Pengorbanan Hewan di Papua Barat

Pengorbanan Hewan di Papua Barat
"Aku berpandangan bahwa pengurbanan-pengurbanan yang ada dalam Syariat kita yang mulia ini telah keluar dari batas perhitungan serta telah melampaui pengurbanan-pengurbanan umat para nabi terdahulu, banyaknya kurban-kurban hingga mencapai batas permukaan bumi tertutupi dengan darah-darahnya …." (Khutbah Ilhamiyah, hlm. 1)

Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Daerah Papua Barat [7/6]. Perhitungan Idayn alias Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha selalunya maju 11 hari dari tahun sebelumnya. Bila pada tahun 2020, misalnya, Idul Fitri jatuh pada 24 Mei 2020, maka pada tahun 2021 akan maju 11 hari menjadi 13 Mei 2021. Begitu juga bila Idul Adha tahun 2020 lalu jatuh pada 31 Juli 2020, maka tahun 2021 ini diperkirakan akan jatuh pada 20 Juli 2021. Siklus ini akan tetap berjalan seperti itu.

Begitu juga pandangan Hadhrat Masih Mau’ud AS Pendiri Jemaat Ahmadiyah yang menyatakan bahwa pengorbanan akan selalu meningkat ini cukup beralasan. Sebab memang jumlah binatang ternak dan populasi manusia khususnya Muslim dari waktu ke waktu semakin meningkat. Termasuk kesadaran untuk berkorban juga grafiknya selalu naik. Sebab dalam suatu agama perayaan akan selalu diperingati secara meriah dan penuh suka cita.

Tidak terkecuali untuk di Papua Barat. Baik di internal maupun eksternal Jemaat animo pengorbanan selalu meningkat. Pada hari-hari kurban, daging-daging tak terhitung banyaknya. Bahkan di suatu Distrik, mereka kesulitan untuk mendistribusikannya karena jumlah muslim di lokasi itu sangat sedikit. Akhirnya tiap KK bisa mendapat lebih dari satu kilogram daging. Bahkan ada yang mendapat lebih dari itu.

Untuk internal Jemaat sendiri, berdasarkan pengamatan, kurban hewan di Daerah Papua Barat selalu meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Bila pada 2019 jumlah hewan korban minim, maka tahun 2020 lalu mengalami peningkatan. Untuk di Manokwari saja ada satu ekor sapi dan satu ekor kambing. Begitu juga untuk di Kabupaten Manokwari Selatan, Kabupaten Kaimana dan Kota Sorong masing-masing seekor kambing.

Untuk tahun 2021 rencananya akan dikurbankan sebanyak lima ekor sapi. Kelima ekor sapi itu berasal dari Program Tabungan Qurban “Maret Masse” Daerah Papua Barat yang dicanangkan oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Sejak dibuka awal Juni 2021 lalu, jumlah yang ikut program ini sebanyak 35 orang. Mereka berasal dari anggota Jemaat di dan luar Daerah Papua Barat. Ada yang dari Jakarta, ada juga yang dari Bandung.

Dari 35 peserta Tabungan Qurban itu, 32 orang (91,43%) sudah melunasinya. Sedangkan tiga orang lagi (3,57%) masih berproses. Untuk tiap peserta diwajibkan memiliki simpanan sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah). Ini berdasarkan estimasi harga sapi disini. Bila satu ekor kisaran harganya antara Rp 7-8 juta, maka tiap orang hanya cukup menyimpan tabungan sejumlah itu saja.

Untuk memastikan harga sapi di Papua Barat, Mubalig Daerah Papua Barat bersama Sekr. Tablig JAI Manokwari juga telah melaksanakan survey langsung ke sentra peternak sapi di daerah SP 1 Prafi, Manokwari. Diperoleh informasi bahwa tahun 2020 lalu masih ada sapi yang harganya Rp 6 jutaan untuk sapi liar. Di Maluku dan di Papua Barat, sapi jenis ini disebut “sapi tunjuk” alias “sapi syahadat”.

Sedangkan untuk sapi peliharaan harganya bisa lebih mahal sedikit. Tahun lalu di atas Rp 10 jutaan. Namun dari segi kuantitas dan kualitas daging, sapi peliharaan ini lebih sedikit dan kurang bagus dibandingkan daging sapi liar. Meskipun harganya lebih murah, tetapi daging sapi liar bisa lebih banyak dan lebih bagus dibanding sapi peliharaan. Ini fakta yang diketahui oleh para pengguna daging sapi disini.

Meskipun Idul Adha 1442 H/2021 M masih sebulan lebih lagi, Daerah Papua Barat telah mempersiapkan pelaksanaan pengorbanan hewan itu jauh-jauh hari. Ini dilatarbelakangi oleh kenyataan, bahwa begitu mendekati hari H, harga sapi dipastikan akan naik. Untuk di Papua Barat, ada perbedaan antara membeli sapi langsung ke petani sapi dengan melalui penjual/pengepul.

Bila melalui penjual maka harga bersih akan diperoleh. Kita tinggal bayar harga sapi plus bea transportasi. Sapi itu akan diantarkan pada waktunya nanti. Tetapi bila kita membeli dari petani dan menitipkannya, maka ada bea pemeliharaan dan transportasi yang lumayan besar.

“Sebaiknya membeli sapi lewat penjual saja bila tidak ada yang merawatnya hingga Idul Adha. Sebab, bila dihitung-hitung, harganya bersih dan kita tidak khawatir dibanding bila dirawat sendiri atau dititipkan pemeliharaannya ke petani,” kata La Rahman, warga SP 1 Prafi yang biasa mencarikan sapi dan masih saudara anggota Jemaat Manokwari, Pak La Waku dan Pak Abidin.

Semoga pengorbanan hewan di Papua Barat ini semakin meningkat dari waktu ke waktu. Semoga tahun ini semakin banyak yang mendapat karunia melaksanakan syariat dan syiar Islam ini. []

Disusun oleh:
Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan