Mubalig Daerah Papua Barat Berikan Wawasan Manuskrip Islam Kepada Ketua MUI Papua Barat

Mubalig Daerah Papua Barat Berikan Wawasan Manuskrip Islam Kepada Ketua  MUI Papua Barat
"Ustad akan kami ajak melakukan Safari Ramadhan untuk menggali sejarah Islam di tempat-tempat di Papua Barat yang akan dikunjungi nanti."

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – Warta “JANG-E-MUQADDAS” JAI Daerah Papua Barat [3/3]. Mobil Innova berwarna putih susu itu tampak sedang diperbaiki, Rabu (3/3) malam. Roda belakangnya tampak baru saja dicopot. Beberapa anak kecil terlihat bermain di dekat mobil itu. Seorang lelaki dewasa menemani anak-anak itu. Ya, dialah Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat, Ust. Ahmad Nasraw, S.Pd.I., M.M.

“Roda mobil ini kena paku dan tembus meskipun ini ban tubeless,” kata pria kelahiran Kaimana itu setelah menjawab salam Mubalig Daerah Papua Barat. Setelah menempuh perjalanan selama hampir 30 menit dari rumah missi, akhirnya Mubalig Daerah pun tiba di rumah orang nomor satu MUI Papua Barat itu di Komplek Perumahan Manorian, Reremi Puncak, Manokwari.

“Mohon maaf, rumah dalam keadaan berantakan. Maklum anak-anak habis bermain di ruang tamu,” kata ayah lima anak itu sambil mempersilakan duduk di sofa ruang tamu. Ruangan itu sendiri berukuran sekitar 16 meter persegi. Dua buah bingkai tergantung di atas dinding. Salah satunya berbentuk kaligrafi yang harganya ditaksir sekitar empat jutaan.

“Mohon maaf lagi, baru sekarang bisa berjumpa,” kata alumnus jurusan Pendidikan Agama Islam dan Magister Manajemen yang malam itu mengenakan jubah garis-garis sambil mengenakan kopiah hitamnya. “Sudah lama saya ingin jumpa dan bincang dengan Ustad di rumah, tetapi baru sekarang bisa terlaksana.”

Ayah dari Nafsiah Muthmainnah itu menerangkan banyak hal mengenai Sejarah Islam di Tanah Papua terutama di Papua Barat. Peran Ustad Fadzlan Garamatan juga sekilas disinggung, meski agak negatif. “Ustad Fadzlan sudah menerima buah-buah dari usahanya. Popularitasnya tidak sebanding dengan penyiaran dakwah di Papua. Gelar “Ustad Sabun” itu sebenarnya merupakan sindiran,” kata dia menjelaskan.

Mubalig Daerah Papua Barat juga menjelaskan kaitan Ustad Fadzlan Garamatan dan eksistensi manuskrip kuno Islam di Fakfak. Dikatakan, bahwa Ustad Fadzlan telah membuat Sejarah Islam di Fakfak menjadi quasi-ilmiah. Hal itu diamini oleh Ketua MUI Provinsi Papua Barat.

“Tidak ada peran signifikan dari dakwah yang dilakukan oleh Ustad Fadzlan dan AFKN di Tanah Papua!” kata Nasraw menegaskan.

Ketika menyinggung upaya dakwah kepada suku-suku asli Papua, Ketua MUI itu menyinggung suku Kokoda dan Irarutu. “Suku Kokoda sangat sulit berkembang. Padahal dulu mereka menguasai wilayah Sorong. Kini posisi mereka tergeser oleh suku Ayamaru yang Kristen,” katanya menyesalkan.

Mubalig Daerah menambahkan, bahwa saat ini beberapa teman Ustad sedang membina suku Kokoda yang ada di Korewatara dan Migori serta Kurwato. Beberapa foto suku Kokoda di Kabupaten Sorong Selatan pun diperlihatkan, termasuk Masjid “Jabal Qubbais” dan SD Inpres No. 19 Korewatara, Distrik Kokoda, Kabupaten Sorong Selatan.

Perbincangan berikutnya adalah terkait peran Kesultanan Tidore dan dakwah Islam di Papua. Ada statemen beliau yang sangat mengejutkan, bahwa Sultan Tidore tidak memiliki niat untuk dakwah Islam di Papua. “Sultan hanya punya kepentingan politik dan pemerintahan serta bisnis saja. Coba kalau niatnya dakwah, seluruh Papua mungkin sudah menjadi muslim,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Mubalig Daerah menanggapi bahwa Tanah Papua yang “kafir” memang sudah diserahkan kepada para Pekabar Injil (PI) untuk digarap. Meskipun sebelum kedatangan mereka, komunitas Islam sudah ada di Teluk Doreh Manokwari. Termasuk penduduk Muslim juga yang menguburkan pelayan Alexander Russel Wallace, ahli botani internasional yang meninggal saat tinggal di Teluk Doreh.

“Itu artinya, sudah ada komunitas Muslim di Manokwari, jauh sebelum pekabaran Injil oleh Ottow dan Geissler,” simpul Mubalig Daerah Papua Barat. “Sebab mereka menguburkan pelayan Wallace yang muslim itu dengan tata cara penguburan Islam di Pasir Putih itu.”

Ketua MUI Provinsi Papua Barat menyatakan sangat senang bisa berjumpa dan bincang dengan Mubalig Daerah Papua Barat. Menurutnya, tahun ini MUI Provinsi akan melaksanakan agenda Safari Ramadhan lagi ke seluruh Kabupaten di Papua Barat. “Ustad akan kami ajak melakukan Safari Ramadhan untuk menggali sejarah Islam di tempat-tempat yang akan dikunjungi nanti.”

Menurut dia pula, beberapa kajian mengenai Sejarah Islam di Papua Barat berdasarkan jejak manuskrip kuno Islam juga akan dilakukan. “Saya minta Ustad yang menjadi narasumbernya,” pintanya sambil menerangkan rencana pendirian museum manuskrip kuno di Papua Barat yang bertempat di komplek Gedung MUI Provinsi Papua Barat.

Pertemuan selama hampir dua jam itu terasa sangat cair dan lancar. Karena sudah malam dan perjalanan lumayan jauh, akhirnya Mubalig Daerah menyatakan pamit akan kembali pulang ke rumah. Ketua MUI menawarkan, bila akan ke Teluk Bintuni nanti supaya berjumpa Ketua MUI Kabupaten Teluk Bintuni yaitu Ustad Ahmad Subuh Rafideso, S.H.I. yang asli marga disana. []

Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

No Responses

Tinggalkan Balasan