Tinggalkan Distrik Merdey di Kabupaten Teluk Bintuni

Tinggalkan Distrik Merdey di Kabupaten Teluk Bintuni

“Dulu di Kampung Mogoi ini pernah kebanjiran akibat meluapnya sungai Wasian. Arah dari Kota atau Merdey tidak bisa lewat. Pertolongan kepada masyarakat pun menjadi terhambat.”

Masroor Library – Kampung Wedoni, Papua Barat [7/2]. Hujan lebat dan angin kencang mengguyur kawasan Gunung Botak, Senin (6/2) sore menjelang Maghrib itu. Dua buah kendaraan roda dua tetap berjalan di bawah guyuran air hujan. Dinginnya udara di atas ketinggian tal dihiraukan. Tujuannya satu, ingin segera melewati kawasan pegunungan yang terkenal di Kab. Manokwari Selatan dan Provinsi Papua Barat itu. Ancaman longsor dan banjir menjadi pertimbangannya.

Kedua penumpang motor itu tidak lain adalah Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal Manokwari Selatan. Sejak pkl. 15:00 WIT sebelumnya mereka berdua bertolak dari Markas KODIM 1806/Teluk Bintuni. Artinya, sudah tiga jam mereka memacu kuda besi menyusuri jalanan sepanjang sekitar 170 kilometer tersebut. Hanya sesekali berhenti sejenak untuk menyegarkan kepenatan.

Sebelumnya lagi, bersama rombongan Dandim 1806/Teluk Bintuni, mereka berdua meninggalkan pedalaman Distrik Merdey dan Distrik Biscoop yang dikenal sebagai Lembah Moskona. Perjalanan empat jam itu melewati kawasan Cekungan Wasian (Wasian Basin) yang sangat terkenal di kalangan pakar geologi, dalam dan luar negeri. Sejak 1935, kawasan ini dieksplorasi oleh Dr. A.H. Collin dan temannya di antaranya Dozy.

“Dulu di Kampung Mogoi ini pernah kebanjiran akibat meluapnya sungai Wasian. Arah dari Kota atau Merdey tidak bisa lewat. Pertolongan kepada masyarakat pun menjadi terhambat,” ujar personel intel KODIM 1806/Teluk Bintuni asal Pamekasan, Madura saat rombongan melepas lelah di Warung Makan milik transmigran asal Jawa Tengah.

Di Kampung Mogoi Baru, Distrik Tembuni, hingga kini masih terdapat tiga pompa minyak. Sayangnya, sudah tidak berfungsi lagi. Semak belukar dan rumput tinggi melingkupi kawasan itu. Padahal pada 1952, kawasan Mogoi, apalagi Steenkol, adalah pemukiman ramai penduduk. Banyak karyawan, petugas keamanan dan orang asli Papua tinggal di lokasi ini.

Bahkan, menurut data, dulu ada steger (menara) tinggi yang pernah dibangun. Sayangnya, seperti di lokasi lainnya, semuanya hilang akibat tangan-tangan jahil. Banyak yang kemudian dijadikan besi tua. Benda-benda itu dipotong-potong untuk kemudian dijual kepada pengepul. Akibatnya, saat ini, banyak benda peninggalan masa lalu yang tak tersisa.

Sesaat sebelum meninggalkan Distrik Merdey tadi, hujan turun dengan agak lama. Pada pkl. 10:00 WIT hujan baru berhenti. Setelah apel di depan Makoramil 1806-03/Merdey, rombongan pun bergerak kembali ke Kota Bintuni. Dua buah mobil dan lima motor turun beriringan meninggalkan lokasi kegiatan. Di beberapa lokasi jalanan masih belum bagus bahkan rusak cukup parah.

Mubalig Daerah Papua Barat dan Mubalig Lokal Manokwari Selatan juga menerobos gelapnya jalanan saat melewati Gunung Asyari di Ransiki. Dengan bermodalkan sorot lampu sepeda motor masing-masing, keduanya pun mendaki dan menuruni kembali gunung tinggi itu hingga tiba di Distrik Oransbari. Waktu sudah menunjukkan pkl. 21:30 WIT. setelah santap malam, keduanya pun melanjutkan perjalanan ke Kampung Wedoni. []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan