bahwa umat manusia dapat dihidupkan lagi (keruhaniannya), dia berjuang sekuat tenaga dan dia selalu siap menderita berbagai macam kematian.
Tuhan Yang Maha Cukup, dan Dia tidak bergantung pada makhluk, tetapi dalam duka, sedih, bencana, rendah hati, pengabdian yang sungguh-sungguh, kebenaran dan integritas dari insan yang demikian, Tuhan memanifestasikan Wujud-Nya melalui tanda-tanda-Nya kepada hati-hati manusia yang penuh gairat.
Sebagai hasil dari permohonan yang sungguh-sungguh dari insan yang demikian, yang menciptakan kegemparan di langit, tanda-tanda Ilahi turun di atas bumi seperti hujan dan kejadian-kejadian luarbiasa disaksikan, yang dengannya tersingkap Wajah Tuhan. [goes]
No Responses