Menikmati Suasana Dalam Perjalanan | Mencicipi Jalanan Yang Dibangun Oleh Uyleman

Menikmati Suasana Dalam Perjalanan | Mencicipi Jalanan Yang Dibangun Oleh Uyleman
"Their communication and supply line to the outside is by amphibious plane, which is scheduled to make weekly appearances. The only other contact is by foot over at rail to the southcoast, adevious route over rough terrain."

Masroor Library – Kota Sorong, Papua Barat – [13/6]. Slusin personel KODIM 1809 Maybrat itu bersiaga sambil memegang senjata laras panjang jenis SS atau AK-47. Usai foto bersama antara Mubalig Daerah Papua Barat, Wakabintal KODAM XVIII/Kasuari dan Dandim 1809 Maybrat, mobil yang dikemudikan oleh Pasi Intel KODIM 1809 Maybrat itu meluncur meninggalkan Ayamaru, Kab. Maybrat.

Meskipun situasi keamanan di Kab. Maybrat dianggap “landai” tetapi personel tetap berjaga dengan kewaspadaan tinggi. Begitu juga saat Mubalig Daerah Papua Barat dan Wakabintal KODAM XVIII/Kasuari berada disana, pengamanan tertutup (pamtup) tetap dilaksanakan. Selama empat hari di Ayamaru, terlihat Pasi Intel KODIM 1809 Maybrat selalu membawa Berreta M92 di pinggang kanannya.

Perjalanan dari Ayamaru ke rest area KM 82 ditempuh dalam waktu dua jam lamanya. Tepat pkl. 14:00 WIT, rombongan telah tiba di rest area di Kampung Sayosa, Kab. Sorong. Artinya jarak sejauh hampir 100 kilometer telah dilalui. Masih tersisa 82 kilometer lagi yang harus ditempuh hingga tiba di Tugu Merah. Rombongan kemudian beristirahat sejenak sambil menikmati santap siang atau sekedar minum kopi.

Setelah shalat Dhuhur dan santap siang, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan tepat pkl. 15:00 WIT. diperkirakan, hanya dalam waktu satu jam saja, rombongan akan tiba di Kota Sorong. Sayangnya, hujan yang mengguyur di beberapa titik sepanjang perjalanan menyebabkan kecepatan diperlambat.

Apalagi, saat melintasi jalanan dengan coran semen. Kondisi ini sangat berbahaya bila hujan atau jalan lembab berlumut. Terkadang kendaraan akan sukar dikendalikan. Sekali direm mendadak, mobil akan tetap jalan. Begitu juga, sangat berbahaya melewati batas pinggir coran semen sebab akan tergelincir dan bisa-bisa masuk ke jurang yang menganga di kanan-kiri jalan.

Saat melintasi Klamono, tampak pompa minyak masih berfungsi memompa piston dan mengalirkan minyak mentah ke dalam pipa. Untuk sejenak rombongan pun berhenti dan mengabadikan momen tersebut. “Pompa inilah yang pada masa Perang Dunia II akan difungsikan kembali oleh Jenderal Douglas MacArthur, komandan Sekutu saat itu, untuk memenuhi kebutuhan avtur pesawat,” papar Mubalig Daerah Papua Barat.

Setelah melalui perjuangan yang lumayan panjang dan melelahkan, akhirnya rombongan pun tiba di Tugu Merah, di SP-1 Kab. Sorong. Karena ada yang akan diambil, akhirnya mobil meluncur ke arah pemukiman penduduk. Ternyata, itu adalah rumah salah seorang personel yang bertugas di KODIM 1809 Maybrat.

Setelah hampir 30 menit disana, rombongan pun kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Sorong. Saat melintasi jalan setelah Pasmar 3 Kota Sorong, jalanan terlihat banjir. Banyak mobil dan sepeda motor yang terjebak banjir itu. Namun, karena airnya tidak terlalu tinggi, mobil dan motor masih bisa melintasi. Tetapi kekhawatiran akan mogok ditengah jalan, masih tetap ada.

Mobil itu mengantarkan Mubalig Daerah Papua Barat ke kilometer 12 dimana rumah missi JAI Kota Sorong berada. Mubalig Daerah Papua Barat merasa bersyukur sebab semua kegiatan dan perjalanan dapat berjalan dengan lancar. Agenda kunjungan selama tiga hari di Ayamaru, Kab. Maybrat itu dapat dilaksanakan dengan mulus.

Saat perjalanan dari Ayamaru ke Sorong itulah Mubalig Daerah Papua Barat dapat membayangkan bagaimana dulu orang-orang di Ayamaru harus berjalan kaki menuju Teminabuan atau Sorong. Jalan setapak di antara perbukitan, sungai dan lembah menjadi jalur mereka. Jalanan yang hingga kini pun masih terasa sulit dilalui.

Saat itu belum ada kendaraan yang dengan cepat dapat mengantarkan mereka ke tujuan. Benarlah apa yang ditulis oleh H.G. Barnet dalam paper ilmiahnya, Peace and Progress in Nieuw Guinea, di atas. Dan, betapa pentingnya jasa Raja Kambuaya, Bobot Hwaintake Abraham Kambuaya yang telah merintis jalan dari Ayamaru ke Sorong sekitar tahun 1961. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Makeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan