“Memang masing-masing ormas keagamaan memiliki fokus. Muhammadiyah fokus pada bidang sosial dan pendidikan, NU pada pengembangan pondok pesantren dan Ahmadiyah pada bidang dakwah. Muhammadiyah banyak belajar dari Ahmadiyah terutama kaitannya dengan dakwah di Eropa.”
Masroor Library – Bogor, Jawa Barat [21/8]. Sesuai restu Hadhrat Khalifatul Masih V atba, Kalender Akademik Jamiah Ahmadiyah Indonesia Periode 2023/2024 mengagendakan tujuh kali pelaksanaan Kuliah Umum (Studium General). Sesuai amanat Hudhur, di antaranya materi Sains dan Pengenalan Ormas Islam besar di Indonesia harus diberikan kepada para mahasiswa. Oleh sebab itu sesuai agenda, Kuliah Umum perdana pun dilaksanakan pada Minggu (20/8) pkl. 14:00-16:00 WIB.
Kuliah Umum perdana ini menghadirkan Kepala Organisasi Riset Ilmu Pemgetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A., M.Sc. Tema yang diangkat adalah mengenai Pengalaman Meneliti Ahmadiyah di Indonesia, Pengalaman Menghadiri Jalsah di UK dan materi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).
Acara dibuka dengan Tilawat Ayat-ayat Suci Al-Qur’an oleh Sdr. Ibadurrahman, dilanjutkan dengan Nazm oleh Sdr. Adam Abdul Wahid. Principal Jamiah Mln. Masum Ahmad, Shd. pun kemudian menyampaikan Sambutan. Untuk mengenal sosok Narasumber, Naib Principal Bidang Akademik selaku Sadr-e-Majis pun menyampaikan sekilas biografi penerima penghargaan Ikon Prestasi Pancasila 2020 tersebut.
“Sebenarnya tanggal lahir dan bulan lahir saya sama seperti tanggal lahir dan bulan lahir Pak Rakeeman. Namun karena guru SD ada kesalahan penulisan di ijazah, akhirnya menjadi selisih 10 hari,” koreksi Prof. Najib, yang lahir di Blitar pada tahun, bulan dan tanggal yang sama dengan tahun, bulan dan tanggal Naib Principal Bidang Akademik Jamiah Ahmadiyah Indonesia.
Selama 40 menit, Prof. Najib menyampaikan paparannya. Secara sistematis, paparan itu dibagi menjadi tiga bagian. Menurut penerima Penghargaan 100 Tokoh Berpengaruh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, Jalsah menjadi barometer perkembangan Ahmadiyah. Begiru juga, hadir langsung di tempat asal Ahmadiyah akan memberikan banyak perspektif bagi para peneliti.
“Ada Chapter Qadian, Chapter Rabwah dan Chapter London. Saat hadir dalam Jalsah di Qadian pada 2016, saya seperti kembali ke masa Pendiri Ahmadiyah 100 tahun lebih. Saya menyusuri jalanan yang pernah dilalui beliau. Saya menghirup udara yang pernah dihirup oleh beliau. Begitu juga saya dapat membayangkan bagaimana Masih Mau’ud menyampaikan nasihat kepada para murid beliau. Intinya, ada perbedaan mencolok bila mempelajari lewat referensi dengan mengalaminya langsung.” terangnya.
Sesi Tanya jawab pun kemudian dibuka. Dari dua termin, masing-masing sebanyak tiga pertanyaan. Ada lima mahasiswa dan seorang dosen yang menfapat kesempatan menyampaikan pertanyaan. Mereka adalah Sdr. Bintang Najmudin, Sdr. Abdul Ghani, Sdr. Ibadurrahman, Sdr. Hanif Muhammad Jamil, Sdr. Imran Ahmad dan Mln. R.H. Munirul Islam Yusuf, Shd.
Semua pertanyaan itu terkait dengan kontek yang telah disampaikan: ada yang mengenai Konsep Kenabian, Ajaran Utama Muhammadiyah, Struktur Kepengurusan Muhammadiyah, Penguatan Militansi Anggota Muhammadiyah, Kesan Jalsah dan lain-lain. Intinya, tema ormas besar Islam di Indonesia khususnya Muhammadiyah juga coba digali dari professor riset yang telah meneliti Ahmadiyah selama 17 tahun tersebut.
Suami dari Tuti Alawiyah dan ayah dari tiga anak itu menekankan, bahwa ormas keagamaan di Indonesia hendaknya bisa bekerja sama. “Memang masing-masing ormas keagamaan memiliki fokus. Muhammadiyah fokus pada bidang sosial dan pendidikan, NU pada pengembangan pondok pesantren dan Ahmadiyah pada bidang dakwah. Muhammadiyah banyak belajar dari Ahmadiyah terutama kaitannya dengan dakwah di Eropa.”
Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat dan plakat dari Jamiah kepada narasumber. Naib Principal Bidang Akademik juga secara pribadi menghadiahkan selempang (shawl) khas Maluku kepada Prof. Najib yang pernah mampir ke rumah missi di Ambon pada 17 Desember 2019. Saat itu Naib Principal Bidang Akademik masih ditugaskan sebagai Mubalig Daerah Maluku.
Foto bersama dengan Narasumber dan Sadr-e-Majlis pun dilakukan. Tiap Darjah melakukan foto bersama dengan penerima Penghargaan Professor Charles Wendell Memorial Award (2013) tersebut, dimulai dari para dosen dilanjut oleh Darjah Sadisah, Khamisah, Mubasyir, Rabiah, Tsalisah, Tsaniyah, Ula dan Mumahidah. Bahkan, ada beberapa dosen dan mahasiswa yang secara khusus ingin foto berdua dengan narasumber. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Naib Principal Bidang Akademik
Jamiah Ahmadiyah Internasional Indonesia
Bogor, Jawa Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses