Literasi Keberagaman Bagi Milenial Untuk Solusi Tangani Konflik di Masyarakat

Literasi Keberagaman Bagi Milenial Untuk Solusi Tangani Konflik di Masyarakat
"Negeri Batu Merah ini memiliki penduduk sebanyak 75 ribu jiwa. Itu artinya setara dengan suatu kabupaten di Maluku, yaitu Kabupaten Buru Selatan dan Kabupaten Kepulauan Aru. Oleh sebab itu permasalahan sosial dan kriminal juga sering terjadi disini."

Masroor Library – Kota Ambon, Maluku [28/12-2021]. Ruangan Perpustakaan Hatukau Negeri Batu Merah mulai dipenuhi hadirin. Bangku dan kursi yang ditata sedemikian rupa mulai terisi penuh. Di depan, sebuah layar proyektor terpacak tegak di sebelah kanan. Sebuah meja panjang dan bangku kayu diletakkan di bawah rak buku. Persiapan acara Selasa (28/12) malam itu sudah rampung.

 

Di layar proyektor tadi terpampang acara yang akan dilaksanakan: Dudu Bacarita. Temanya mengenai Literasi Keberagaman Sebagai Solusi Menangani Konflik Multikultural di Kalangan Pemuda dan Komunitas. Dua orang narasumber plus seorang komedian stand up telah siap beberapa saat sebelumnya. Mereka adalah Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan (Mubalig Daerah Papua Barat), M. Arlis Lisaholet (Pjs. Kepala Pemerintahan Negeri Batu Merah) dan Aldi Fahrezy (komika).

Acara diawali dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan doa pembuka oleh Mln. Ahmad Hasan (Mubalig Daerah Maluku) dan langsung masuk ke acara inti setelah sebelumnya moderator memberikan sepatah-dua patah kata pembuka. Mubalig Daerah Papua Barat mendapat giliran yang pertama menyampaikan paparannya.

“Sejak dulu, Kota Ambon dan Maluku pada umumnya adalah kosmopolitan. Ambon terbentuk dari keanekaragaman bangsa, budaya dan tradisi. Sejak masa Singhasari lalu Majapahit pun telah datang kesini. Begitu juga bangsa-bangsa Eropa (Portugis, Belanda, Inggris, Spanyol) juga sejak beberapa abad lalu telah menginjakkan kakinya di Maluku,” papar peraih Penghargaan Ikon Prestasi Pancasila 2021 Kategori Sosial Enterpreneur dan Kemanusiaan dari BPIP RI tersebut.

“Literasi berbasis pada tulisan. Kemampuan tulis-baca menjadi modal utama untuk membentuk suatu peradaban dan sejarah. Namun, meskipun kita bisa membaca, tetapi bila aksesnya tertutup (termeterai), maka kita tetap saja tidak akan membacanya,” lanjutnya sembari mengutip Yesaya Pasal 29 nats 11 dan 12 dalam bahasa Ibrani dan Urdu.

Oleh sebab itu, terkait dengan konflik multikultural di kalangan pemuda atau komunitas, memerlukan banyak sekali pembekalan literasi. Dan, acara semacam ini merupakan salah satunya. “Dimana satu sama lain saling berinteraksi dan berkegiatan bersama. Sehingga hasilnya, mereka melupakan hal-hal lainnya yang tidak substansif.”

Sedangkan Pjs. Kepala Pemerintahan (Raja) Negeri Batu Merah M. Arlis Lisaholet menuturkan, bahwa penangan terhadap konflik dan kenakalan pemuda di Negeri Batu Merah sudah mulai diurai. Beberapa patroli dilakukan termasuk lokalisir kasus agar tidak semakin melebar dan membesar yang akhirnya bisa menjadi konflik antar kampung.

Komika stand up Aldi Fahrezy pun menyampaikan narasinya mengenai orang Buton dan kekhasannya. Lawakan Aldi membuat suasana menjadi cair dan santai. Beberapa peserta bahkan ada yang tergelak mendengar lawakannya. Banyak sentilan yang dilontarkan oleh Aldi, baik untuk pemuda maupun untuk pemerintah.

Setelah itu beberapa peserta mengajukan pertanyaan kepada kedua narasumber. Ada tiga penanya yang menyampaikan: seorang guru, seorang mahasiswa dan seorang auditor keuangan. Sosok Pattimura pun ditanyakan oleh penanya pertama yang adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar di Batu Merah. Adapun pertanyaan kedua terkait dengan makna multikultural yang dianggapnya telah mengalami perubahan. Sedang penanya ketiga fokus pada agenda literasi keberagaman.

Satu persatu semua pertanyaan itu dijawab oleh narasumber. Untuk pertanyaan pertama, setelah dijawab oleh narasumber, kemudian diusulkan agar ada kajian khusus mengenai hal itu. Sedangkan terkait makna multikultural yang telah mengalami perubahan dijawab oleh Mubalig Daerah Papua Barat. Terkait agenda literasi keberagamaan, narasumber memaparkan bahwa itu sudah ada buku pedomannya.

Pemberian cinderamata pun dilakukan. Setiap narasumber mendapatkan foto diri lukisan tangan yang digambar oleh salah seorang panitia bernama Aldi. Berikutnya, peserta yang mengajukan pertanyaan mendapatkan give away alias doorprize dari panitia. Ada headset, ada juga abon ikan yang diproduksi sendiri oleh pengurus Perpustakaan Hatukau.

Foto bersama pun dilakukan dengan seluruh hadirin yang ada di lokasi acara. Sedangkan yang via daring melalui IG Perpustakaan Hatukau, diatur oleh panitia. Dalam kesempatan itu juga Mubalig Daerah Maluku menyerahkan buku Sumbangsih Ahmadiyah bagi Negeri untuk Perpustakaan Hatukau Negeri Batu Merah, Kota Ambon. Mubalig Daerah Papua Barat telah membawa buku itu langsung dari Manokwari untuk keperluan rabtah di Ambon, Maluku. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan