Kunjungan Akademik Jamiah Darjah Khamisah | Upaya Meningkatkan Wawasan Keilmuan dan Rabtah

Kunjungan Akademik Jamiah Darjah Khamisah | Upaya Meningkatkan Wawasan Keilmuan dan Rabtah

“Ada tiga tujuan dilakukannya Kunjungan Akademik Mata Kuliah Perbandingan Agama ini. Pertama, untuk meningkatkan wawasan keilmuan langsung dari sumbernya. Kedua, memberikan rasa percaya diri berjumpa dengan tokoh agama lain. Dan Ketiga, Rabtah untuk manfaat ke depannya terutama saat sudah bertugas di lapangan.”

Masroor Library – Bogor, Indonesia [18/8]. Dua kendaraan roda empat itu meluncur meninggalkan Kampus Mubarak Kemang, Bogor, Jumat (18/8) pagi. Sebanyak delapan mahasiswa Darjah Khamisah berada di dalam dua kendaraan itu. Sementara Dosen yang mendampingi menggunakan kendaraan roda dua. Usai doa bersama dan pengarahan singkat dari Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi, acara Kunjungan Akademik itupun dilaksanakan.

“Ada tiga tujuan dilakukannya Kunjungan Akademik Mata Kuliah Perbandingan Agama ini. Pertama, untuk meningkatkan wawasan keilmuan langsung dari sumbernya. Kedua, memberikan rasa percaya diri berjumpa dengan tokoh agama lain. Dan Ketiga, Rabtah untuk manfaat ke depannya terutama saat sudah bertugas di lapangan.” papar Mln. Rakeeman R.A.M. Jumaan yang kembali diberi amanat untuk mengampu mata kuliah Perbandingan Agama plus Bahasa Farsi mulai tahun akademik 2023/2024 itu.

Karena Darjah Khamisah mendapatkan materi kuliah Buddhisme pada Semester Ganjil ini, maka kunjungan itupun dilakukan ke Vihara. Sudah sejak 2010, Dosen Perbandingan Agama yang juga Naib Principal Bidang Akademik telah melaksanakan Kunjungan Akademik untuk para mahasiswa. Adakalanya ke Vihara dengan berbagai sektenya. Kali lain ke Pura. Bahkan, sering juga ke Gereja atau Katedral bahkan Gurdwara (tempat ibadah agama Sikh).

“Bila Kunjungan Akademik dilaksanakan, maka dipastikan mahasiswa akan terbiasa bergaul dengan tokoh agama lainnya. Karena di Jawa ini dianggap sebagai pusatnya, maka bila mereka sudah ditugaskan ke lapangan, modal perkenalan itu bisa dijadikan sebagai pintu masuk berikutnya. Sebab, bila sudah kenal dengan tokoh di pusat, akan semakin mudah masuk ke kalangan itu di daerah-daerah,” harap Mubalig yang sebelumnya pernah ditugaskan di Maluku dan Papua Barat itu.

Karena tiba di Vihara Vipassana Giriratana Desa Cibinong Kec. Gunungsindur masih agak pagi, maka hanya tampak beberapa orang petugas kebersihan yang ada. Para mahasiswa kemudian mulai melihat-lihat kompleks Vihara yang dibangun sekitar 20 tahun lalu itu. Selain bangunan Vihara atau Dhammasala, tampat beberapa fasilitas lainnya juga ada disana. Gedung Pariyattidhamma, bangunan Khuti, Guesthouse, Kantin, Pohon Boddhi serta aneka Rupang Buddha.

Seorang lelaki muda yang menjadi staf Vihara bernama Bang Edo pun diminta untuk menjadi pemandu. Lelaki asal Prumpung itu kemudian mengajak rombongan berkeliling kompleks. Sayangnya, Bhante (sebutan untuk Bikkhu aliran Theravada) sedang kurang sehat dan yang lainnya ada acara diluar. Akhirnya, untuk sementara mahasiswa pun menanyakan berbagai hal terkait Buddhisme Theravada kepada dia.

Beberapa hari sebelumnya, Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi telah menghubungi nomor Vihara dan berkirim surat permohonan kunjungan. Sayangnya, ternyata nomor WA itu tampak tidak aktif. Begitu juga pesan via situs Lembaga Pariyattidhamma, tak dijawab. Oleh sebab itu, diputuskan langsung saja datang ke lokasi Vihara yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Kampus Mubarak Kemang itu.

Awalnya, kunjungan itu bahkan akan dilakukan ke Saung Paramita Desa Sukaresmi Kec. Ciomas, Kota Bogor. Namun karena diperoleh info dari Nayaka disana bahwa mereka sedang ada di Bali, maka kunjungan itu dialihkan ke Vihara di Desa Cibinong, Kec. Gunungsindur. Pertimbangannya, selain lebih dekat, juga karena fasilitasnya juga dianggap lebih lengkap.

Apalagi, di Gunungsindur juga ada personel kepolisian yang adalah Ahmadi. Bahkan, Vihara itu berada di bawah binaannya sebagai Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polsek Gunungsindur. Setiap ada acara keramaian di Vihara itu, Bhabinkamtibmas yang Ahmadi tersebut pasti diundang hadir kesana dan mendapat laporan kegiatan.

Apalagi, diperoleh informasi, selain ada fasilitas Pariyattidhamma (gedung untuk tempat tinggal para Bhante), juga di Vihara Vipassana Giriratana itu juga ada pembelajaran bahasa Pali sebagai ciri khas bahasa aliran Buddha Theravada. Ini akan sangat menarik, sebab bahasa Pali pernah juga diajarkan oleh Dosen Perbandingan Agama di Jamiah Ahmadiyah Indonesia, selain bahasa Ibrani dan Yunani. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Dosen Perbandingan Agama & Bahasa Farsi
Jamiah Ahmadiyah International Indonesia
Kemang, Bogor

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan