Terima Kunjungan Pegiat Literasi Bahas Aneka TEMA melalui Diskusi

Terima Kunjungan Pegiat Literasi Bahas Aneka TEMA melalui Diskusi

“Terimakasih Prof atas sharing ilmunya dan mengenai Sejarah Manokwari, Bintuni dan sekitarnya. Yang tertarik dengan tulisan beliau, silakan chat, ya.”

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [6/3]. Kendaraan roda dua itu parkir di depan gerbang Rumah Dinas (Kontrakan) Mubalig Daerah Papua Barat, Senin (6/3) malam. Penumpangnya kemudian uluk salam. Mubalig Daerah Papua Barat bergegas membuka gerbang dan mempersilakan tamu itu masuk. Setelah bersalaman, pemuda asal Yogyakarta itu kemudian masuk kw ruang tamu. Sejenak pandangannya menyapu ke arah berbagai foto yang ada di dinding.

Cukup lama, staf di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) Kanwil Provinsi Papua Barat itu mengamati foto Hudhur V atba yang ada di dinding bagian kirinya. Kemudian pandangannya beralih ke foto Sertifikat Ikon Prestasi Pancasila dan foto-foto Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang ada di dinding bagian kanan dari tempat dia duduk.

Mubalig Daerah Papua Barat kemudian menjelaskan siapa sosok yang ada dalam tiga foto itu. Nampaknya, pemuda bernama Panggih Prio Subagyo, S.Psi. itu cukup memiliki waaasan mengenai Jemaat Ahmadiyah. Sebab, kemudian dia mulai menyampaikan bahwa foto besar dengan enam sosok itu pastilah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan para Khalifah beliau.

“Saya pernah mempelajari Ahmadiyah juga. Al-Qur’annya sama, shalatnya sama, puasa, zakat, haji juga ke Makkah dan Madinah. Pokoknya, semuanya sama!” tegas ASN yang kini ditempatkan di RUPBASAN Provinsi Papua Barat di Arfai 2, Anday, Manokwari itu. “Jadi, tidak benar kalau Ahmadiyah mempunyai Kitab Suci sendiri dan tuduhan lainnya.”

Sebagai seorang penggiat literasi Manokwari, Panggih –demikian panggilannya sehari-hari di Manokwari– memang banyak membaca dan sering menulis. Sebagai syarat berliterasi, dua kemampuan itu menjadi dua hal yang harus dikuasai. Bulan lalu, buku kompilasi tulisan –salah satunya karya Panggih– telah diterbitkan. Dia senang membuat opini dan catatan perjalanan.

“Saya sangat tertarik dengan tulisan Bapak mengenai Sejarah, Etnografi dan tulisan lainnya. Banyak hal yang saya baru ketahui, bahkan untuk pertama kali. Seperti tadi, istilah ‘Maulana’, saya baru tahu bahwa itu adalah panggilan untuk para Mubalig Ahmadiyah.” kata penggiat literasi yang membuka perpustakaan di Lapas Perempuan dan Anak di Maripi itu.

Pertemuan selama dua jam setengah itu sangat produktif. Panggih tertarik membaca buku-buku Jemaat. Dia merasa sangat kagum, jangankan buku-buku Islam atau Ahmadiyah, di ruang tamu itu juga ada aneka Alkitab dan buku agama-agama lainnya. Ketika mengetahui bahwa ada yang dalam bahasa Ibrani dan Yunani, Panggih terlihat sangat antusias. “Jarang sekali cendekiawan Muslim yang mengoleksi buku-buku seperti ini.” ujarnya.

Sebelum pulang, Mubalig Daerah Papua Barat pun menghadiahkan dua buah buku: Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian dan Sumbangsih Ahmadiyah bagi Negeri. Panggih tampak gembira dan meminta agar ke depannya sering diskusi mengenai hal tadi. “Terimakasih Pak atas sharingnya. Semoga bisa sisambung lagi.” katanya via pesan instan WhatsApp (WA).

Bahkan, teman dekat Safei Ricardo Desima, S.Pd., salah seorang penggiat literasi senior di Manokwari itu memposting foto pertemuan dan kesannya di status WA-nya. “Terimakasih Prof atas sharing ilmunya dan mengenai Sejarah Manokwari, Bintuni dan sekitarnya. Yang tertarik dengan tulisan beliau, silakan chat, ya.” []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan