Masroor Library – Ambon, Maluku – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Papua Barat [22/7-20]. Mobil Angkao (atau orang Ambon menyebutnya otto) berwarna merah yang ditumpangi Mubalig Daerah Papua Barat sekeluarga itu tepat berhenti di depan Rumah Sakit Otto Kuyk alias RS Hativ di Passo, Teluk Ambon Baguala, Kota Ambon, Rabu (22/7) siang itu. Mubalig Daerah Papua Barat beserta keluarga kemudian turun dan masuk gerbang rumah sakit itu.
Setelah cuci tangan sesuai protokol kesehatan masa pandemi, Mubalig Daerah Papua Barat kemudian menuju bagian pendaftaran (registrasi). Tujuannya, untuk melakukan rapid test terkait persyaratan penerbangan dari Kota Ambon (Maluku) ke Manokwari (Papua Barat). Sayangnya, menurut resepsionis rumah sakit, bahan rapid test sedang habis. “Bapak bisa menunggu hingga waktu yang tidak ditentukan,” kata bagian registrasi.
Setelah berfikir sejenak, akhirnya diputuskan saja akan rapid test di Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) F.X. dr. Suhardjo di Lantamal IX Halong, Kota Ambon. Sebab, di Kota Ambon hanya ada lima rumah sakit saja yang melayani rapid test mandiri. Selainnya di RS Bhakti Rahayu, RS Al-Fattah dan RS Sumber Hidup alias RS Gereja Protestan Maluku (GPM).
Dengan otto Passo-Kota Ambon, akhirnya rombongan pun bertolak ke tujuan. Saat di tengah jalan, Mubalig Daerah Papua Barat ditelpon oleh seorang pengurus dari Jemaat Lokal Buru, Pulau Buru, Maluku. Tidak sadar, mobil angkot sudah lewat agak jauh dari RS AL (Rumkital) dr. F.X. Suhardjo. Namun, sang sopir dengan baik hati kemudian memutarbalikkan kembali mobilnya ke arah rumah sakit.
Ternyata, bagian pendaftaran rumah sakit itu sedang sepi sehingga setelah menunggu beberapa saat akhirnya bisa langsung mendaftar. Dalam waktu yang bersamaan, ada tiga orang lagi yang mendaftar. Jadi, totalnya ada delapan orang yang mendaftar rapid test. Untuk yang satu keluarga, akhirnya dibuat jadwal terakhir.
Saat sedang menunggu, ada telpon masuk. Ternyata itu dari nomor personel TNI AL yang bertugas di Lantamal IX Halong, Kota Ambon. Setelah dikabari bahwa Mubalig Daerah Papua Barat ada di Rumkital, dia kaget. “Lho, sedang ada keperluan apa di Rumkital? Siapa yang sakit?” kata Letda Ranita, S.Tr.Kep. asal Cirebon, Jawa Barat yang sudah lima tahun bertugas di Lantamal IX Halong, Kota Ambon.
Tidak beberapa lama kemudian Letda Ranita sudah di depan pintu masuk dan langsung ke bagian pendaftaran. Setelah berbincang dengan Mubalig Daerah Papua Barat, dia langsung masuk ke ruang pendaftaran dan sambil berbincang dengan petugas pendaftaran melihat-lihat komputer registrasi. Tampaknya, ada yang mereka bicarakan berdua di dalam ruangan.
Saat berbincang dengan Letda Ranita di depan registrasi, tampak salah seorang yang diperiksa rapid test tadi keluar. Melihat tampilannya, sejak awal Mubalig Daerah Papua Barat sudah mengenali. Pastilah orang tersebut bukanlah warga sipil biasa melainkan anggota. Setelah diajak bincang, barulah yakin bahwa yang bersangkutan adalah perwira operasi intelijen dari Mabes TNI Jakarta yang sedang ditugaskan di Maluku sejak Januari 2020 lalu.
“Saya sudah keliling Maluku di 11 Kota-Kabupaten,” kata Letkol Angkatan Udara yang kini berdinas di Badan Intelijen Strategis (BAIS) Mabes TNI Jakarta tersebut. Menurutnya, sejak konflik di Maluku, dia sudah pernah ditugaskan di Ambon pada 2010, 2014 dan 2015. Untuk penugasan saat ini adalah penugasan insidental.
“Termasuk pengkondisian keamanan terkait kedatangan Menkopolhukam, Mendagri, Kapolri dan Panglima TNI nanti,” kata anggota yang nama asli di KTA-nya berinisial MS (singkatan penulis), sedangkan nama panggilannya “Jaenal” itu. Mubalig Daerah Papua Barat pun menyebutkan rencana demo penolakan terhadap kedatangan pejabat negara itu oleh ormas tertentu di Maluku, khususnya di Kota Ambon, Kab. Maluku Tengah dan Kab. Kepulauan Aru.
“Sudah dikondisikan, dan pimpinan kelompok yang akan demo tersebut sudah kita panggil,” kata dia. “InsyaAllah, semuanya akan kondusif.” Akhirnya perwira BAIS itu berpamitan bersama temannya yang intelijen lokal Maluku.
Setelah hampir tiga jam di Rumkital dr. F.X. Suhardjo Halong Kota Ambon, akhirnya semua berkas pemeriksaan pun rampung. AlhamduliLlah, usai melalui serangkaian tes kesehatan: uji darah, tekanan darah dan fisik, hasilnya semua keluarga dinyatakan negatif/non-reaktif. Setelah berkas dicek ulang, tinggal pembayaran saja.
Ternyata, pihak Rumkital sejak awal memang sudah ingin membantu. Ini terdengar dari percakapan antara bagian registrasi dengan pimpinannya. Dari lima orang yang mengajukan rapid test, hanya Mubalig Daerah Papua Barat, istri dan Putri sulung yang diperiksa. Sedangkan kedua putri lainnya, hanya dibantu saja sehingga pembayarannya tidak seluruhnya. Padahal, bila dihitung semuanya, nominalnya lumayan juga.
AlhamduliLlah, banyak sekali pertolongan Tuhan dalam melakukan rapid test tersebut. Tuhan telah mengirimkan orang-orang untuk memperlancar prosesnya. Mubalig Daerah Papua Barat merasakan semua kemudahan itu. Bahkan, untuk hal tanggal pemeriksaan pun, pihak rumah sakit sengaja menuliskan tanggal keberangkatan pesawat dan bukannya tanggal pemeriksaan rapid test itu sendiri. “Untuk kemudahan Bapak kedepannya,” kata pihak rumah sakit.[]
Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses