Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [26/1]. Pesawat Batik Air bernomor penerbangan ID-8150 yang dipiloti Kapten Setya Budhy itu mendarat dengan mulus di Bandara “Rendani” Manokwari, Papua Barat, Rabu (26/1) pagi. Hujan lebat yang mengguyur kawasan bandara dan sekitarnya tidak menghalangi burung besi itu untuk mendarat. Padahal cuaca buruk benar-benar sedang melingkupi kawasan Manokwari sejak masih di atas langit SP 1 Distrik Prafi.
Pendaratan itu menutup rangkaian agenda perjalanan Mubalig Daerah Papua Barat dalam kunjungan ke Kota Sorong dan Kab. Sorong. Selama empat hari, Mubalig Daerah Papua Barat berada di Kota Sorong dan Kab. Sorong. Untuk agenda hari ketiga, kegiatannya lumayan cukup padat dan melelahkan. Selain kunjungan ke rumah anggota, juga mengundang rekan, sahabat dan kolega.
SP 3 di Kelurahan Makbusun Distrik Mariat menjadi target kunjungan pertama di hari ketiga. Disana ada anggota asal dari Tasikmalaya bernama Pak Diding Hadiyat. Sayangnya, saat setiba disana, Pak Diding sudah tidak ada. Wajah asing seorang lelaki tua dan istrinya yang menerima. Setelah ditanya, ternyata suami-istri tadi merupakan besan dari Pak Diding yang dulu adalah juragan bata merah, ikan dan sayuran.
“Sayalah dulu yang membuka Sindangjaya, Margomulyo dan kampung lainnya di Distrik Oransbari sekarang. Selama sebelas tahun kami mengelolanya. Saat itu jumlah kami ada 36 orang yang berasal dari Jawa. Tahun 1968, kami datang ke Papua Barat dan saya sendiri pindah ke Sorong pada 1979. Dulu rumah ini saya yang bangun,” kata lelaki itu yang ternyata bernama Pak Rahayu.
“Tatang itu dulu sewaktu datang ke Oransbari usianya masih sekitar 10 tahunan. Tetapi kini, Tatang dianggap sebagai sesepuh Oransbari. Saya sendiri sekarang berusia 80 tahun,” kata Pak Rahayu yang berasal dari Tangkil, Cirebon. Meski sudah lanjut usia, tampilan Pak Rahayu masih terlihat muda. Giginya juga belum ada yang tanggal. Termasuk, penglihatannya masih normal.
“Saya pernah menjadi satpam selama 10 tahun lamanya,” kata Pak Rahayu menjelaskan sejarah masa mudanya.
“Selama jadi satpam hingga sekarang saya masih sering olahraga fisik,” kata putra personel TNI di Cirebon itu.
Setelah hampir satu jam, Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal JAI Kota Sorong kemudian bergerak ke SP 1 ke rumah anggota lainnya asal Yogyakarta.
Menjelang Dhuhur, keduanya tiba di rumah Abah Murodi. Setelah shalat Dhuhur berjamaah dan berbincang agak lama, keduanya lalu kembali ke Kota Sorong lagi. Rencananya malamnya akan ada pertemuan dengan Ketua HMI, Ketua PMII, Ketua GMNI dan yang lainnya. Mubalig Daerah Papua Barat sengaja mengundang mereka di Roemah Kopi, dekat rumah missi (kontrakan) JAI Kota Sorong.
Lima orang mahasiswa akhirnya malam itu datang memenuhi undangan. Hanya tokoh agama dan pihak lainnya berhalangan hadir dengan alasan situasi belum kondusif dan masih panas. Sebab, bentrok dua kelompok masa pecah pagi dinihari sebelumnya. Sebanyak 19 orang pun tewas. “Saya tidak boleh keluar dari Kampung Baru, Pak.” kata Pdt. Peiter Leonard yang rencananya akan hadir namun membatalkan mendadak.
Perbincangan dengan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) atau UNAMIN Sorong itupun berlangsung secara cair. Mereka adalah pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Sorong dipimpin langsung oleh Ketua Umum Muhid Rumbalifar. Tema obrolan adalah terkait sejarah, literasi dan tradisi Maluku. Sebab, mereka juga ternyata tertarik dengan sejarah Maluku.[]
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses