Masroor Library – Manokwari, Papua Barat – WARTA “JANG-E-MUQADDAS” JAI Daerah Papua Barat [17/5]. Dua Orang perempuan Papua itu berdiri menunggu di depan gerbang rumah missi Mubalig Daerah Papua Barat di depan gerbang Kodam XVIII/Kasuari, Arfai, Manokwari, Papua Barat, Senin (17/5) malam. Salah seorang di antaranya adalah Atinovena Kocu, mahasiswi Universitas Papua (UNIPA) asal Distrik Maybrat, Kab. Maybrat, Provinsi Papua Barat.
Sedangkan perempuan satu lagi adalah bendahara Ikatan Mahasiswa Karef Hamit Ayfat (IMKHA) Kota Studi Manokwari asal Maybrat juga. Untuk kedua kalinya mereka berkunjung ke rumah missi. Bila pada kunjungan pertama didampingi oleh seluruh pengurus bidang, maka di kunjungan kedua ini mereka hanya berdua saja.
“Kakak saya yang di kampung telpon, katanya sekarang ini tidak perlu ibadah di gereja dulu. Situasinya tidak kondusif terkait konflik Israel-Palestina. Bahkan, di Maybrat terjadi penembakan dan ada dua orang yang tewas,” kata mahasiswi Fakultas Pertanian yang juga anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Kabupaten Manokwari tersebut.
Mubalig Daerah menegaskan, bahwa berita penembakan di Kabupaten Maybrat itu hanyalah hoax. Tidak ada orang Papua yang tewas itu kecuali penembakan terhadap rombongan calon Kapolres persiapan Maybrat Kompol. Bernandus. Itupun tidak ada korban jiwa. Pelakunya masih dalam pengejaran petugas kepolisian dan belum tertangkap hingga kini.
Terkait konflik Israel-Palestina, Mubalig Daerah menerangkan panjang lebar berdasarkan Alkitabiah dan Sejarah. Perbedaan Yahudi berkitab Torat Samaritan dan Massoret juga dikemukakan. Oleh sebab itu, dalam peristiwa ini, Yahudi juga terbelah dua: ada yang pro-senjata, ada yang pro-perdamaian. Begitu juga di kalangan muslim di Palestina.
Mubalig Daerah menyampaikan juga, bahwa bahwa Kitab Suci Al-Qur’an Surah Al-Anbiya: 106 juga telah menubuatkan akan peristiwa tersebut. Ini lebih menegaskan lagi akan nubuatan kitab Perjanjian Lama terutama Mazmur (Zabur) pasal 37 nats 9 dan 11. Bahwa, “Tanah yang Dijanjikan” itu akan diwarisi oleh hamba-hamba Tuhan yang Soleh (‘ibaadiy al-shaalihuwn).
“Di Kababir, Jabal Karmel (Haifa) kami juga memiliki jamaah. Mereka disana sudah ada sejak tahun 1930-an. Ada dua masjid besar, yaitu Masjid Mahmud dan Masjid Hayat. Banyak orang Yahudi yang mempelajari Islam lewat Jemaat kami disana,” papar Mubalig Daerah Papua Barat. “Imam kami pun telah menginstruksikan agar kami banyak mendoakan untuk Palestina.”
Perbincangan selama dua jam itu kemudian diseling dengan santap malam sambil membahas situasi di Kabupaten Maybrat. Mulai dari politik lokal hingga pendidikan. Kondisi sosial dan adat tidak lupa dibicarakan. Ternyata, menurut Kocu, suku bangsa Ayfat lumayan ditakuti oleh suku-suku lainnya. Alasannya, suku bangsa ini menggunakan panah sebagai alat pertahanan diri dan berperang. Sedangkan suku Ayamaru dan Aytinyo hanya mengandalkan tombak.
“Bila Bapak jadi kunjungan ke Maybrat, kabari saja kami. Karena di sana tidak ada penginapan apalagi hotel, Bapak bisa menginap di asrama pastori gereja kami,” kata Kocu menawarkan. “Pesawat SusiAir hingga kini masih melayani penerbangan ke Kabupten Maybrat, atau bisa lewat jalur darat meski jalanannya masih agak sulit dilewati terutama di kawasan Gunung Pasir.”
Karena cuaca terlihat akan turun hujan, sebelum pukul. 20.00 WIT, kedua tetamu itupun kembali lagi ke Asrama Maybrat di Amban, Manokwari Barat. Dengan menggunakan jasa ojek, keduanya meninggalkan depan gerbang Kodam XVIII/Kasuari, Arfai. Diperlukan waktu sekitar 30 menit lamanya untuk sampai ke asrama mereka lagi. []
Disusun oleh:
Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses