Pererat Hubungan Sesama Orang Indramayu di Perantauan | Mubalig Daerah Papua Barat Kembali Kunjungi Distrik Sidey

Pererat Hubungan Sesama Orang Indramayu di Perantauan | Mubalig Daerah Papua Barat Kembali Kunjungi Distrik Sidey
"Kalau Lebaran nanti ajak istri dan anak-anak kemari. Kita kumpul-kumpul disini. Ada rambutan, pete, ikan, ayam, bebek, bisa dinikmati."

Masroor Library – Sidey Jaya, Papua Barat [30/1]. Ucapan tersebut disampaikan oleh Pak Irsad sesaat sebelum Mubalig Daerah Papua Barat meninggalkan rumah beliau di Kampung Sidey Makmur, Distrik Sidey Jaya, Kab. Manokwari, Minggu (30/1) siang. Orang asal Kertasemaya, Indramayu tersebut terlihat sangat senang dikunjungi. Meskipun baru pertama kali jumpa, suasana terasa sangat cair. Bahasa Jawa Dermayu menjadi jembatan yang mempererat hubungan.

Setelah berbincang di ruang tamu, Mubalig Daerah Papua Barat yang didampingi Sekr. Tablig JAI Manokwari sekaligus Qaid MKAI Manokwari Bpk. La Ode Mutiali pun diajak ke halaman belakang.

“Kita lihat-lihat kandang ayam dan rawa,” kata transmigran asal Indramayu sejak 1992 tersebut.

Ternyata, di belakang rumahnya, ada beberapa kandang ayam serta tiga buah kolam ikan.

“Ayam saya ada sekitar 500 ekor. Sedangkan bebek ada 50 ekor, entog dan bebek peking serta ayam Arab. Bila Natal, banyak yang mencari kemari. Kemarin saja, untuk Natal dan Tahun Baru, sebanyak 160 entog habis terjual. Begitu juga ratusan ekor ayam,” kata adik dari Ibu Masyitoh serta kakak dari Ibu Juminah tersebut.

Setelah puas bertamu, Mubalig Daerah Papua Barat dan Sekr. Tablig JAI Manokwari pun bergerak meninggalkan Kampung Sidey alias SP 11 menuju ke Pantai Sidey. Selama beberapa lama di Pantai Sidey, keduanya lalu bergerak lagi ke arah SP 9 alias Kampung Sidey Jaya. Tujuannya adalah mengunjungi Ibu Masyitoh, kakak Pak Irsad.

Berbekal patokan dari Pak Irsad, akhirnya rumah Ibu Masyitoh pun ditemukan. Meskipun sempat nyasar, ternyata lokasi rumah itu mudah ditemukan. Sebuah mushala dan warung berada di dekatnya. Tampak Ibu Masyitoh sedang membersihkan halaman samping rumah. Begitu melihat tamu, langsung mempersilakan masuk. Suami Ibu Masyitoh ternyata juga sedang ada di rumah.

Rumah papan itu belum memiliki pagar halaman. Tampak tiga ekor entog dan seekor bebek peking berada di halaman.

“Itu diberi Pak Irsad,” kata Ibu Masyitoh yang sebelumnya tinggal di Kampung Waramui. Di halaman sebelah kanan rumah, singkong kayu ditanam dan daunnya sudah rimbun menghijau. “Tanah ini berukuran 25×50 meter. Kami membelinya dari penduduk lokal.”

Dari hasil perbincangan itu, baik dengan Pak Irsad dan Ibu Masyitoh banyak hal yang didapat. Semua database itu akan memperkaya pemetaan pertabligan terutama mengenai jaringan orang Indramayu di Sidey dan umumnya di Papua Barat. Begitu juga mengenai sikap keagamaan mereka dan prospeknya terhadap perkembangan Jemaat.

Perjalanan dari Manokwari ke Sidey itu menghabiskan waktu sekitar delapan jam lamanya. Empat jam untuk perjalanan pergi-pulang dan sisanya untuk berkeliling dan perbincangan. Sepanjang perjalanan pulang, hujan rintik dan udara dingin sangat dirasakan. Menjelang Isya, keduanya telah tiba kembali di Rumah Missi (kontrakan) Mubalig Daerah Papua Barat di bilangan Kodam XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan