Literasi Budaya Menjadi Tema Perbincangan dengan Tetamu Mahasiswa

Literasi Budaya Menjadi Tema Perbincangan dengan Tetamu Mahasiswa

“Kami selalu tertarik dengan tulisan Abang mengenai sejarah dan etnografi. Tidak ada orang lain yang seperti Abang. Meskipun baru beberapa tahun di Papua Barat, Abang malah melampaui kami dalam hal sejarah, etnografi dan perjalanan. Kami sendiri masih baru kenal Manokwari dan Tambrauw saja, belum pernah ke tempat lainnya di Papua ini. Tetapi, Abang sudah berkeliling ke semua kota/kabupaten dan pelosok pedalaman.”

Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [4/3]. Tiga kendaraan roda dua itu parkir di depan gerbang Rumah Dinas Mubalig Daerah Papua Barat, Sabtu (4/3) petang. Keenam penumpangnya kemudian turun dan bergegas masuk ke dalam. Mereka adalah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT) Kota Studi Manokwari. Septinus Asiti asal Kampung Asiti Distrik Senopi bertindak sebagai koordinator rombongan.

“Saya sudah meluncur ke Arfai, Abang. Sebentar lagi akan sampai. Saat ini kami berada di mata jalan arah Kantor Gubernur,” ujar Septinus Asiti sesaat setelah bertolak dari Asrama Mahasiswa Tambrauw di Amban, Manokwari Barat. Mubalig Daerah Papua Barat pun menjemput ke mata jalan utama. “Kami sudah berada persis di depan Toko Bangunan Arfai Jaya, Bang.”

Dari keenam tamu tersebut, tiga orang pernah berkunjung ke Rumah Dinas Mubalig Daerah di depan KODAM XVIII/Kasuari, Arfai 1. Sementara tiga orang lagi baru pertama berkunjung. Mereka berasal dari Distrik Senopi tepatnya di Kampung Asiti. Dari segi marga, selain Asiti, ada juga marga Syufi dan lainnya. Secara agama, tiga orang pemeluk Katolik, tiga orang lagi GPKAI.

“Kami selalu tertarik dengan tulisan Abang mengenai sejarah dan etnografi. Tidak ada orang lain yang seperti Abang. Meskipun baru beberapa tahun di Papua Barat, Abang malah melampaui kami dalam hal sejarah, etnografi dan perjalanan. Kami sendiri masih baru kenal Manokwari dan Tambrauw saja, belum pernah ke tempat lainnya di Papua ini. Tetapi, Abang sudah berkeliling ke semua kota/kabupaten dan pelosok pedalaman,” ujar Asiti dibenarkan anggota IMT lainnya.

Perbincangan selama tiga jam itu diseling dengan santap malam. Karena terbilang mendadak, maka Mubalig Daerah Papua Barat memesan menu makanan di suatu Warumg Ayam Lalapan dekat rumah. Pada masa digital ini, mudah saja untuk memesan apapun, termasuk makanan. Tinggal pesan via WA, maka akan diantarkan langsung ke rumah. Namun syaratnya, kita sudah harus memiliki nomor kontak penjualnya.

Tidak berapa lama, Mas Warisin pun sudah mengantarkan makanan yang dipesan. Mantan koki di salah satu restoran di Jawa Tengah dan Bali itu kini membuka warung makan ayam lalapan “Mas Kamil” di Sowi III Marampa dan di Arfai 2. Usahanya mulai berkembang. Para pelanggan sudah mulai banyak yang berdatangan dan menikmati sajian orang Jawa Tengah tersebut.

Mubalig Daerah Papua Barat relatif memiliki semua nomor kontak yang terkait dengan kuliner di Arfai 1 dan Arfai 2. Mulai dari pedagang bubur ayam, nasi pecel, mie ayam, bakso, warung Padang, warung China, warung Timba hingga warung cotto Makassar dan lainnya. Semua itu untuk memudahkan acara ke depannya. Tamu yang datang mendadak sedangkan kita belum masak, misalnya.

Kedatangan para mahasiswa asal Kab. Tambrauw itu sudah kesekian kalinya. Rabtah dengan mereka sudah terjalin sejak Mubalig Daerah Papua Barat tiba di Manokwari pada Agustus 2020 lalu. Berbagai kalangan, pernah diundang ke Rumah Dinas Mubalig Daerah yang saat itu masih kontrak rumah di depan KODAM XVIII/Kasuari. Tidak terkecuali dari kalangan organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan.

Selain Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT), Ikatan Mahasiswa Kharef Hamit Aifat (IMKHA) Maybrat, juga Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kab. Manokwari, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Kab. Manokwari, Karang Taruna Provinsi Papua Barat dan KNPI Provinsi Papua Barat juga sudah pernah berkunjung ke rumah.

Melalui hubungan persahabatan ini, Mubalig Daerah Papua Barat pun memiliki akses yang mudah untuk berkunjung ke lokasi pedalaman dari mana mereka berasal. Pemetaan tablig di kampung-kampung pedalaman pun dapat dilakukan dengan mudah. Minimal kunjungan ke pelosok pedalaman menjadi tak ada masalah. []

Disusun oleh:
Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan