“Melalui Kunjungan Akademik ini, selain memperdalam wawasan mengenai denominasi gereja yang dikunjungi, juga menjalin hubungan dengan tokoh-tokohnya. Sehingga, bila mahasiswa telah ditugaskan sebagai Mubalig di lapangan, mereka dapat mengembangkan pertemanan dengan denominasi itu dengan mudah.”
Masroor Library – Bogor, Jawa Barat [25/8]. Kendaraan roda empat yang dikemudikan oleh sabiq Mubalig Mln. Masykurullah Ahmadi itu meninggalkan komplek Kampus Mubarak, Kemang, Bogor, Jumat (25/8) pagi. Di dalamnya, ada sembilan orang penumpang. Dosen Perbandingan Agama dan Bahasa Farsi Jamiah Ahmadiyah Indonesia duduk di sebelah pengemudi. Tujuh orang lainnya adalah mahasiswa Jamiah Darjah Sadisah.
Tujuannya tidak lain adalah Kota Bogor, tepatnya ke Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) “Zebaoth” Jl. Ir. Juanda, Katedral “Perawan Maria Diangkat ke Sorga” Jl. Kapten Muslihat 22 dan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir (OSZA) Jl. Dadali 12, Kota Bogor. Sebenarnya ada satu gereja lagi, yaitu Gereja Kristen Pasundan (GKP) Tanahsareal, namun karena pertimbangan tertentu, batal dikunjungi.
“Saya akan mendampingi keliling komplek Gereja ini. Kebetulan, Penatua Bambang Soerya Putra telah meninggal beberapa tahun lalu. Jadi, sejak saat itu, tidak ada yang menggantikan posisi beliau. Ada Ketua Germasa dan Basolia, tetapi saat ini sedang ada acara di Kalimantan,” ujar Kristianto Darmawan, Kepala Kantor Sekretariat Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) “Zebaoth” Kota Bogor saat menerima Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi di kantornya.
Lelaki asal Yogyakarta itu menceritakan, bahwa dulu memang melihat Penatua Bambang Soerya Putra sering menerima kunjungan mahasiswa. Dan, sekarang baru mengetahui, bahwa mahasiswa itu ternyata berasal dari Kampus Mubarak Kemang, Bogor. “Ini memang suatu kegiatan yang bermanfaat. Mahasiswa diperkenalkan dengan pemeluk agama dan tempat ibadah yang berbeda sehingga muncul sikap toleran dan saling menghargai,” harapnya.
Bertempat di dalam ruang kebaktian, mahasiswa Darjah Sadisah kemudian mengajukan aneka pertanyaan kepada lelaki yang ramah tersebut. Mulai dari tata ibadah (liturgi), jumlah umat, pengorbanan/iuran dan lainnya. Dengan tenang lelaki yang baru beberapa tahun menjadi Kepala Kantor Sekretariat GPIB “Zebaoth” Kota Bogor itu menjawab semua pertanyaan tersebut. Hanya saja, untuk pertanyaan terkait teologia, perlu dijawab oleh pendeta.
Setelah satu jam disana, rombongan pun bergerak menuju Katedral “Maria Perawan Diangkat ke Sorga” Yang terletak di Jalan Kapten Muslihat atau sekitar 250 meter saja dari lokasi semula. Karena Romo sedang ada keperluan di Cijeruk, maka rombongan diterima oleh Ibu Yuliasih Isdinarti asal Yogyakarta. Rombongan kemudian melihat-lihat toko buku di komplek katedral tersebut. Tampaknya Ibu Yuli –demikian panggilannya– merasa sangat heran.
“Salah seorang keluarga saya masuk Islam, tetapi sikapnya kini sangat membenci agama lamanya. Untuk kebaktian di keluarga saja, kini sudah dilarang, apalagi memegang Alkitab atau kunjungan ke gereja,” ujar Staf Keuangan di Katedral itu. “Tapi yang saya lihat ini, mahasiswa Islam tampak biasa saja berkunjung kesini. Bahkan, melihat-lihat buku-buku dan barang-barang khas Katolik lainnya.”
Ibu Yuli kemudian menyebutkan satu nama, yaitu Romo Endro yang tidak asing lagi bagi Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi. Menurutnya, kini Romo Endro dikenal sebagai penggiat Lintas Iman. Setelah gereja baru di Bojonggede rampung, Romo Endro kini melayani umat disana. Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi pun memperlihatkan profile picture dari WA Romo Endro. Ibu Yuli tampak senang karena ternyata keduanya sudah saling kenal.
“Sekitar 15 tahun lalu, banyak yang dikenal di Katedral ini. Mulai dari Uskup Angkur Cosmas Batubara, para Imam Projo hingga staf kantor termasuk staf Perpustakaan Pak Yohanes Ampri,” papar Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan yang sebelumnya biasa mengajak mahasiswa Jamiah melakukan Kunjungan Akademik ke Katedral peninggalan Belanda tersebut.
Setelah menerima hadiah buku-buku dan famplet terkait Katolisitas serta barang aksesoris lainnya, rombongan pun kemudian melihat Goa Maria yang berada persis di sebelah Sekretariat Katedral. Setelah itu rombongan bergerak ke Masjid Al-Fadhl Kebon Jahe untuk menunaikan Shalat Jumat berjamaah. Rencananya, bakda shalat, rombongan akan bergerak ke Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir alias Gereja Mormon.
“Biasanya kami jarang kumpul di gereja. Entah kenapa hari ini kami bisa semuanya berada di gereja. Kalau tidak, Bapak tentu tidak bisa jumpa kami,” papar Elder Bertoldo asal Colorado, Amerika Serikat dengan logat bahasa Indonesia yang sudah lumayan fasih. Elder Berroldo ditemani oleh tujuh Elder/Sister lainnya. Elder/Sister itu ada yang berasal dari Solo, Yogyakarta, Mojokerto dan Filipina.
Setelah masing-masing pihak memperkenalkan diri, perbincangan pun berlangsung dengan penuh keakraban. Faktor penyebabnya adalah usia yang hampir sama atau hanya berbeda setahun dua tahun saja. Yang unik, Elder Boac asal Filipina ternyata mirip sekali dengan Sdr. Ghalib Ahmad. Keduanya tampak mirip dan ini baru disadari oleh semua setelah disampaikan oleh Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi.
Setelah hampir dua jam, rombongan pun kemudian berpamitan. Elder Nugraha menghadiahkan Kitab Mormon dan buku-buku kecil lainnya terkait materi pengenalan Injil versi Gereja Mormon. Meskipun tampaknya mahasiswa dan para Elder/Sister masih asik berbincang, namun karena sudah sore dan cuaca sudah mendung, rombongan pun kemudian meninggalkan Gereja Mormon yang sejak 15 tahun lalu telah menjadi langganan Kunjungan Akademik. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi
Jamiah Ahmadiyah International Indonesia
Bogor, Jawa Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses