Mubda Papua Berikan Kuliah Singkat | Lebih Dekat dengan Suku Ayfat

Mubda Papua Berikan Kuliah Singkat | Lebih Dekat dengan Suku Ayfat

“Selain minyak bumi, batubara, emas, batu gamping, batu kapur, seng, tembaga, bahkan uranium pun ditemukan jejaknya di salah satu cekungan, yaitu di Kab. Teluk Bintuni. Bila dikelola dengan baik, minyak tanah di Mogoi dan Wasian saja jumlah cadangannya ada sekitar 339 juta barel. Bila dihitung total, maka akan ada 432 triliun lebih.”

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [10/4]. Kendaraan roda dua yang dikemudikan Mubalig Daerah Papua Barat itu meluncur meninggalkan kawasan Arfai 2, Senin (10/4) sore. Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit lamanya, kendaraan itupun memasuki gerbang komplek Sekretariat Ikatan Mahasiswa Karef Hamit Ayfat (IMKHA) di Amban, Manokwari Barat. Mubalig Daerah Papua Barat memarkir kendaraan di teras samping rumah semi permanen itu.

“Mohon maaf, Pak, kondisi Sekretariat kami masih sederhana. Kami sebenarnya malu menerima Bapak di tempat ini. Tetapi karena Bapak tidak masalah dengan kondisi ini, maka kami terpaksa menerima disini,” ungkap Ati Novena Kocu, Ketua Ikatan Mahasiswa Karef

Hamit Ayfat (IMKHA) Kota Studi Manokwari didampingi puluhan mahasiswa asli Papua yang menyambut di depan Sekretariat.
Sekretariat IMKHA memang masih terbilang sederhana. Rumah semi permanen itu terbuat dari plesteran semen dan dinding kayu. Dua buah kamar terdapat di dalam sebelah kanan, sementara dapur berada di bagian belakang. Sebuah ruang panjang mirip aula terletak di sebelah kiri. Semua dindingnya terbuat dari papan. Untuk atap menggunakan seng yang sudah mulai berkarat.

Mubalig Daerah Papua Barat dipersilakan duduk di atas alas poster yang dijadikan sebagai tikar. Sementara mahasiswa yang hadir, duduk mengikuti arah dinding berbentuk huruf U. Satu per satu Mubalig Daerah menanyakan marga dari mahasiswa yang hadir. Ternyata semuanya berasal dari Suku Ayfat dengan aneka marganya: Kocu, Kurain, Kosamah, Naa, Tenau, Turot, Kosyo dan lainnya.

Selama hampir satu jam Mubalig Daerah pun menyampaikan paparan mengenai Sejarah, Etnografi dan Antropologi Suku Ayfat. Berbekal pengalaman empiris tinggal di tengah Suku Ayfat dan marga-marganya, Mubalig Daerah Papua Barat dengan lancar menyampaikan materi tersebut. Ini yang membuat mahasiswa Papua itu menjadi terbengong. Sebab, mereka sendiri belum pernah sampai ke lokasi yang disebutkan.

Apalagi, saat Mubalig Daerah menyebutkan ada persamaan antara tradisi yang ada di suku-suku di Maluku dan Papua dengan tradisi orang-orang Ibrani (Yahudi). Ternyata, mereka membenarkan bahwa di dalam suku mereka sendiri, beberapa tradisi itu dulu pernah ada. Misalnya tradisi mengasingkan wanita yang haid/nifas, tradisi sunat di dalam air dan sebagainya.

“Menurut persebaran gen, ada gen Yahudi yang telah sampai di Maluku dan Papua sejak 50 ribu tahun lalu. Mereka berasal dari Suku Menasye dan disebut The Lost Tribe of Jews,” papar Mubalig Daerah Papua Barat yang dibenarkan oleh beberapa mahasiswa. “Bahkan, beberapa nama lokasi di Maluku dan Papua, disinyalir berasal dari bahasa Ibrani.”

Terkait bahasa-bahasa, Mubalig Daerah Papua Barat menyampaikan terkait diskursus Pendiri Jemaat Ahmadiyah, bahwa “induk dari semua bahasa di dunia adalah bahasa Arab” (al-‘arabiyyata ummu likulli alsinaat). “Semua kosakata dalam bahasa lain, dapat dikembalikan ke bahasa Arab dengan tepat dan akurat, termasuk bahasa Inggris,” pungkas pakar manuskrip kuno (Filolog) di Maluku dan Papua tersebut.

Karena ada mahasiswa yang memiliki ibu berasal dari Timika, maka Mubalig Daerah Papua pun menyebutkan sebuah pengalaman saat di Pakistan. Yaitu pernah mengunjungi kawasan tambang garam bawah tanah di Khwora, Punjab, Pakistan. “Disana, di bawah kedalaman sekitar 4000 meter di dalam tanah terdapat kampung, pasar dan situs lainnya. Ini mirip dengan di Freeport, Timika.”

Terkait kandungan sumber daya alam di Papua, Mubalig Daerah menyebutkan bahwa ada delapan cekungan hidrokarbon (basin) di Papua yang sangat potensial dengan beberapa formasinya. Sayangnya, baru dua saja yang dikelola meski belum maksimal. Misalnya di Salawati, di Sumuri dan di Klamono. Bahkan di Pulau Gag ditemukan kandungan nikel yang berlimpah.

“Selain minyak bumi, batubara, emas, batu gamping, batu kapur, seng, tembaga, bahkan uranium pun ditemukan jejaknya di salah satu cekungan, yaitu di Kab. Teluk Bintuni. Bila dikelola dengan baik, minyak tanah di Mogoi dan Wasian saja jumlah cadangannya ada sekitar 339 juta barel. Bila dihitung total, maka akan ada 432 triliun lebih.”

Usai pemaparan, acara dilanjutkan dengan ramah-tamah sambil menyantap hidangan makanan dan minuman yang telah disediakan. Beberapa pertanyaan kembali diajukan oleh beberapa mahasiswa tersebut. Terutama mengenai sejarah di Papua, khususnya jejak peninggalan purba dan Perang Dunia II. Dengan santai, Mubalig Daerah menjawab dua pertanyaan ini.

“Pada April 2021, telah diketemukan jejak manusia purba di Tambrauw. Mereka tinggal di goa-goa dekat aliran air di lembah. Menurut artefaknya, mereka telah menggunakan gerabah dan peralatan dari batu dan kayu. Sedangkan Perang Dunia II atau Perang Pasifik, memang boleh dibilang memiliki pusat epicentrum di Papua. Maka Papua disebut sebagai theatre of Pasific.”

Karena sudah agak malam, sedangkan Mubalig Daerah harus kembali ke rumah yang memerlukan waktu sekitar 40 menit perjalanan dengan sepeda motor, maka acara kemudian ditutup. Ketua IMKHA Kota Studi Manokwari, Ati Novena Kocu pun menyampaikan terimakasih. Setelah berpamitan dengan semua hadirin, akhirnya Mubalig Daerah Papua Barat pun kembali ke RDM di Arfai 2 dengan menerobos kegelapan malam dan sepinya jalanan. []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan