Pertama Kalinya Kibarkan Bendera MKAI | Gunung Botak Menjadi Saksi

Pertama Kalinya Kibarkan Bendera MKAI | Gunung Botak Menjadi Saksi
"Inilah untuk pertama kalinya bendera Majlis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia (MKAI) berkibar di kawasan Gunung Botak Kab. Manokwari Selatan, bahkan untuk di Provinsi Papua Barat. Empat orang khuddam sengaja mengibarkan bendera itu setelah menempuh perjalanan yang penuh resiko"

Masroor Library – Manokwari Selatan, Papua Barat [21/3]. Teriknya kawasan Gunung Botak di Distrik Momi Waren, Kabupaten Manokwari Selatan, Papua Barat itu tidak dirasakan oleh keempat khuddam yang sedang berada disana, Senin (21/3) siang. Dengan semangat mereka mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera MKAI di atas salah satu tanjung disana. Dengan gagahnya, kedua bendera itu berkibar bebas. Perasaan senang dan bangga membuncah dalam dada.

Keempat khuddam itu adalah Mln. Basyiruddin Aziz (Mubalig Lokal JAI Manokwari Selatan), Mln. Ahmad Hayat Heriyanto (Mubalig Lokal JAI Kota Sorong), Mln. Hamidin (Mubalig Lokal Teluk Arguni Kab. Kaimana) dan Mahmud Ahmad Keken. Atas arahan Sadr MKAI sebelumnya, bahwa suatu saat akan mengibarkan bendera MKAI di salah satu puncak gunung di Papua Barat, maka pengibaran bendera itupun dilaksanakan segera.

Gunung Botak adalah salah satu destinasi wisata lokal, regional bahkan nasional. Pemandangan alamnya yang eksotik dan kontur alam yang cocok untuk paralayang dan paramotor, sungguh menarik perhatian wisatawan. Tidak heran, bila pada hari libur, tempat ini menyedot begitu banyak orang. Meski medannya tidak rata alias naik-turun dan banyak kelokan berbahaya, namun mereka tetap menikmatinya.

Setelah membeli bendera Merah Putih di kios Kang Lili asal Majalengka (Jawa Barat) di Distrik Oransbari, rombongan lhuddam itupun bergerak meluncur ke kawasan Gunung Botak. Diperlukan waktu sekitar dua jam dengan kendaraan roda dua dari perkampungan Jemaat di Wedoni. Saat ini, jalanan lintas Manokwari Selatan ke Teluk Bintuni itu sudah relatif mulus. Dengan pemandangan yang asri sepanjang jalan, maka dipastikan perjalanan itu tidak akan membosankan.

“Gunung Botak merupakan salah satu tempat sakral bagi Suku Sough Bohon,” papar Mubalig Daerah Papua Barat, Rakeeman R.A.M. Jumaan. Pakar etnografi dan antropologi Maluku dan Papua, Papua Barat itu telah beberapa kali mengunjungi kawasan itu. “Dua lokasi sakral lainnya adalah Tanjung Tamoni dan Kali Tohumei. Ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan selama berada disana. Salah satunya adalah membakar rerumputan. Bila pamali itu dilanggar, kata suku asli itu, dikhawatirkan akan terjadi badai dan bandang.”

Suku Sough Bohon sendiri adalah suku asli Kabupaten Manokwari Selatan yang menempati kawasan Distrik Tahota dan Distrik Momi Waren. Mereka tinggal di Kampung Seimeba dan Kampung Yekwandi serta Kampung Mawi. Suku ini terdiri dari tujuh marga, yaitu marga Arhita, marga Iba, marga Mokiri, marga Sayori, marga Sibena, marga Tubes dan marga Trirbo. Salah satu ciri khas mereka adalah selektif dalam mengelola hasil alam.

Setelah beberapa saat berada di kawasan Gunung Botak dan melaksanakan shalat Dhuhur jamak Ashar di salah satu saung, keempatnya kemudian meninggalkan lokasi pengibaran bendera tersebut. Ketika melewati ibukota Kab. Manokwari Selatan di Ransiki, mereka mampir ke salah satu warung bakso dekat pendopo Bupati untuk sekedar mengganjal perut. Cuaca panas di Manokwari Selatan menyebabkan pengaruh tertentu.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan sepanjang ratusan kilometer, akhirnya keempat khuddam itupun tiba kembali di pemukiman Jemaat di Kampung Wedoni. Suatu amanat telah ditunaikan. Bendera MKAI telah berkibar di kawasan Gunung Botak. Ini menjadi pertanda kebangkitan khuddam di Daerah Papua Barat. MKAI Zindahbad! []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags: ,

No Responses

Tinggalkan Balasan