MasroorLibrary.Com – Setelah tata kelola pemerintahan di Nederlandsch Nieuw Guinea (NNG) dibentuk pada 1898, maka berturut-turut terjadi dinamika pemekaran dan juga penyusutan administrasi wilayah pemerintahan. Bahkan, pada 1923, berdasarkan surat Residen Ambon kepada Gubernur Hindia Belanda No. 3809/1 tgl. 27 Juni 1923, Residensi Nieuw Guinea dihilangkan karena faktor ekonomi (bezuiniging).
Kemudian, Residensi Nieuw Guinea disatukan dengan Residensi Ambon terhitung 1 April 1924 berdasarkan Besluit van den Gouverneur-General van Nederlandsch Indie No. 21 tgl. 25 Januari 1924 dan Staatblad van Nederlandsch Indie No. 29 tahun 1924. Itu artinya, pemerintahan mandiri di Tanah Papua ditiadakan kembali karena digabung dengan Ambon alias Gouverment Maluku.
Tetapi, pada 1925, berdasarkan alasan ekonomis kembali, maka Gouverment Maluku (Mollucas) dipecah kembali menjadi dua residensi, yaitu Residensi Ambon dan Residensi Ternate. Artinya, Nederlandsch Nieuw Guinea (NNG) dibagi lagi menjadi tujuh Onderafdeeling, yaitu enam berada di bawah Afdeeling Ternate dan satu berada di bawah Afdeeling Ambon.
Keenam Onderafdeeling yang berada di bawah Afdeeling Ternate mencakup: Manokwari, Sorong, Schouten-eilanden, Jappenroep, Hollandia dan West Nieuw Guinea. Sedangkan satu Onderafdeeling di bawah Residensi Ambon adalah Kota Ambon sendiri. Ini berdasarkan Staatblad Nederlandsch Indie No. 640 Tahun 1925.
Itu artinya, sejak tahun 1925, Hollandia atau Jayapura yang kita kenal sekarang sudah terbentuk sebagai satu administrasi pemerintahan setingkat Onderafdeeling dengan seorang Asisten Residen. Ini berlanjut hingga tahun 1934, 1936, 1937 dan 1940. Ketika Jepang menaklukkan Nederlandsch Nieuw Guinea (NNG) atau Dutsch Nieuw Guinea (DNG) pada 2 April 1942, Hollandia dikuasai oleh Jepang pada 20 April 1942.
Hollandia: Pusat Perang Pasifik (Theatre of Pasific) di Papua
Hollandia atau Jayapura kemudian menjadi pangkalan militer Jepang di Nederlandsch Nieuw Guinea (NNG). Ratusan pesawat tempur Jepang ditempatkan di Hollandia. Jumlahnya tercatat ada sebanyak 350 buah. Begitu juga dengan kapal perang dan tank perang. Jepang juga membangun pangkalan militernya di Wakde, Sarmi dan Biak.
Selain goa, pillbox dan lapangan terbang, Jepang juga membuat Benteng pertahanan di beberapa lokasi. Tetapi, kecanggihan teknologi pesawat Sekutu khususnya Amerika dan Australia, belum dapat disaingi oleh Jepang. Begitu juga strategi perang yang dilancarkan oleh Jenderal Douglas MacArthur tidak dapat dibentung oleh Jepang.
Jenderal MacArthur menerapkan strategi “lompat katak” (leapfrog). Artinya, satu pesawat yang sama, dalam satu hari, menyerang lapangan terbang Jepang dan fasilitas pertahanan Jepang lainnya di beberapa lokasi. Manokwari, Ranasiki, Momi, Waren, Biak, Babo pun diserang bergantian dalam satu hari yang sama. Otomatis, kerusakan terjadi hampir serentak di beberapa tempat itu.
Menurut catatan sejarah, sebanyak 350 pesawat tempur Jepang rusak parah. Begitu juga kapal perang dan bangunan luluh lantak rata dengan tanah. Bahkan, akibat serangan bombardir dari Sekutu pada 3 Mei 1944, Manokwari hanya menyisakan tiga bangunan saja yang masih berdiri utuh. Selainnya, rata dengan tanah. Pasukan Jepang juga akhirnya menyingkir ke hutan-hutan untuk bergerilya sebelum akhirnya menyerah tanpa syarat atau dibunuh oleh suku-suku Papua.
Dalam pertempuran sengit itu, Jepang kehilangan ribuan tentaranya. Dari 12 ribu prajurit Jepang di Hollandia (Jayapura), hanya tersisa sekitar tujuh ribu prajurit saja. Pasukan ini kemudian ditarik ke Wakde, Sarmi yang menyebabkan jumlahnya semakin berkurang hingga tingga seribu prajurit saja. Di Biak, sekitar 3000 tentara Jepang juga tewas dihantam bom saat mereka bersembunyi di goa persembunyian yang kini dikenal sebagai Goa Abyab Binsari alias Goa Nenek.
Menyempatkan Mampir ke Pantai Hamadi dan Jembatan Merah
Rombongan Tim Tablig Tol Laut (T-Tol Laut) Daerah Papua Barat yang dipimpin langsung oleh Mubalig Daerah Papua Barat melintasi Wasior, Nabire dan terakhir singgah di Jayapura selama perjalanan berangkat. Perjalanan dengan KM Gunung Dempo itu menghabiskan waktu sekitar 45 jam lamanya.
Rute laut dari Manokwari ke Wasior ditempuh dalam waktu sekitar tujuh jam ditambah sandar selama satu jam. Sedangkan waktu tempuh dari Wasior ke Nabire juga sekitar delapan jam. Untuk waktu tempuh dari Wasior ke Jayapura, ini yang cukup lama hingga seharian alias 24 jam.
Setiba di Pelabuhan Jayapura, rombongan kemudian menggunakan jasa kendaraan online untuk menuju ke rumah missi JAI Jayapura yang juga menjadi tempat tinggal Mubalig Daerah Papua, Mln. Jahid Ahmadi Mujtahidin. Beliau sendiri telah menjemput ke pelabuhan dan memesankan kendaraan tersebut.
Sopir taksi online itu ternyata adalah seorang staf di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota dan Kabupaten Jayapura. Ade Muharam, nama sopir online tersebut, akhirnya mengantarkan rombongan melihat tinggalan Perang Dunia II di Pantai Hamadi dekat LANAL X Jayapura dan Marinir Pertahanan dan Pangkalan X Jayapura Pasukan Marinir 3 Sorong. Itu setelah Mubalig Daerah Papua Barat cerita mengenai Sejarah Perang Dunia II di Jayapura.
Ada sebanyak tiga buah tank peninggalan Jepang yang masih teronggok di Pantai Hamadi tersebut. Namun, kondisinya sudah mulai tidak utuh lagi. Banyak bagian yang sudah raib termakan usia atau hilang diganggu orang usil. Setelah puas berfoto, akhirnya rombongan pun melanjutkan perjalanan ke arah Abepura, sekitar 30 menit dari Pelabuhan Jayapura.
Tetapi, lagi-lagi sopir menawarkan agar bisa melihat dulu Jembatan Merah alias Jembatan Yotefa di kawasan Pantai Hamadi dekat Teluk Yotefa. Jembatan ini menghubungkan beberapa pulau atau bukit kecil yang bagian atasnya telah diratakan untuk menghubungkan jembatan tersebut. Setelah puas berfoto di atas ikon Kota Jayapura tersebut, akhirnya rombongan pun melaju kembali ke rumah missi Jayapura.
Menginap di Rumah Missi Jayapura
Rencananya, selama dua malam Tim Tablig Tol Laut Daerah Papua Barat akan menginap selama dua malam di rumah missi Jayapura, di komplek perumahan bekas Sekutu dan Pusat Koperasi Primer Angkatan Darat (PUSKOPAD) tersebut. Perumahan itu kini telah diperjualbelikan kepada masyarakat. Haji Ruslan, kemudian membeli salah satu rumah yang saat ini difungsikan sebagai rumah missi Jayapura.
Selama menginap di rumah missi Jayapura, ada beberapa agenda yang akan dihelat. Salah satunya melakukan rapat evaluasi membahas prospek dan progres Program Tablig Tol Laut dan rencana ke depannya. Sebab, database sudah dipegang oleh Tim Tablig Tol Laut.
Rencananya, pada masa mendatang akan mulai dilaksanakan penggarapan tablig di lokasi-lokasi yang telah dilewati, yaitu Wasior, Nabire dan Biak. Dengan keberadaan teman-teman yang diperoleh dari hasil program ini, diharapkan kunjungan ke lokasi-lokasi tersebut akan mudah dilakukan. Pintu masuk telah terbuka.
Kegiatan Selama di Kota Jayapura
Sedangkan untuk agenda selama tiga hari dua malam di Jayapura telah disusun. Targetnya adalah pertemuan dengan Ketua PWNU Provinsi Papua Dr. K.H. Toni Victor Mandawiri Wanggai, M.A., Komandan Marinir Pertahanan dan Pangkalan X Pasmar 3 Sorong di Jayapura Letkol. (Mar.) Agung Prasetyo, M.Tr.Opsla, pejabat Kejaksaan Tinggi (Kejati) Provinsi Papua Adithya Trisanto Wendy, S.H., M.H. dan pihak lainnya.
Mubalig Daerah Papua sendiri akan memperkenalkan beberapa kenalannya kepada Tim Tablig Tol Laut Daerah Papua Barat. Misalnya Ketua MUI Provinsi Papua dan beberapa pihak lainnya. Intinya, selain membahas prospek pertabligan ke depannya, juga upaya rabtah terus semakin ditingkatkan ke berbagai kalangan di Papua khususnya di Kota Jayapura atau Hollandia tersebut. []
Catatan:
Setelah ditulis di Rumah Missi Jayapura, Komplek Perumahan Pusat Koperasi Primer Angkatan Darat (PUSKOPAD) Abepura, Papua, pada Minggu (22/5) sore pukul 16:48 WIT.
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses