Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI DAERAH PAPUA BARAT [9/8]. Istilah “Nusantara” memiliki pemahaman yang berbeda-beda di beberapa tempat. Dalam kehidupan sehari-hari di Papua Barat, khususnya, istilah ini bukan hanya untuk menyebutkan Indonesia melainkan juga memiliki makna peyoratif. Ketika disebutkan “Nusantara” maka artinya adalah pendatang alias bukan pribumi. Sebab yang dianggap pribumi sendiri adalah orang asli Papua (OAP).
Istilah Nusantara dalam makna peyoratif ini disebutkan juga oleh pembawa acara (MC) Pagelaran Seni dan Budaya dalam Memperingati Hari Masyarakat Adat se-dunia yang dihelat Dewan Adat Papua (DAP) Wilayah III Doberay bertempat di halaman depan Kantor DAP, Jl. Ciliwung, Sanggeng, Manokwari Barat, Manokwari, Senin (9/8) sore.
“Selain kepala suku pribumi, disini juga hadir kepala suku Nusantara. Disini ada dari Paguyuban Jawa, Paguyuban Pasundan, Paguyuban Bali, Paguyuban Halmahera (Maluku) dan lainnya,” katanya. “Kita akan menyaksikan penampilan dari tiap-tiap suku tersebut. Diharap agar bersiap-siap. Penampilan pertama dibawakan oleh suku Arfak dengan tarian ular.”
Tampak di kursi barisan depan duduk Mubalig Daerah Papua Barat diapit oleh Ketua DAP Wilayah III Doberay dan Kepala Suku Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA). Sementara kursi sebelah kanan lagi diisi oleh Pdt. Soleman Menufendu, M.Th., Bidang Keagamaan DAP Wilayah III Doberay dan pendeta dari GKI Sion, Sanggeng. Di belakang duduk perwakilan dari masyarakat adat dan masyarakat pada umumnya.
Usai pertunjukan seni, diakhiri dengan foto bersama dengan tiap-tiap perwakilan suku. Acara hari ini merupakan Puncak acara Peringatan Hari Masyarakat Adat Sedunia yang mengusung tema: Selamatkan Manusia, Tanah dan Sumber Daya Alam Papua. Beberapa hari sebelumnya juga dilangsungkan seminar dengan menghadirkan Ketua Sekolah Tinggi Hukum (STH) Manokwari, Dr. Filep Wamafma, S.H., M.H. yang juga anggota DPD RI asal Papua Barat.
Karena di bagian lain Indonesia, Jemaat sedang mengalami intimidasi. Oleh sebab itu Mubalig Daerah Papua Barat menyampaikan informasi kepada Kepala Suku FLOBAMORA agar menggunakan pengaruh adatnya supaya masalah disana bisa selesai dengan segera. Pendekatan adat biasanya lebih efektif dibandingkan pendekatan lainnya.
Clinton Tallo sebagai Kepala Suku Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA) menyampaikan bahwa di Papua Barat ini ada sekitar 30 ribu orang NTT. Sebanyak 10 ribu di antaranya terdapat di Kabupaten Manokwari. “Di NTT sebenarnya situasi keagamaan sangat kondusif dan toleran. Saat terjadi bencana badai di NTT, saya mengantarkan bantuan dari Pemerintah Daerah Papua Barat dan masyarakat sebesar dua milyar,” katanya menjelaskan. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
Kunjungan Pendeta Ony ke Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia
No Responses